tag:blogger.com,1999:blog-54690602635739133192024-03-05T04:44:49.758-08:00Kaligrafi unikKerajinan Kaligrafi Unik satu-satunya di IndonesiaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.comBlogger53125tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-80492818742709635152016-12-06T08:40:00.001-08:002016-12-06T08:41:50.330-08:00Hukum Mendengarkan Lagu atau Musik dalam IslamJ'art Kaligrafi Gallery
Pengrajin kaligrafi
kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicrsSYdJURKXLR-lceCByvWjOQNstS1JcQc_8ZulChuHh0qNJsViltZA90vyT9SjA4dKD_PDupjb_qrSoXv_gloXyMMnNxfYLAWakxig_qzUdvTLH5AHumT3I5jPwBvkhfw7S3NlGuLoA/s1600/musik_01.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="135" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicrsSYdJURKXLR-lceCByvWjOQNstS1JcQc_8ZulChuHh0qNJsViltZA90vyT9SjA4dKD_PDupjb_qrSoXv_gloXyMMnNxfYLAWakxig_qzUdvTLH5AHumT3I5jPwBvkhfw7S3NlGuLoA/s200/musik_01.jpg" width="200" /></a></div>
<h1 class="entry-title">
Hukum Mendengarkan Lagu atau Musik dalam Islam</h1>
<h3>
<b><span style="color: navy;"> </span></b></h3>
<h3>
<b><span style="color: navy;">A. Pendahuluan.<br />
</span></b></h3>
Islam merupakan sekumpulan aturan sebagai petunjuk bagi umatnya untuk
menjalani kehidupan ini. Sehingga setiap laku manusia pasti ada
hukumnya termasuk menciptakan atau mendengarkan musik. Musik adalah
sebuah karya seni tempat mencurahkan hasil olah cipta rasa dan karsa.
Oleh karenanya tentu ada hukumnya.<br />
<h3>
<b><span style="color: navy;">B. Dalil-Dalil.<br />
</span></b></h3>
<ul>
<li>Surah Luqman: (6):<br />
“<i>Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang
tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan
memperoleh adzab yang menghinakan</i>.”</li>
<li>Surah An-Najm: (59-61):<i><br />
“Maka apakah kalian merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kalian
menertawakan dan tidak menangis? Sedangkan kalian ber-sumud?”</i> (Ibnu Abbas menafsirkan bahwa sumud itu adalah bernyanyi)</li>
<li>Hadits Abu ‘Amir atau Abu Malik Al-Asy’ari bahwa Rasulullah saw bersabda:<br />
“<i>Akan muncul di kalangan umatku, kaum-kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat-alat musik”</i>(HR. Al-Bukhari, 10/5590).</li>
</ul>
<h3>
<b><span style="color: navy;">C. Pendapat Ulama.<br />
</span></b></h3>
<ul>
<li><b>Ibnu Taimiyah</b>: “Seorang hamba jika sebagian
waktunya telah tersibukkan dengan amalan yang tidak disyari’atkan, dia
pasti akan kurang bersemangat dalam melakukan hal-hal yang disyari’atkan
dan bermanfaat. Oleh karena itu, kita dapati pada orang-orang yang
kesehariannya dan santapannya tidak bisa lepas dari nyanyian, mereka
pasti tidak akan begitu merindukan lantunan suara Al Qur’an. Mereka pun
tidak begitu senang ketika mendengarnya. Mereka tidak akan merasakan
kenikmatan tatkala mendengar Al Qur’an dibanding dengan mendengar
bait-bait sya’ir (nasyid). Bahkan ketika mereka mendengar Al-Qur’an,
hatinya pun menjadi lalai.”</li>
<li><b>Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Malik</b> dalam kitab Mughni al-Muhtaj berpendapat bahwa mendengarkan musik hukumnya adalah makruh.</li>
<li><b>Imam As-Syaukani</b> dalam Naylul Authar menyebutkan,
masyarakat Madinah dan para ulama yang sependapat dengan mereka, serta
ahli sufi, memberikan keringanan dalam hal lagu, meski menggunakan alat
musik.</li>
<li><b>Abu Mansour al-Baghdadi al-Syafi’i</b> dalam bukunya
As-Simaa’ menyebutkan, Sahabat Abdullah bin Ja’far berpendapat tidak ada
masalah dengan lagu, ia mendengarkan lagu-lagu yang dipetik hambanya.
Hal itu Ia lakukan pada masa kekhalifahan Ali ra. Begitu juga sahabat
lainnya, Kadhi Syureih, Sa’id bin al-Musayyab, Atha’ bin Abi Rabah,
Az-Zuhri dan al-Sya’bi.</li>
<li><b>Imam al-Ghazali</b> berpendapat: mendengarkan musik
atau nyanyian tidak berbeda dengan mendengarkan perkataan atau
bunyi-bunyian yang bersumber dari makhluk hidup atau benda mati. Setiap
lagu memiliki pesan yang ingin disampaikan. Jika pesan itu baik dan
mengandung nilai-nilai keagamaan, maka tidak jauh berbeda seperti
mendengar ceramah/nasihat-nasihat keagamaan. Juga sebaliknya.</li>
</ul>
<h3>
<b><span style="color: navy;">D. Analisa.</span></b></h3>
Al-Quran tidak menjelaskan hukum mendengarkan lagu atau musik secara tegas. Dalam hal muamalah, kaidah dasarnya adalah: <i>al-ashlu fi al-asyaa al ibahah</i>
(segala sesuatu hukumnya adalah boleh). Batasan dari kaidah tersebut
adalah selama hal tersebut tidak bertentangan dengan hukum Islam
(syariat).<br />
Para ulama yang mengharamkan musik mendasarkan argumennya pada surat
Luqman ayat (6) yang menyebutkan bahwa orang yang mengucapkan perkataan
yang tidak bermanfaat akan mendapatkan adzab yang pedih. Artinya, bahwa
musik yang berupa suara yang keluar dari alat musik dan ber-ritme secara
teratur bukanlah merupakan ucapan yang mengandung perkataan jelek. Yang
mengandung perkataan adalah lagu. sedangkan lagu tidak semuanya
mengandung kata-kata yang jelek atau mengarah pada perbuatan maksiat.
Untuk lagu yang mengandung kata-kata yang tidak baik dan mengarah pada
perbuatan maksiat tentu hukumnya haram, sedangkan lagu yang berisi lirik
yang baik apalagi bernada syiar, maka hukumnya boleh. Jadi yang
mempengaruhi hukum musik itu bukan musiknya, melainkan sesuatu yang lain
di luar musik, seperti lirik lagu yang berisi kata-kata yang tidak
baik.<br />
Sebagaimana yang dikatakan al-Ghazali, larangan tersebut tidak
ditunjukkan pada alat musiknya (seruling atau gitar), melainkan
disebabkan karena “sesuatu yang lain” <i>(amrun kharij). </i>Di
awal-awal Islam, kata al-Ghazali, kedua alat musik tersebut lebih dekat
dimainkan di tempat-tempat maksiat, sebagai musik pengiring pesta
minuman keras.Hal ini tentu dilarang.<br />
Musik juga dapat menjadi makruh bahkan bisa haram ketika membuat
orang yang membuat atau mendengarkannya menjadi lalai akan kewajibannya
kepada Allah swt. Sama halnya dengan bermain game, jalan-jalan, nonton
TV bahkan bekerja akan menjadi haram jika menjadikan seseorang lalai
akan kewajibannya kepada Allah. Berbeda dengan judi, yang meskipun tidak
mengganggu waktu shalat misalnya, tapi tetap diharamkan. Karena
sekalipun al-Quran tidak menyatakan hukum judi secara tegas, tentu
dilihat dari madharatnya, hukumnya adalah haram.<br />
Di sisi lain, kita tidak dapat menghentikan arus globalisasi. Musik
sudah terdengar di setiap sudut ruang kehidupan kita. Jika kita tidak
membuat musik alternative yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt,
seperti yang dilakukan oleh Opick dkk, maka generasi kita hanya akan
mendengarkan lagu-lagu cinta dan bahkan lagu-lagu dengan lirik yang
tidak mendidik.<br />
<h3>
<b><span style="color: navy;">E. Kesimpulan.</span></b></h3>
<ul>
<li>Musik tidak haram, yang membuat haram adalah <i>amrun khorij</i>
(faktor di luar) musik, seperti sebagai pengiring pesta miras, musik
erotis, musik dengan lirik lagu porno. Jadi substansinya tidak haram.</li>
<li>Hukum mendengarkan musik adalah kondisional, tergantung dari untuk
apa dan bagaimana efeknya. Jika dengan mendengarkan musik menjadi lupa
shalat, membaca al-Qur’an dsb yang bisa mendekatkan diri kepada Allah,
maka hukumnya adalah haram. Tapi mubah jika sebaliknya.</li>
</ul>
Demikianlah penjelasan singkat tentang bagaimana hukum mendengarkan lagu atau musik dalam Islam. Semoga bermanfaat.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-61241653409809855912013-04-04T19:16:00.000-07:002013-04-04T19:19:59.670-07:00HABLUM MINALLAH wa HABLUM MINANNAS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqzXuSHYS6CbgORUujFbGx7xrhawXZEV9Am2TwJRhj1mSjmcvycTOrf4NzC-xCsC8V3w4umttBTrAnkaEknImWGs4l2W5w1CHblCOOmuaXWnhYzt9o2_N1l0ELsVwdsi8llToaRaQv5SA/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqzXuSHYS6CbgORUujFbGx7xrhawXZEV9Am2TwJRhj1mSjmcvycTOrf4NzC-xCsC8V3w4umttBTrAnkaEknImWGs4l2W5w1CHblCOOmuaXWnhYzt9o2_N1l0ELsVwdsi8llToaRaQv5SA/s1600/images.jpg" /></a></div>
J'art Kaligrafi Gallery
Pengrajin Kaligrafi Unik <span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">Kalau dimaknakan secara bahasa, hablum minallah itu adalah hubungan dengan Allah dan hablum minan-nas adalah hubungan dengan manusia. Akan tetapi dalam pengertian istilah syari'ah maknanya adalah sebagai berikut:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">1). Hablum minallah , maknanya ialah perjanjian dari Allah. Yaitu masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan akherat. Atau tunduk kepada pemerintahan Muslimin dengan jaminan dari pemerintah itu sebagaimana yang diatur oleh Syari'ah dalam perkara hak dan kewajiban orang kafir dzimmi (yaitu orang kafir yang menjadi warga negara Islam) untuk mendapatkan jaminan perlindungan hak-haknya sebagai manusia di dalam kehidupan dunia saja, dan mendapat ancaman adzab di akhirat. (Lihat Tafsir At-Thabari , Tafsir Al-Baghawi , dan Tafsir Ibnu Katsir tentang pengertian surat Ali Imran 112).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">2). Hablum minan-nas , maknanya ialah perjanjian dari kaum Mukminin dalam bentuk jaminan keamanan bagi orang kafir dzimmi dengan membayar upeti bagi kaum Mukminin melalui pemerintahnya untuk hidup sebagai warga negara Islam dari kalangan minoritas non Muslim. Atau dengan bahasa lain ialah dalam berinteraksi dengan sesama manusia, maka jaminan yang bisa dipercaya hanyalah dari kaum Muslimin yang dibimbing oleh Syari'at Allah Ta'ala.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">Dengan demikian, akhlaqul karimah dibangun di atas kerangka hubungan dengan Allah melalui perjanjian yang diatur dalam Syari'at-Nya berkenaan dengan kewajiban menunaikan hak-hak Allah Ta'ala dan juga kerangka hubungan dengan sesama manusia melalui kewajiban menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun yang kafir. Dari kerangka inilah kemudian diuraikan kriteria akhlaqul karimah . Hak-hak Allah itu ialah mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya. Yaitu menunaikan tauhidullah dan menjauhi syirik , mentaati Rasul-Nya dan menjauhi bid'ah (yakni penyimpangan dari ajarannya). Dan inilah sesungguhnya prinsip utama bagi akhlaqul karimah , yang kemudian dari prinsip ini akhlaq Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dipuji dan disanjung oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">“Dan sesungguhnya engkau (hai Muhammad) di atas akhlaq yang agung.” ( Al-Qalam : 4)</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan tentang ayat ini:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">“Dan adapun akhlaq yang agung yang Allah terangkan bahwa ia itu ada pada Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam , pengertiannya adalah pengamalan segenap ajaran agama ini, yaitu segenap apa yang Allah perintahkan dengan mutlak.” ( Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah jilid ke 10 halaman 658).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">Dalam pengertian yang demikian inilah akhlaq Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam sebagai penafsiran yang sah bagi ajaran Allah yang ada di dalam Al-Qur'an, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Aisyah Ummul Mu'minin radliyallahu `anha :</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">“Akhlaq Rasulullah itu adalah Al-Qur'an.” (HR. Muslim ).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Muflih Al-Maqdisi rahimahullah dalam kitabnya Al-Aadaab Asy-Syar'iyyah menerangkan tentang pengertian daripada pernyataan A'isyah ini sebagai berikut:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">“Maksudnya ialah, bahwa beliau berpegang dengan adab-adab yang diajarkan oleh Al-Qur'an, dan segenap perintah yang ada padanya dan juga segenap larangannya, juga berpegang dengan apa yang dikandunginya dari kemuliaan akhlaq dan kebaikan perangai serta kelembutan.” ( Al-Aadaab Asy-Syar'iyyah , jilid ke dua hal. 194).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">Bahkan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menyatakan:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">“Sesungguhnya seorang Mu'min itu akan bisa mencapai derajat amalan puasa dan shalat malam dengan memiliki akhlaq yang baik.” (HR. Abu Dawud dalam Sunan nya, Kitabul Adab bab Fi Husnil Khuluq hadits ke 4798 dari A'isyah radliyallahu `anha ).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">Al-`Allamah Abit Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-Adhim Abadi rahimahullah dalam kitabnya Aunul Ma'bud Syarah Sunan Abi Dawud menerangkan makna hadits tersebut di atas:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">“Orang Mu'min yang mempunyai akhlaq yang baik diberi keutamaan yang besar seperti ini, karena memang orang yang puasa dan orang yang shalat malam adalah orang-orang yang berjihad melawan hawa nafsunya. Demikian pula orang yang akhlaqnya baik terhadap manusia, walaupun kenyataannya manusia itu beraneka ragam tabiatnya juga tingkah laku mereka yang berbeda-beda satu dengan lainnya, maka dengan tetap dia berakhlaq yang baik kepada semua mereka itu, berarti dia harus berjihad melawan berbagai hawa nafsu dari banyak orang itu. Sehingga dengan demikian, Mu'min yang berakhlaq seperti ini mencapai keutamaan seperti yang dicapai oleh orang yang banyak puasa sunnah dan selalu menunaikan shalat malam. Kedudukannya sederajat dengan mereka, bahkan kadang-kadang derajatnya lebih tinggi.” ( Aunul Ma'bud Syarah Sunan Abi Dawud juz 13 halaman 154).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">Juga Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam menegaskan tentang keutamaan orang Mu'min yang mempunyai akhlaq yang mulia dalam sabda beliau sebagai berikut:</span><br />
<br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;" />
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Tahoma, 'century gothic', Arial, verdana, sans-serif; font-size: 13px; text-align: justify;">“Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalangan kalian adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Bukhari dalam Shahih nya Kitabul Adab bab Husnul Khuluq was Sakha' wa Maa Yukrahu Minal Bukhli hadits ke 6035 dari Abdullah bin Amr, lihat Fathul Bari juz 10 hal. 456).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada terputus.” (QS. At-Tin: 4-6).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Di dalam ayat tadi disebutkan manusia adalah makhluk unggulan karena peran gandanya, peran sebagai ‘abid seperti terindikasikan dalam ungkapan âmanû dan peran sebagai khalifah seperti terindikasikan dalam ungkapan wa ‘amilû as-shâlihât. Konsep ‘abid menunjukan hubungan vertikal (hablum minallah), dan itu lebih bersifat personal. Sementara konsep khalifah, terkait dengan tanggung jawab sosial, hubungan horizontal (hablum minannas). Kalau ‘abid itu tanggung jawab personal dengan Tuhan, sedang khalifah itu adalah tanggung jawab sosial dalam hubungannya dengan sesama manusia. Karena Allah selalu menggandengkan dua kalimat itu hampir di semua ayat-ayat-Nya, manusia unggulan akan selalu melakukan kedua peran itu secara bersamaan. Dengan demikian, kualitas manusia menurut perspektif tasawuf dilihat dari peran ganda ini.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Pada suatu hari Umar bin Khattab Ra. pernah ditanya, “kenapa engkau tidak pernah tidur?” Umar menjawab, “kalau saya tidur di malam hari bagaimana saya bisa dekat kepada Allah Swt, karena sepanjang hari waktu habis untuk mengurus umat.” Jadi, waktu dia sepanjang hari habis untuk melayani umat, karena dia seorang khlaifah. Tapi malam hari, ia selalu bangun malam untuk beribadah. Yang demikian itu adalah contoh konkrit amalan tasawuf yang berpijak dari ayat dimaksud. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Masih banyak orang berasumsi bahwa aktifitas tasawuf hanya terbatas pada dzikir-dzikir, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah ritual lainnya (hablu minallah), sementara sisi ibadah sosial (hablu minannas) diabaikan. Asumsi seperti itu tentu saja tidak benar, karena ibadah sosial juga tidak kalah pentingnya dibandingkan ibadah ritual. Bahkan, tidak jarang karena mengabaikan ibadah sosial, ibadah ritual bisa menjadi tidak berarti. Itu merupakan inti dari tujuan tasawuf, seperti disinyalir dalam surah al-Ma’un;</span><br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">“Apakaha anda tahu orang yang mendustakan agama itu? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, maka celakalah bagi orang yang shalat.” (QS. Al-Ma’un: 1- 4).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Ayat “maka celakalah bagi orang yang shalat” disebutkan setelah dua ayat yang berkaitan dengan masalah sosial, yaitu menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Itu adalah suatu gambaran bahwa pelaku shalat yang tidak peduli terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan, lemah, tidak mampu, dan tidak memberikan dampak sosial yang baik yang direalisasikan melalui interaksi mereka dengan sesamannya, justru shalatnya itu akan mencelakakannya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Lebih jelas lagi diceritakan dalam sebuah hadis, ada seorang wanita yang rajin shalat di malam hari dan rajin puasa di siang hari, tetapi Rasul mengatakan dia itu masuk neraka, tentu saja para sahabat menunjukan keheranannya dan bertanya alasannya kepada Rasulullah Saw, beliau menjawab, “ia masuk neraka karena ia selalu menyakiti hati tetangganya dengan lidah”. (HR. Ahmad dan Al-Hakim dari Abu Hurairah). Berdasarkan hadis tersebut, seakan-akan shalat dan puasa yang dilakukan wanita tadi tidak berarti sama sekali, lantaran ia tidak mau berkomunikasi secara baik dengan tetangga atau sesamanya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Di dalam Islam, tugas-tugas kemasyarakatan ini mempunyai kedudukan penting, sehingga dihargai lebih tinggi dari pada ibadah-ibadah ritual.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Mantan syekh Al-Azhar, Abdul Halim Mahmud, memberikan bukti-bukti bahwa beberapa orang sufi adalah pedagang-pedagang yang aktif dan cukup sukses.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Gerakan Sanusiah di Afrika Utara adalah gerakan pembaharu sosial yang sangat sufistik, begitu juga Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan Al-Banna di Mesir. Sartono, ahli sejarah Indonesia, mencatat bahwa gerakan-gerakan protes di pedesaan di Jawa diwarnai oleh sufisme.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Pada suatu ketika, ada seorang sahabat Rasulullah Saw. melewati sebuah lembah yang cukup indah dan memesona. Lembah itu mempunyai mata air yang jernih dan segar, sehingga sahabat itu berfikir untuk menghabiskan sisa hidupnya di lembah yang jauh dari keramaian masyarakat itu, dan ia ingin mengisinya dengan shalat, puasa, dzikir, berdo’a kepada Allah Swt. Kemudian maksud itu diberitahukan kepada Rasulullah Saw, dan beliau berkata:</span><br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">“Jangan lakukan itu, kedudukanmu di jalan Allah lebih utama daripada shalat yang engkau lakukan di rumahmu selama tujuh puluh tahun. Tidakkah anda ingin agar Allah mengampuni dosamu dan memasukkanmu ke surga? Berjuanglah di jalan Allah”. (HR. Tirmidzi).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Dalam hadis lain disebutkan juga:</span><br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">“Dari Abu Umamah, dia bercerita: “Kami keluar bersama Rasulullah Saw. dalam salah satu ekspedisi beliau, kemudian seseorang melewati sebuah gua yang di situ ada air. Orang itu berkata kepada dirinya sendiri untuk tinggal dalam gua itu dengan jaminan hidup dari air yang ada dan memakan tetumbuhan di sekitarnya kemudian melepaskan diri dari dunia. Lalu orang itu berkata, “Kalau nanti aku bertemu Nabi Allah Saw. aku akan ceritakan perkara itu kepada beliau. Kalau beliau izinkan, aku akan lakukan, kalau tidak, tidak”. Maka, datanglah ia menemui beliau (Nabi), lalu berkata, “Wahai Nabi Allah, aku melewati sebuah gua yang di situ ada air dan tetumbuhan yang menjamin hidupku. Maka, aku pun berkata kepada diriku sendiri untuk tinggal di gua itu dan melepaskan diri dari dunia.” Orang itu menuturkan bahwa Nabi saw. menjawab, “Aku tidak diutus dengan keyahudian, juga tidak dengan kekeristenan. Aku diutus dengan kehanifan yang lapang (al-hanafiyatu al-samha’). Demi Dia yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, pergi-pagi dan pulang–petang di jalan Allah adalah lebih baik daripada dunia beserta seluruh isinya. Pastilah berdiri tegaknya seseorang di antara kamu (dalam barisan perjuangan) adalah lebih baik daripada sembahyangnya selama enam puluh tahun.” (H.R. Ahmad).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Berjuang atau pergi di jalan Allah Swt. adalah hidup di tengah-tengah masyarakat dan ikut berperan serta dalam membangun, memberikan yang terbaik bagi sesama, menyebarkan rasa cinta dan kasih sayang, menyerukan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan mungkar, dan peran-peran kemanusiaan lainnya, karena kehadiran seorang muslim sebagai anggota masyarakat merupakan suatu hal yang sangat penting untuk suatu perubahan masyarakat. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Ada beberapa hadis menjelaskan tentang manusia terbaik, dan semua itu bermuara pada sikap perbuatan yang dilakukan antar sesama, di antara hadis- hadis itu adalah: </span><br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">“Manusia yang paling baik ialah yang paling baik akhlaknya. Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya kepada sesama. Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling baik dalam membayar hutangnya. Yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik kepada isteri dan anak-anaknya. Yang paling baik di antara kamu adalah engkau masukan rasa bahagia kepada hati saudaramu yang mukmin.”</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Sekali lagi, kebanyakan ayat al-Qur’an ketika menyebut kata âmanû (ibadah ritual) selalu digandengkan dengan kata wa ‘amilû as-shâlihât (ibadah soaial), karena memang keduanya tak bisa terpisah. Sesudah shalat pada waktunya dan membasahi lidah dengan dzikir kepada Allah, manusia paling baik akan berjuang di tengah-tengah manusia. Ia akan berusaha memasukan rasa bahagia kepada orang lain, ia akan memperlakukan isteri dan anak-anaknya dengan baik, ia memperbaiki masyarakat dengan melakukan kontrol sosial yang penuh tanggung jawab dan lain-lain, karena memang kecintaan kepada Allah Swt. melalui kecintaan kepada sesama, dan kedekatan manusia kepada Allah Swt. dengan melakukan sopan santun kepada sesamanya. Inilah salah satu yang terkandung dalam pengertian tasawuf, seperti dikatakan seorang sufi besar Junaid Al-Baghdadi, “bertasawuf adalah engkau merasa bersama Allah Swt. dan Allah Swt. bersama engkau, dan kedekatan itu bisa dilakukan dengan menyantuni sesama, seperti menyantuni orang-orang yang hancur hatinya.”</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Ketika Nabi Musa bertanya kepada Allah Swt, “Tuhanku, di mana aku harus mencari-Mu, Allah Swt. menjawab, “Carilah aku di tengah-tengah mereka yang hancur hatinya”.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Tetapi, ketika tugas ganda ini terlepas dari manusia, Allah akan menempatkan manusia ke tempat yang sangat hina (neraka), mereka menjadi manusia yang tak berarti, manusia yang lebih sesat, lebih keji, dan lebih kejam daripada binatang, dan ketika itu tidak akan ada yang namanya kebaikan, kesejahteraan, dan kedamaian, baik buat dirinya maupun buat masyarakatnya. Allah Swt. berfirman:</span><br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka itu lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A’raf: 179). </span><br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: trebuchet, arial, verdana, sans-serif; font-size: 12px;">Dengan begitu, manusia unggulan dalam perspektif tasawuf yaitu mereka yang selalu melaksanakan dua tugas pokok ini, tugas ibadah sebagai bentuk aplikasi pengkhidmatan kepada Allah dan tugas sosial sebagai bentuk pengabdian kepada sesama. Wa Allâhu a’lam bi ash-shawwâb.</span><br />
kaligrafi
kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-41312154666647784302012-10-04T17:25:00.001-07:002012-10-04T17:26:00.368-07:00Merenungi Kehidupan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
J'art Kaligrafi Gallery
Pengrajin kaligrafi
kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div style="width: 600px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH9itlgi5Mb-cPzCA-uVmsg4hfff8dvwl658zJ5dkOn21SbRqTyhXZ4GSTJKP6RIbWHK3hgyfQ46MOGQ_-tFxG9KZFC2_e5EMuLhn75zZT1IZXtwWJi86KAU2MA7R0u0EvpP_B5x8cu-s/s1600/Summer+Dream.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH9itlgi5Mb-cPzCA-uVmsg4hfff8dvwl658zJ5dkOn21SbRqTyhXZ4GSTJKP6RIbWHK3hgyfQ46MOGQ_-tFxG9KZFC2_e5EMuLhn75zZT1IZXtwWJi86KAU2MA7R0u0EvpP_B5x8cu-s/s200/Summer+Dream.jpg" width="200" /></a></div>
Perjalanan hidup manusia itu berbeda-beda dan beragam
adanya. Semua telah di gariskan oleh kehendak Allah SWT. Rizeki,
jodoh,dan maut adalah menjadi tanggungjawab-Nya. Tidak ada seorang
mahlukpun yang mengetahuinya. Dengan kebesaran dan kehendak-Nya maka
manusia dapat meraih apa yang menjadi harapan dan tujuan yang
diimpikannya.<br />
Tanpa kebesaran dan kehendak-Nya manusia tidak akan pernah sampai pada
impiannya. Sebagai mahluk ciptaan-Nya yang lemah, manusia sering berbuat
salah dan dosa dalam mengarungi hidup yang teramat singkat. Seandainya
manusia mau berpikir dan merenung apa arti sebuah kehidupan baginya,
tentu manusia tidak akan pernah takut dan putus asa. Karena Allah SWT
telah menyediakan segala keperluan manusia di dunia dengan segala
fasilitasnya. Bumi dengan segala isinya adalah jaminan buat kehidupan
seorang manusia bahkan lautan menjadi tempat yang teramat indah unuk
mengenal betapa besar karunia yang telah di berikan-Nya.<br />
Tapi mengapa kebanyakan dari manusia justru ingkar tidak mau mempercayai
semua ciptaan-Nya? Manusia sering mengeluh pada sesama dan tidak jarang
yang putus asa dalam mengarungi kehidupannya. Mereka tidak mau miskin
dan susah sementara ada orang lain yang hidupnya kaya dan berlimpah.
Tidakkah kita sadar akan hal itu? kemiskinan dan kesusahan bukanlah
sesuatu jarak yang dapat memisahkan kita dalam beribadah kepada-Nya dan
jauh dari Karunia-Nya. Karena bisa jadi dalam kekurangan hidup kita
masih banyak orang yang berada jauh kekurangannya.<br />
Bersyukur dan berdo’a adalah hal yang paling obyektif dan termudah dalam
menyikapi semua permasalahan dan kekurangan dalam kehidupan manusia,
karena dengan bersyukur dalam kekurangan bisa jadi awal dari kelebihan
kita di mata Allah SWT. Ingat manusia bukan hanya hidup di dunia, masih
teramat panjang perjalanan yang harus dilalui. setelah kehidupan ini
masih ada lagi fase kehidupan yang sesungguhnya, dimana segala amal
perbuatan kita akan di nilai dan di berikan sanksi berupa kebaikan dan
keburukan. Apabila kebaikan yang kita dapati selama hidup di dunia maka
kita akan mendapatkan pahala dan tempat yang terindah yang tidak pernah
kita jumpai selama hidup di dunia. Kemiskinan dan kekurangan yang kita
takuti selama di dunia tidak akan pernah terjadi terhadap tempat yang
teramat indah dan menakjubkan bagi siapa saja yang menghuninya.<br />
Akan tetapi sebaliknya apabila kita mendapatkan pahala keburukan dari
perbuatan kita selama di dunia, maka tempat yang di dapat adalah tempat
yang sangat buruk bahkan lebih buruk dari kehidupan sebelumnya. Disana
tidak ada lagi kedamaian, ketenangan dan ketentraman . Yang ada disana
adalah siksa yang teramat pedih dan menakutkan bagi manusia yang
merasakannya.<br />
Renungilah kehidupan dunia yang teramat singkat ini dengan mensyukuri
rahmat dan anugerah yang telah Allah SWT berikan kepada kita . Karena
dengan mensyukuri dan merenungi, manusia akan tahu Kebesaran dan
Keagungan dari Allah SWT. Hidup yang sementara akan terasa indah dan
menakjubkan apabila manusia mau mengakui segala penciptaan-Nya. Hidup
akan semakin berarti dan berkualitas dalam beribadah kepada Allah SWT.
Manusia tidak akan hidup selamanya, kita pasti dan pasti akan kembali
kepada-Nya. Semua itu hanya Allah SWT yang tahu segalanya tentang nasib
manusia tanpa terkecuali. Renungilah perjalanan hidup di dunia dengan
banyak memperhatikan sekeliling kita, agar hidup lebih berarti bagi diri
sendiri dan orang lain. Wassallam</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-83498694399356768972012-09-28T17:38:00.000-07:002012-09-28T17:38:26.169-07:00Mengenang Sosok GUS DUR<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
J'art Kaligrafi Gallery
Pengrajin kaligrafi
kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="isi_artikel">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghRq0Gf7Ze_aJ_1hWU1p-HYbMIu1yAi1Wv4ftG6rE5UcR21kdbkTB0m0zzRAzUP7jrDi6smMCBAx-T3fK41qmg2Mas8A3MvjxSh3Kye1Fh6bsINsbePTSuJLLMMXcdQg-7AJUdz3p7pSc/s1600/1326172686336567183.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghRq0Gf7Ze_aJ_1hWU1p-HYbMIu1yAi1Wv4ftG6rE5UcR21kdbkTB0m0zzRAzUP7jrDi6smMCBAx-T3fK41qmg2Mas8A3MvjxSh3Kye1Fh6bsINsbePTSuJLLMMXcdQg-7AJUdz3p7pSc/s320/1326172686336567183.jpg" width="281" /></a></div>
Konon, ada empat misteri di dunia ini, yakni
kelahiran, jodoh, kematian, dan Gusdur. Seluruh ucapan, perilaku dan
manuver politik mantan Ketum NU tiga periode itu (1984-1998) benar-benar
bak misteri. Pernyataan Gusdur kerap disalah artikan dan mengundang
kontroversi, bahkan oleh “kandang”-nya sendiri, yaitu kalangan NU dan
pesantren.<br />
Memang tak mudah untuk membaca seorang Gusdur. Hal itu diakui sendiri
oleh Bisri Effendy saat memberi kata pengantar dalam buku “Tuhan Tak
Perlu Dibela” cetakan 1999. Bagi lawannya, Gusdur adalah musuh Islam
nomer satu. Ia dianggap sebagai tokoh yang “meracuni” pemikiran anak
muda NU, sekaligus penyebar ideologi sekuler-liberal. Tak heran, konon,
jika berpulangnya Gusdur dianggap sebagai bentuk “pertolongan” Tuhan
bagi umat Islam oleh seorang tokoh.<br />
Namun, bagi kawan-kawannya, sosok Gusdur sebagai “ad-dakhil” alias
pendobrak. Sesuai namanya, Abdurrahman Ad-Dakhil, Gusdur memang
“mendobrak” mainstream konservatif kalangan muslim Indonesia melalui
berbagai kebijakkan, tulisan dan pernyataannya. Jika Cak Nur dianggap
sebagai tokoh yang mengenalkan Islam ke kalangan masyarakat perkotaan,
maka Gusdur dianggan sebagai tokoh yang mengenalkan jargon
“Mempribumikan Islam dan Meng-Islamkan Pribumi”.<br />
Sementara untuk kalangan umat NU, Gusdur dianggap lebih dari sekedar
manusia biasa. Semasa hidup, Beliau dipandang sebagai sosok manusia luar
biasa, sosok seorang “Wali Allah.” Tak heran jika berbagai pernyataan
kontroversialnya sering di-amin-kan oleh kalangan Nahdhiyin. Mereka
memandangnya sebagai wujud dari “sak durunge winarah”, salah satu
ke-cirian seorang Wali.<br />
Bagi bangsa Indonesia, terutama kalangan minoritas, Gusdur dilantik
secara tak resmi sebagai “guru bangsa”. Ketika Beliau “naik pangkat”
menjadi Presiden, banyak kalangan justru menganggap Beliau sejatinya
“turun pangkat”. Istilahnya “Semar Dadi Ratu”. Gusdur seakan sudi untuk
“disangkar emaskan”. Sementara Semar tak cocok menjadi Ratu. Ia melebihi
seorang Ratu. Demikian pula dengan Gusdur.<br />
Untuk kalangan minoritas sosoknya demikian dikenang dan dihormati.
Kalangan Tionghoa memberinya gelar “Bapak Tionghoa Indonesia.” Bukan
tanpa alasan, Gusdur-lah yang menghilangkan diskriminasi terhadap etnis
itu dengan Inpres No. 6/2000, yang dikeluarkan tanggal 17 Januari 2000
untuk mencabut Inpres 14/1967 yang menyudutkan etnis Tionghoa.<br />
Gusdur juga dinilai layak menyandang gelar “Bapak Demokrasi Indonesia”.
Pada era kepemimpinannya, Gusdur membubarkan Bakortranas -lembaga ekstra
yudisial penerus Kopkamtib- yang memiliki kewenangan luas untuk
menindas. Gusdur pula, dengan kebesaran hatinya, meminta maaf kepada
korban pembantaian PKI sekaligus mengusulkan untuk mencabut TAP MPRS No.
27/1966. Gusdur juga membuka ruang dialog antar (umat) agama. Ia ingin
setiap orang diperlakukan setara dalam hukum, tanpa membeda-bedakan
warna kulit, etnis, agama atau ideologi.<br />
Dengan segala rekam jejak positif Gusdur, maka tak heran jika
kepergiannya ditangisi oleh banyak pihak dan diantarkan oleh lautan
manusia. Kehadiran puluhan ribu orang dan maraknya acara haul Gusdur di
seluruh pelosok Indonesia menjadi pertanda bahwa kita sangat merindukan
kehadiran kembali sosok seperti layaknya Beliau, sekaligus bangsa merasa
kehilangan oleh sosok sekelas Beliau.<br />
Bagi kalangan santri, lautan manusia yang memadati acara haul-haul
Gusdur semakin menegaskan indikasi bahwa Gusdur ialah “wali” kesepuluh,
setelah Walisanga. Setiap hari makamnya selalu penuh sesak oleh
orang-orang yang berziarah untuk sekedar mendoakan atau “ngalap” berkah
pada tokoh penggemar cerita silat “Kho Ping Hoo” ini. Bahkan rute ziarah
Walisanga -kini- tidak sembilan, melainkan sepuluh, yaitu dengan
ditambahkannya makam Gusdur sebagai rute ziarah wisata Wali Allah.<br />
Akhirnya, kini, mata dan raga Gusdur memang “tertidur” panjang, namun
hati, jiwa, semangat dan buah pikirnya senantiasa ada untuk
diestafet-kan kepada generasi-generasi muda NU dan bangsa selanjutnya.
Atau benar ucapan KH Muchit Muzadi, bahwa 100 tahun lagi baru-lah
Indonesia melahirkan sosok seperti Gusdur kembali.<br />
Selamat jalan Gus…kami -anak muda NU- akan selalu mengenangmu.<br />
Allahummaghfir Lahu Warhamhu Wa A’fihi Wa’fuanhu…Al-Fatihah.<br />
<br />
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-69084624582228353032012-09-19T17:24:00.002-07:002012-09-19T17:24:45.425-07:00khusu'dalam sholat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMTh28tFD69hhOgq7xaaatFivgeWaYQGh53v0-Ty6BIgt7syL2ngcSSopPZESdNbvRZd8BKwLTZBBd3oNEUsO9Xe0xGUUdtziWVSeeQdgdJZi-XVU8FL-iDbTWrpwd9q8jme11MC0Gllc/s1600/Shalat.jpg-764549.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMTh28tFD69hhOgq7xaaatFivgeWaYQGh53v0-Ty6BIgt7syL2ngcSSopPZESdNbvRZd8BKwLTZBBd3oNEUsO9Xe0xGUUdtziWVSeeQdgdJZi-XVU8FL-iDbTWrpwd9q8jme11MC0Gllc/s200/Shalat.jpg-764549.jpg" width="200" /></a></div>
J'art Kaligrafi Gallery
Pengrajin kaligrafi
kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
QS. Al Baqarah (2) : 238.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em>“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.</em></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
QS. Al ‘Ankabuut (29) : 45.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em>“Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”</em></strong></div>
<div id="menu" style="position: absolute; right: 15px; top: 686px;">
<a href="http://ibramuko2.wordpress.com/wp-admin/s029a044.htm"><img alt="" border="0" src="http://ibramuko2.wordpress.com/wp-admin/img/left.gif" /></a> <a href="http://ibramuko2.wordpress.com/wp-admin/s029a046.htm"><img alt="" border="0" src="http://ibramuko2.wordpress.com/wp-admin/img/right.gif" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
QS. Al Mu’minuun 23 : 1-2</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em>Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.</em></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan bahwa ada seorang ahli ibadah
bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan terkenal sangat khusyuk
shalatnya. Namun demikian dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya
kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih
baik ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasanya
kurang khusyuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari Isam menghadiri majelis
seorang abid bernama Hatim Al-Asam dan bertanya: “Wahai Aba Abdurrahman
(Nama gelaran Hatim), bagaimanakah caranya tuan shalat?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Berkata Hatim: “Apabila masuk waktu shalat, aku berwudu’ zahir dan batin.” Bertanya Isam: “Bagaimana wuduk batin itu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Berkata Hatim: “Wuduk zahir sebagaimana
biasa, yaitu membasuh semua anggota wudu’ dengan air. Sementara wuduk
batin ialah membasuh anggota dengan 7 perkara:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bertaubat.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Menyesali akan dosa yang telah dilakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Tidak tergila-gila dengan dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Tidak mencari atau mengharapkan pujian dari manusia</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Meninggalkan sifat bermegah-megahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Meninggalkan sifat khianat dan menipu.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Meninggalkan sifat dengki.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Seterusnya Hatim berkata: “Kemudian aku
pergi ke Masjid, kusiapkan semua anggota tubuhku dan menghadap kiblat.
Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di
hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat
maut berada di belakangku. Dan kubayangkan pula bahwa aku seolah-olah
berdiri di atas titian Shiratul Mustaqim’ dan aku menganggap bahwa
shalatku kali ini adalah shalat terakhir bagiku (karena aku merasa akan
mati setelah shalat ini). Kemudian aku berniat dan bertakbir dengan
baik. Setiap bacaan dan do’a dalam shalat aku fahami maknanya. Kemudian
aku rukuk dan sujud dengan tawadu’ (merasa hina), aku bertasyahud
(tahiyat) dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas.
Beginilah aku shalat selama 30 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Isam mendengar penjelasan itu
menangislah ia sekuat-kuatnya, ternyata ibadahnya kurang baik bila
dibandingkan dengan Hatim.</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-70733452303983471142012-09-18T17:21:00.001-07:002012-09-18T17:25:49.233-07:00Pengertian ibadah dalam islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiz-6Kw2eYQUuhVsddmKm49hSF4PtD7UFHltqawoPKW3QbSkKwKylLvPIT8T0cnkcVR4iRDOcvCXzwrmY23xjkN_gQbERcmWcdWTfZlgYo59NyqL5id3_fbAxu2NP2dEjtPs8OWJo9szhc/s1600/spektrum-tingkatkan-ibadah-10.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiz-6Kw2eYQUuhVsddmKm49hSF4PtD7UFHltqawoPKW3QbSkKwKylLvPIT8T0cnkcVR4iRDOcvCXzwrmY23xjkN_gQbERcmWcdWTfZlgYo59NyqL5id3_fbAxu2NP2dEjtPs8OWJo9szhc/s200/spektrum-tingkatkan-ibadah-10.jpg" width="200" /></a></div><span id="goog_1954872716"></span><span id="goog_1954872717"></span>J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
Oleh<br />
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas<br />
<br />
<br />
<br />
A. Definisi Ibadah<br />
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:<br />
<br />
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.<br />
<br />
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.<br />
<br />
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.<br />
<br />
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.<br />
<br />
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:<br />
<br />
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ <br />
<br />
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]<br />
<br />
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).<br />
<br />
B. Pilar-Pilar Ubudiyyah Yang Benar<br />
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan).<br />
<br />
Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:<br />
<br />
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ<br />
<br />
“Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” [Al-Maa-idah: 54]<br />
<br />
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ<br />
<br />
“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165]<br />
<br />
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ<br />
<br />
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [Al-Anbiya’: 90]<br />
<br />
Sebagian Salaf berkata [2], “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq [3], siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’[4]. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy [5]. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.”<br />
<br />
C. Syarat Diterimanya Ibadah<br />
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :<br />
<br />
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.<br />
<br />
“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” [6]<br />
<br />
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:<br />
<br />
a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.<br />
b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.<br />
<br />
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.<br />
<br />
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:<br />
<br />
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ<br />
<br />
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112]<br />
<br />
Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.<br />
<br />
Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah.” <br />
<br />
Sebagaimana Allah berfirman:<br />
<br />
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا<br />
<br />
“Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]<br />
<br />
Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah.<br />
<br />
Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat.[7]<br />
<br />
Bila ada orang yang bertanya: “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?”<br />
<br />
Jawabnya adalah sebagai berikut:<br />
1. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:<br />
<br />
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ<br />
<br />
“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar: 2]<br />
<br />
2. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ (memerintah dan melarang). Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’.<br />
<br />
3. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita [8]. Maka, orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan).<br />
<br />
4. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya, maka yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian akan meliputi kehidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.<br />
<br />
D. Keutamaan Ibadah<br />
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya dicela. <br />
<br />
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:<br />
<br />
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ<br />
<br />
“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” [Al-Mu’min: 60]<br />
<br />
Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.<br />
<br />
Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.<br />
<br />
Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.<br />
<br />
Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.<br />
<br />
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.[9]<br />
<br />
Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.<br />
<br />
Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah saja.<br />
<br />
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah l, masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka.<br />
<br />
[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]<br />
_______<br />
Footnote<br />
[1]. Pembahasan ini dinukil dari kitab ath-Thariiq ilal Islaam (cet. Darul Wathan, th. 1421 H) oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, al-‘Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan ‘Abdul Hamid, dan Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighaatsatul Lahafan oleh Syaikh ‘Ali bin Hasan ‘Abdul Hamid.<br />
[2]. lihat al-‘Ubuudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali ‘Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary (hal. 161-162), Maktabah Darul Ashaalah 1416 H<br />
[3]. Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid.<br />
[4]. Murji’ adalah orang murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagian dari iman, iman hanya dalam hati.<br />
[5]. Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura’, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir.<br />
[6]. HR. Muslim (no. 1718 (18)) dan Ahmad (VI/146; 180; 256), dari hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma<br />
[7]. Lihat al-‘Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid (hal. 221-222).<br />
[8]. Lihat surat Al-Maa-idah ayat 3.<br />
[9]. Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan (hal. 67), oleh Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid. </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-69327109929743347872012-09-16T17:52:00.000-07:002012-09-16T17:52:11.321-07:00Keagungan seni kaligrafi islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNxcflc-1njUAYVVV8o7DW7j3zlAa0Dw5cdhIvCB-SZ27SJtE4yvgY-sf9TPTNfNI5JCopi7UawtWXeG9MsM_ms19gKYIGE6AB0Ek6ogaLv9oNWNaejoLZKU8virC-L1GMq4_TrhDVAqI/s1600/2202890853_c97ab59230_b-690x625.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNxcflc-1njUAYVVV8o7DW7j3zlAa0Dw5cdhIvCB-SZ27SJtE4yvgY-sf9TPTNfNI5JCopi7UawtWXeG9MsM_ms19gKYIGE6AB0Ek6ogaLv9oNWNaejoLZKU8virC-L1GMq4_TrhDVAqI/s200/2202890853_c97ab59230_b-690x625.jpg" width="200" /></a></div>KALIGRAFI Islam adalah seni ruhani. “<em>Islamic Calligraphy is a spiritual geometry brought about with material tools”, </em>demikian Yaqut al-Musta’shimi, sang Maestro klasik, menggambarkan keagungan warisan tamaddun Islam ini. Kaligrafi Islam memang bukan sembarang karya seni rupa, karena diyakini memancarkan pesona spiritualitas. <span id="more-577"></span>Ia pun dipersonifikasikan sebagai media ampuh yang dapat mengkomunikasikan ide-ide, sehingga Ubaidilah ibn Abbas menyebutnya dengan lisan al-yad atau lidahnya tangan. <br />
<div style="text-align: justify;">Bahkan, pada awal masa keislaman kaligrafi tidak hanya beredar pada poros estetis, tapi telah pula memasuki wilayah teologis. Tulisan Kufi, misalnya, yang mencapai puncak kesempurnaannya pada pertengahan abad VIII M, menjadi primadona dan dijadikan sebagai tulisan wajib untuk menulis mushaf Alquran. Oleh sebagian kelompok fanatik ia diyakini datang dari malaikat Jibril ketika wahyu pertama <em>nuzul</em>.</div><div style="text-align: justify;">Titik tolak kedigdayaan kaligrafi Islam sejurus dengan ditabuhnya genderang dakwah Islam di abad VII M. Wahyu pertama, <em>Iqra!</em> (bacalah!), adalah inspirator utama bagi tumbuh-kembangnya seni kaligrafi Islam di seantero dunia. Spirit “membaca” pada gilirannya telah melahirkan revolusi yang tak terbendung sehingga melahirkan 400 ranting tulisan setelah mengalami stagnasi selama 1000 tahun lamanya. Inilah pencapaian fantastis dalam sejarah aksara di muka bumi ini.</div><div style="text-align: justify;">Dalam rentang inilah Kaligrafi Islam lahir sebagai <em>masterpiece</em> yang sangat diagungkan, tidak hanya oleh umat Islam sendiri, tapi juga non muslim. Kita dapat menikmati jejak keagungan seni kaligrafi Islam dalam pelbagai ragam media, <em>al-amsyaq</em>, simbol-simbol keagamaan, dan altar-altar kekuasaan, yang hingga kini masih tersimpan dan terpajang dengan anggunnya.</div><div style="text-align: justify;">Buku yang dihadirkan D. Sirojuddin AR ini merupakan upaya cerdas dalam rangka menapaktilasi sekaligus merunut “syajarah al-khaththathin” atau silsilah para kaligrafer muslim. Secara cermat, Sirojuddin mampu menyajikan keterkaitan atau jaringan para kaligrafer muslim Nusantara dan para maestro kaligrafi di Timur Tengah.</div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu, apa yang dilakukan Sirojuddin ini tidak lain merupakan karya besar yang patut diapresiasi pemerhati dan pegiat seni Islam di Indonesia. Inilah <em>magnum opus</em> pertama yang menampilkan secara komprehensif aneka karya maestro yang memiliki nilai estetis tiada terkira. Tentu, karya ini hanyalah pemantik untuk meledakkan karya-karya besar lainnya. Masih terlampau banyak karya-karya master yang belum tersajikan dalam buku ini. Tampaknya Sirojuddin menginginkan “syajarah al-khaththathin” menjelma dan mewabah dalam bentuk dan kreativitas kawula muda di negeri ini.</div>Akhirnya, jikalau kita ingin menyaksikan dan menikmati pesona keagungan kaligrafi Islam dari masa ke masa dan dalam pelbagai coraknya, maka simaklah buku Sirojuddin ini. Kita tidak hanya dibuat berdecak tapi juga diajak untuk berfantasi menyelami samudera keagungan spiritualitas kaligrafi Islam. Selamat menikmati !<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-73622784486586183822012-08-25T16:41:00.000-07:002012-08-25T16:41:02.743-07:00Islam dan Kesehatan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<h3 class="post-title">Kesehatan menurut pandangan Islam</h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhENaXw1uJ271qFHHASbDmJtz7iZkTAQhArP9TdnXbqRYSEnDT3Npzz-RMfOiIiQIP1p6RHvKJCCIfmMkiDkGc3QFh9t7S8kwShlAsIIk4lggBo-_y4oFs2YNEwrFhDPnFrthamaaVaBW8/s1600/mmr.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="113" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhENaXw1uJ271qFHHASbDmJtz7iZkTAQhArP9TdnXbqRYSEnDT3Npzz-RMfOiIiQIP1p6RHvKJCCIfmMkiDkGc3QFh9t7S8kwShlAsIIk4lggBo-_y4oFs2YNEwrFhDPnFrthamaaVaBW8/s200/mmr.jpg" width="200" /></a></div><h3 class="post-title"> </h3><a href="http://photos1.blogger.com/x/blogger/9/2749/1600/314065/Kesehatan%20dan%20Islam%201.jpg"><img alt="" border="0" src="http://photos1.blogger.com/x/blogger/9/2749/320/915961/Kesehatan%20dan%20Islam%201.jpg" style="display: block; margin: 0 auto 10px; text-align: center;" /></a><br />
<blockquote><span style="font-size: 85%;">“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Maa’idah, 5: 3).</span></blockquote><span class="fullpost">Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama</span><span id="more-113"></span><span class="fullpost">-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat. </span><br />
<span class="fullpost">“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman: </span><br />
<blockquote><span class="fullpost" style="font-size: 85%;">”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57). </span></blockquote><span class="fullpost">Sehat menurut batasan <em>World Health Organization</em> adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan. </span><br />
<span class="fullpost"><strong>A.Kebersihan, membersihkan dan menyucikan diri</strong> </span><br />
<ol><li><span class="fullpost">Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah. </span></li>
<li><span class="fullpost">Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan “, dan ” Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur.” </span></li>
<li><span class="fullpost">Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi. </span></li>
<li><span class="fullpost">Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: “Tutuplah bejana air dan tempat minummu ” </span></li>
<li><span class="fullpost">Rumah: “Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu” sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: “Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah.” </span></li>
<li><span class="fullpost">Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan. </span></li>
</ol><span class="fullpost">Perintah-perintah Rasulullah SAW tersebut di atas memiliki makna bahwa kita harus menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari berbagai infeksi saluran pencernaan. </span><br />
<span class="fullpost"><strong>B.Penanggulangan dan penanganan epidemi penyakit</strong> </span><br />
<ol><li><span class="fullpost">Karantina penyakit: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra ” </span></li>
<li><span class="fullpost">Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar penanganan dan penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera dan cacar), “Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya.” </span></li>
<li><span class="fullpost">Islam menganjurkan umatnya melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi. </span></li>
</ol><span class="fullpost"><strong>C. Makanan</strong> </span><br />
<ol><li><span class="fullpost"><span class="fullpost">Makanan yang diharamkan.<br />
Firman Allah SWT :</span></span> <blockquote><span style="font-size: 85%;">“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 2. Al Baqarah, 2:173 )</span></blockquote><span class="fullpost">Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.). </span></li>
<li><span class="fullpost">Makanan sehat dan halal:<br />
Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang baik dan halal, misalnya daging, ikan, madu dan susu. Makanan-makanan yang baik dan halal bermanfaat bagi tubuh. Islam menolak paham vegetarian. Pola konsumsi yang hanya tergantung pada jenis sayuran belaka tidak sehat bagi tubuh karena kebutuhan protein tidak dapat tercukupi hanya dari konsumsi sayuran saja. </span></li>
<li><span class="fullpost"><span class="fullpost">Menjaga perilaku muslim ketika makan:<br />
Islam menegaskan kepada orang muslim untuk menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa “perut adalah seburuk-buruk tempat untuk diisi”. Sebagian besar penyakit bersumber dari perut. Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya :</span></span> <blockquote><span style="font-size: 85%;">“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS 4. An Nisaa’ : 79)</span></blockquote></li>
</ol><span class="fullpost"><strong>D. Olahraga </strong></span><br />
<span class="fullpost">Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda. </span><br />
<span class="fullpost"><strong>E. Kesehatan seksual</strong> </span><br />
<span class="fullpost">Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam menolak pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama seseorang untuk bertindak. </span><br />
<ol><li><span class="fullpost">Pendidikan seksual </span></li>
<li><span class="fullpost">Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang baik dan berakhlaq mulia. </span></li>
<li><span class="fullpost">Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar mencapai kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah. </span></li>
<li><span class="fullpost">Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan binatang. </span></li>
<li><span class="fullpost">Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki </span></li>
<li><span class="fullpost">Islam membolehkan kaum pria untuk berpoligami untuk menghindari perzinahan, namun dengan syarat-syarat tertentu . </span></li>
<li><span class="fullpost">Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid, berhubungan badan melalui dubur dan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah selesai datang bulan. </span></li>
</ol><span class="fullpost"><strong>F. Kesehatan jiwa</strong> </span><br />
<span class="fullpost">Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin. Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan badan. </span><br />
<span class="fullpost"><strong>G. Puasa</strong> </span><br />
<span class="fullpost">Puasa, bagian dari ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan agama, sesudah pernyataan imannya. Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan perintah puasa. Betapa pentingnya berpuasa sehingga Allah menempatkan posisi hamba-Nya yang berpuasa dengan posisi yang istimewa. ”Puasa itu untuk-Ku. Tidak ada yang tahu. Dan Aku akan memberi pahala semau-Ku.”<br />
Keistimewaan itu sudah barang tentu ada tujuan Allah agar mendapatkan hikmah pada dirinya, yaitu kesehatan dan sekaligus kebahagiaan. Janji Allah diberikan kepada orang yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: ”Berpuasalah maka anda akan sehat.” Dengan berpuasa akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial. </span><br />
<span class="fullpost"><strong>1. Manfaat bagi Kesehatan Badan (jasmani).</strong> </span><br />
<span class="fullpost">Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul ”Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam” oleh Dr Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan puasa sangat berguna bagi kesehatan. Antara lain: </span><br />
<ul><li><span class="fullpost">Puasa memperkecil sirkulasi darah sebagai perimbangan untuk mencegah keluarnya keringat dan uap melalui pori-pori kulit serta saluran kencing tanpa perlu menggantinya. Menurutnya curah jantung dalam mendistribusikan darah keseluruh pembuluh darah akan membuat sirkulasi darah menurun. Dan ini memberi kesempatan otot jantung untuk beristirahat, setelah bekerja keras satu tahun lamanya. Puasa akan memberi kesempatan pada jantung untuk memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya. </span></li>
<li><span class="fullpost">Puasa memberi kesempatan kepada alat-alat pencernaan untuk beristirahat setelah bekerja keras sepanjang tahun. Lambung dan usus beristirahat selama beberapa jam dari kegiatannya, sekaligus memberi kesempatan untuk menyembuhkan infeksi dan luka yang ada sehingga dapat menutup rapat. Proses penyerapan makanan juga berhenti sehingga asam amoniak, glukosa dan garam tidak masuk ke usus. Dengan demikian sel-sel usus tidak mampu lagi membuat komposisi glikogen, protein dan kolesterol. Disamping dari segi makanan, dari segi gerak (olah raga), dalam bulan puasa banyak sekali gerakan yang dilakukan terutama lewat pergi ibadah. </span></li>
</ul><span class="fullpost"><strong>2. Manfaat bagi Kesehatan Rohani (Mental).</strong> </span><br />
<span class="fullpost">Perasaan (mental) memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Mendapat rasa senang, gembira, rasa puas serta bahagia, merupakan tujuan bermacam-macam ikhtiar manusia sehari-hari. Bila seseorang menangani gangguan kesehatan, tidak boleh hanya memperhatikan gangguan badaniah saja, tetapi sekaligus segi kejiwaan dan sosial budayanya. Rohani datang dari Allah, maka kebahagiaan hanya akan didapat apabila makin dekat kepada pencipta-Nya. </span><br />
<span class="fullpost">Di dalam bulan puasa disunahkan untuk makin berdekat diri dengan Allah SWT baik lewat shalat, membaca Alquran, zikir, berdoa, istighfar, dan qiyamul lail. Selama sebulan secara terus-menerus akan membuat rohani makin sehat, jiwa makin tenang. Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, makin yakin bahwa semua yang ada datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya jua. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah antara lain: </span><br />
<blockquote><span class="fullpost" style="font-size: 85%;">”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS:Al Baqarah 45). </span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: 85%;">”Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali merugi.” (QS:Al-Isra’ 82) </span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: 85%;">”Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS:Ar-Ra’d 28). </span><br />
<span class="fullpost" style="font-size: 85%;">”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”(QS:Al Fajr 27-30). </span></blockquote><span class="fullpost"><strong>3. Manfaat Puasa bagi hubungan sosial. </strong></span><br />
<span class="fullpost">Dalam mengajarkan nilai ibadah itu adalah terwujudnya keseimbangan antara cinta kepada Allah dan cinta kepada manusia. Demikian juga nilai ibadah puasa, tidak hanya terjalinnya hubungan yang semakin dekat kepada Allah, tetapi juga semakin dekat dengan sesamanya. </span><span class="fullpost">Makin seringnya beribadah bersama, bersama keluarga, tetangga, dan masyarakat sekeliling, maka makin kenal akan sesamanya, makin menyadari kebutuhan hidup bermasyarakat. Makin timbul keinginan berbagi rahmat bersama-sama di dunia dan makin ingin bersama-sama masuk surga. Pahala nilai shodaqoh berlipat ganda termasuk memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa. Menyakiti hati orang lain dan aneka gangguan terhadap sesamanya sangat dianjurkan untuk ditinggalkan. Kalau tidak maka nilai puasa seseorang sangatlah rendah. Hal ini dijelaskan di dalam firman Allah SWT: </span><br />
<blockquote><span style="font-size: 85%;">”Hai orang-orang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafa’at. Dan oang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”(QS:Al Baqarah 254) </span><br />
<span style="font-size: 85%;">“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”(QS:Al Hujurat 10) </span><br />
<span style="font-size: 85%;">”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya langit dan bumi dan disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang bebuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan </span></blockquote><span style="font-size: 85%;">perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”(QS Al Imran 133-135). </span>Wallahualam<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-26021415268033877822012-08-25T16:37:00.000-07:002012-08-25T16:37:08.070-07:00Mengenal ROSULULLAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA729Q8Jeyiqcja-sgiFG5VABJPBh-k35zA4NiDpQ7YtU9N7dUnC-8WOQxbYOueTToI597Kb0OykYPD590fcKXmv65aQuKJiaXI7TD4Noa9Q03X4Bjb8bVicQFWUa_ZNBqYRwUnclhkgI/s1600/rasulullah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="193" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA729Q8Jeyiqcja-sgiFG5VABJPBh-k35zA4NiDpQ7YtU9N7dUnC-8WOQxbYOueTToI597Kb0OykYPD590fcKXmv65aQuKJiaXI7TD4Noa9Q03X4Bjb8bVicQFWUa_ZNBqYRwUnclhkgI/s200/rasulullah.jpg" width="200" /></a></div>1.MAKAN<br />
Nabi S.A.W. makan menggunakan tangan kanan. Sewaktu makan, baginda menggunakan 3 jari dan sesudah makan jari-jarinya dihisap sebelum membersihkannya.<br />
Baginda makan menggunakan suapan yang kecil, berhati-hati hingga makanan tidak terjatuh dari dulang atau tempat hidangan. <br />
Baginda sering bertanya apakah hidangan makanan itu berbentuk hadiah atau sedekah. Bila makanan itu berbentuk sedekah, baginda tidak memakannya dan menyuruh sahabat makan tetapi bila makanan itu berbentuk hadiah, baginda akan turut makan bersama. (Riwayat Bukhari, Muslim, Nasaai dari Abu Hurairah)<br />
2. TIDUR<br />
Apabila Nabi S.A.W. merebahkan diri di tempat tidur, baginda sering berdoa yang artinya : “Alhamdulillah yang telah memberi kami makan, minum, tempat perlindungan dan keperluan hidup karena masih banyak yang kurang makan, minum dan tidak mempunyai tempat tidur. ” (Riwayat Bukhari Muslim, Abu Daud, Termizi dan Nasaai dari Anas)<br />
Di waktu Nabi S.A.W. hendak tidur, baginda meletakkan tangan kanannya dibawah pipi kanan baginda. (Riwayat Thabarany dari Hafshah)<br />
<span id="more-76"></span><br />
Sebelum Nabi S.A.W. memejamkan mata, baginda berdoa yang artinya : “Ya Allah, dengan namaMu aku hidup dan dengan namaMu aku mati. “<br />
Bila bangun dari tidur, baginda mengucapkan: “Alhamdulillah yang menghidupkan kami sesudah kami dimatikan dan kepadaNya kami akan kembali berkumpul, ” (Riwayat Ahmad, Muslim dan Nasaai dari al-Barraaq). <br />
3. MARAH<br />
Kemarahan Nabi S.A.W. adalah karena kebenaran, artinya karena kebenaranlah baginda melahirkan kemarahannya.<br />
Nabi S.A.W. marah dengan cara sopan, sesuai dengan do’anya ini, yaitu: “Aku mohonkan kepada Engkau kalimat kebenaran pada saat marah dan suka. ” <br />
Maksudnya, Rasulullah S.A.W. tidak berkata kecuali yang benar saja begitu juga waktu marah atau waktu tidak marah. Kemarahan Rasulullah S.A.W. karena ada perkara yang tidak disukai yang menyalahi dari yang benar sebagaimana yang diajarkan agama atau yang terang-terangan dilarang oleh agama.<br />
[Kitab Matan al-Arba'in - Sheikh Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syirfuan-Nawawi]<br />
Imam Ghazali berkata: “Kemarahan manusia bermacam-macam. Setengahnya lekas marah, lekas tenang dan lekas hilang. setengahnya lambat marah, lambat pula redanya. Setengahnya lambat akan marahnya dan lekas pula hilangnya. Yang akhir inilah yang terpuji. “<br />
4. KETAWA<br />
Bila nabi S.A.W. ketawa, baginda akan meletakkan tangan di mulut baginda dan bila terjadi sesuatu yang mengembirakan, baginda akan mengucap syukur kepada Allah. Bila bercakap-cakap, baginda sentiasa tersenyum. (Riwayat Abu Daud dan Abu Musa)<br />
5. WARNA dan PAKAIAN KESUKAAN<br />
Warna yang disukai Nabi S.A.W. ialah hijau dan pakaian yang digemari ialah habarah seperti kemeja panjang berwarna putih. (Riwayat Bukhari Muslim)<br />
<br />
<br />
Mari kita meluangkan waktu sejenak untuk berwisata ke rumah Rasulullah, mengenal lebih dekat sifat, gaya hidup dan pribadi beliau. Siapkan mata untuk membaca (jangan ngantuk), siapkan hati dalam kondisi tenang (jangan buru-buru bacanya). Oke? Siap? Mari kita berangkat….. <br />
Bismillahirrohmanirrohim…<br />
<img alt="*" height="12" src="http://aptika.blog.uns.ac.id/DOCUME%7E1/USER/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="12" /> <strong>Sifat-Sifat Rasulullah</strong><br />
Dalam sebuah hadist disebutkan, “<em>Rasulullah itu adalah orang yang paling tampan wajahnya, paling bagus akhlaqnya. Tidak tinggi sekali dan juga tidak pendek” (HR Bukhori)</em><br />
Di antara sifat-sifat beliau adalah <strong>malu</strong>. Malu dalam hal yang pantas untuk malu, tetapi tegas dalam hal yang menyangkut akhlak dan kebenaran. Sahabat Abu Said al-Khudri mengatakan,<br />
“<em>Rasulullah lebih pemalu dari seorang perawan dan pingitan. Bila beliau melihat sesuatu yang tidak disukai, kami tahu dari raut wajahnya.” (HR Bukhari)</em><br />
<strong> </strong><br />
<img alt="*" height="12" src="http://aptika.blog.uns.ac.id/DOCUME%7E1/USER/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="12" /> <strong>Bicara Rasulullah</strong><br />
Aisyah bercerita,”<em>Rasulullah tidak pernah berbicara penuh sebagaimana bicaramu ini (cerewet), tetapi beliau berbicara dengan perkataan yang pas, jelas, padat sehingga bisa dihafal oleh orang yang ada di sekitarnya.” (HR Abu Dawud)</em><br />
<ul class="unIndentedList"><li> Rasulullah berbicara dengan mudah dan sopan serta lemah lembut, karena beliau ingin agar orang lain mengerti arah pembicaraannya.<em></em></li>
<li> Beliau sangat menjaga perbedaan-perbedaan dan cara berpikir diantaranya umatnya. Beliau memilih bersikap <em>halim</em> (menerima perbedaan walaupun tidak sesuai dengan isi hati) dan sabar sehingga menyenangkan lawan bicara.<em></em></li>
<li> Rasulullah juga suka bercanda dengan para sahabatnya untuk mengurangi rasa takut karena sebagiab di antara mereka ada yang takut kepada yang lain.<em></em></li>
</ul><img alt="*" height="12" src="http://aptika.blog.uns.ac.id/DOCUME%7E1/USER/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="12" /> <strong>Rumah Rasullah</strong><br />
Ketika di rumah Rasulullah, di dalamnya tidak ada apa-apa, kecuali kesederhanaan dengan modal Iman. Tidak ada lukisan pda dindingnya. “<em>Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan lukisan” (HR Bukhari)</em><br />
Ada tempat minum Rasulullah yang terbuat dari kayu yang dipatri dengan besi. Dengan gelas itulah Rasulullah minum air, susu, madu, perasan kurma. Anas bin Malik,”<em>Bahwasanya Rasulullah minum sebanyak 3 teguk, dan bernapas di luar gelas, tidak di dalam gelas ketika sedang minum.” (Muttafaqun ‘alaih)</em><br />
Terlihat juga baju besi yang dipakai Rasulullah saat perang, namun setelah beliau wafat, baju itu digadaikan kepada seorang Yahudi dengan 30 sha’ gandum.<br />
Satu akhlak yang perlu di contoh, ketika beliau pulang larut malam, beliau menunggu hingga pagi baru mengucapkan salam dan masuk, agar tidak mengganggu tidur istrinya.<br />
<img alt="*" height="12" src="http://aptika.blog.uns.ac.id/DOCUME%7E1/USER/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="12" /> <strong>Apa yang Dikerjakan Rasulullah?</strong><br />
Nah sampai dimanakah khayalan kita ketika membayangkan keseharian Rasulullah di rumahnya? Bagaimana Sang Rasul Agung menghabiskan waktunya di rumah bersama keluarganya?<br />
Aisyah pernah ditanya,”Apa yang dikerjakan Rasulullah di Rumah?” Dijawabnya,<br />
“<em>Seperti layaknya manusia biasa. Beliau menambal bajunya, memerah susu kambingnya, dan mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)</em><br />
Ini lah prototipe tawadhu’ dan ketidaksombongan dan ketidaksewenang-wenangan terhadap orang lain.<br />
Lihatlah, betapa di rumahnya tidak ada makanan yang cukup dimakan sekeluarga. Dan Aisyah pernah meriwayatkan, “<em>Kami keluarga Muhammad sudah biasa tidak menghidupkan perapian selam sebulan. Kami hanya makan dari Aswadaani yaitu korma dan air.” (HR Bukhari)</em><br />
Tapi hal itu tidak membuat beliau malas atau lupa mengingat Alloh dan bersyukur.<br />
Ketika Bilal sudah mengumandangkan adzan, maka Rasulullah segera bergegas ke masjid dan menjadi imam. Belum pernah Rasulullah shalat fardhu di rumah kecuali shalat sunnah. Beliau tidak pernah meninggalkan sholat berjama’ah di masjid kecuali hari ketika beliau dipanggil menghadap Alloh kala sakit. Beliau mengingatkan <em>” Terangilah rumahmu dengan bacaan Al Qur’an dan Sholat sunnah” (HR Bukhari).</em><br />
<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-34381215777704661432012-08-21T18:13:00.000-07:002012-08-21T18:13:28.543-07:00KEAJAIBAN AL QUR'AN DAN BIOLOGI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi <a href="http://www.kaligrafiunik.web.id/">kaligrafi unik</a>,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div align="left" class="baslik2"><strong>Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita </strong></div><div class="ayetler">"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (Al Qur'an, 96:15-16)</div><div class="hyg">Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan: </div><div class="hyg">Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…<em>(Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest, 1991, The Human Nervous System, Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea & Febiger , s. 410-411) </em></div><div class="hyg">Buku tersebut juga mengatakan: </div><div align="justify" class="hyg">Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang…<em>(Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211) </em></div><div align="justify" class="hyg">Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta. </div><div align="justify"><span class="hyg">Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an sejak dulu. </span></div><div align="left" class="baslik2">Kelahiran Manusia</div><div align="justify" class="hyg">Terdapat banyak pokok persoalan yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang mengundang manusia untuk beriman. Kadang-kadang langit, kadang-kadang hewan, dan kadang-kadang tanaman ditunjukkan sebagai bukti bagi manusia oleh Allah. Dalam banyak ayat, orang-orang diseru untuk mengalihkan perhatian mereka ke arah proses terciptanya mereka sendiri. Mereka sering diingatkan bagaimana manusia sampai ke bumi, tahap-tahap mana yang telah kita lalui, dan apa bahan dasarnya:</div><div align="justify" class="ayetler">"Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?" (Al Qur'an, 56:57-59)</div><div align="justify" class="hyg">Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:</div><div align="justify" class="hyg">1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya<br />
(spermazoa).</div><div align="justify" class="hyg">2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.</div><div align="justify" class="hyg">3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.</div><div align="justify" class="hyg">4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.</div><div align="justify" class="hyg">Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur'an diturunkan, pasti mengetahui bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar pengertian orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20.</div><div align="justify" class="hyg"><strong class="baslik2">Setetes Mani</strong></div><div align="justify" class="hyg">Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :</div><div align="justify" class="ayetler">"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (Al Qur'an, 75:36-37)</div><div align="justify"><span class="hyg">Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.</span></div><table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 533px;"><tbody>
<tr> <td class="boxtext" height="100"><img align="left" height="100" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/sperm1_ind.jpg" width="131" /></td> <td class="boxtext"><div align="center">Pada gambar di samping, kita saksikan air mani yang dipancarkan ke rahim. Dari keseluruhan sperma berjumlah sekitar 250 juta yang dipancarkan dari tubuh pria, hanya sedikit sekali yang berhasil mencapai sel telur. Sperma yang akan membuahi sel telur hanyalah satu dari seribu sperma yang mampu bertahan hidup. Fakta bahwa manusia tidak diciptakan dengan menggunakan keseluruhan air mani, tapi hanya sebagian kecil darinya, dinyatakan dalam Al Qur'an dengan ungkapan, "setetes mani yang ditumpahkan". </div></td> </tr>
</tbody> </table><div align="left" class="baslik2">Campuran Dalam Air Mani</div><div align="justify"><img align="left" height="120" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/SPERM22_ind.jpg" width="91" /><span class="hyg">Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma. </span></div><div align="justify" class="hyg">Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur'an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:</div><div class="ayetler">"Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan." (Al Qur'an, 76:2)</div><div class="hyg">Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan campuran" ini:</div><div class="ayetler">"Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina." (Al Qur'an, 32:7-8)</div><div align="justify" class="hyg">Kata Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti "bagian dari suatu kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al Qur'an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta manusia. </div><div align="justify" class="baslik2">Jenis Kelamin Bayi</div><div class="hyg">Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan". </div><div class="ayetler">"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (Al Qur'an, 53:45-46) </div><div class="hyg">Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini. </div><table align="center" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="height: 164px; width: 491px;"><tbody>
<tr> <td height="164" width="150"><div align="left" class="boxtext"><img align="right" height="149" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/KROMOZOM1_ind.jpg" width="150" /></div></td> <td width="325"><div align="center"><span class="boxtext">Kromosom Y membawa sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X berisi sifat-sifat kewanitaan. Di dalam sel telur ibu hanya dijumpai kromosom X, yang menentukan sifat-sifat kewanitaan. Di dalam air mani ayah, terdapat sperma-sperma yang berisi kromosom X atau kromosom Y saja. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y. Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin dapat diketahui di masa Al Qur'an diturunkan, adalah bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah. </span></div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg"><br />
</div><div class="hyg">Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan. </div><div class="hyg">Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria. </div><div class="hyg">Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita. </div><div class="hyg">Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan. </div><div class="hyg">Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur'an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria. </div><div align="justify" class="baslik2">Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim</div><div class="hyg">Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan dalam Al Qur'an mengenai pembentukan manusia, sekali lagi kita akan menjumpai keajaiban ilmiah yang sungguh penting. </div><div class="hyg">Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop. </div><table align="center" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 429px;"><tbody>
<tr> <td height="148"><span class="boxtext"><img align="right" height="140" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/ALAK_ind.jpg" width="117" /></span></td> <td><div align="center"><span class="boxtext">Pada tahap awal perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Gambar di atas adalah zigot yang terlihat seperti sekerat daging. Informasi ini, yang ditemukan oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al Qur'an 14 abad yang lalu dengan menggunakan kata "'alaq", yang bermakna "sesuatu yang menempel pada suatu tempat" dan digunakan untuk menjelaskan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah. </span></div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg"><br />
</div><div class="hyg">Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. <em>(Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36) </em></div><div class="hyg">Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:</div><div class="ayetler">"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (Al Qur'an, 96:1-3) </div><div class="hyg">Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah. </div><div class="hyg">Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa sebuah kata yang demikian tepat digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam. </div><div align="left" class="baslik2">Pembungkusan Tulang oleh Otot</div><table align="right" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 152px;"><tbody>
<tr> <td height="74"><div align="center" class="boxtext"><img height="150" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/ELDOUM188_ind.jpg" width="150" /><br />
Tahapan-tahapan perkembangan bayi dalam rahim ibu dipaparkan dalam Al Qur'an. Sebagaiman diuraikan dalam ayat ke-14 surat Al Mu'minuun, jaringan tulang rawan pada embrio di dalam rahim ibu mulanya mengeras dan menjadi tulang keras. Lalu tulang-tulang ini dibungkus oleh sel-sel otot. Allah menjelaskan perkembangan ini dalam ayat: "…dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging".</div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini. </div><div class="ayetler">"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (Al Qur'an, 23:14)</div><div align="justify"><img align="left" height="120" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/eeISKELETB1_ind.jpg" width="110" /><span class="hyg">Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. </span></div><div align="justify"><span class="hyg">Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya. </span></div><div class="hyg">Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. </div><div class="hyg">Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini. </div><div align="justify"><img align="left" height="150" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/eeBACAKKEM1_ind.jpg" width="150" /><span class="hyg">Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut: </span></div><div class="hyg">Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal.Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. <em>(Moore, Developing Human, 6. edition,1998.) </em></div><div class="hyg">Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam Al Qur'an, benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern. </div><div class="dipnot"><br />
</div><div align="justify" class="baslik2">Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim</div><table align="right" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 109px;"><tbody>
<tr> <td height="74"><div align="center" class="boxtext"><img height="150" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/BEBEKYZC1_ind.jpg" width="108" /><br />
Dalam ayat ke-6 surat Az Zumar, disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu dalam tiga kegelapan. Embriologi modern telah mengungkap bahwa perkembangan ebriologi bayi terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya. </div><div class="ayetler">"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6) </div><div class="hyg">Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut: </div><div class="hyg">"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." <em>(Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.) </em></div><div class="hyg">Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:</div><div align="left"><img align="left" height="133" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/bbEMBRIYOC2_ind.jpg" width="150" /><span class="hygbold"><strong>- Tahap Pre-embrionik</strong></span></div><div class="hyg">Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan. </div><div align="left" class="hygbold"><strong>- Tahap Embrionik</strong></div><div class="hyg">Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut. </div><div align="left" class="hyg"><strong>- Tahap fetus</strong></div><div class="hyg">Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran. </div><div class="hyg">Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah. </div><div align="justify" class="baslik2"><strong>Air Susu Ibu</strong></div><img align="left" height="218" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/BEBEKKAT_ind.jpg" width="150" /> <div class="hyg">Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, dan sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini. </div><div class="hyg">Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in Infant Nutrition, http:// www. icr.org/pubs/imp-259.htm) </div><div class="hyg">Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad yang lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya "…menyapihnya dalam dua tahun…". </div><div class="ayetler">"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (Al Qur'an, 31:14)</div><div align="justify" class="baslik2">Tanda Pengenal Manusia pada Sidik Jari</div><table align="left" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 125px;"><tbody>
<tr> <td><div align="center" class="boxtext"><img height="100" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/PARMAKIZ1_ind.jpg" width="125" /><br />
Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir kembar identik, memiliki pola sidik jari yang khas untuk diri mereka masing-masing, dan berbeda satu sama lain. Dengan kata lain, tanda pengenal manusia tertera pada ujung jari mereka. Sistem pengkodean ini dapat disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div align="justify" class="hyg">Saat dikatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan: </div><div align="justify" class="ayetler">"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4) </div><div align="justify" class="hyg">Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain. </div><div align="justify" class="hyg">Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia. </div><div align="justify" class="hyg">Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. </div><div align="justify" class="hyg">Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div><div align="center" class="baslik4">© Harun Yahya Internasional 2003. <br />
Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini <br />
<a href="mailto:info@harunyahya.com">info@harunyahya.com </a></div><div align="justify" class="hyg"><br />
</div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-4928670219753012792012-08-21T18:11:00.000-07:002012-08-21T18:11:23.216-07:00KEAJAIBAN AL QUR'AN DAN BUMI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div align="left" class="baslik2">Lapisan-Lapisan Atmosfer</div><table align="right" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 100px;"><tbody>
<tr> <td><div align="center" class="boxtext"><img height="176" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/atmosfer_ind.jpg" width="150" /><br />
<br />
Bumi memiliki seluruh sifat yang diperlukan bagi kehidupan. Salah satunya adalah keberadaan atmosfir, yang berfungsi sebagai lapisan pelindung yang melindungi makhluk hidup. Adalah fakta yang kini telah diterima bahwa atmosfir terdiri dari lapisan-lapisan berbeda yang tersusun secara berlapis, satu di atas yang lain. Persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur’an, atmosfir terdiri dari tujuh lapisan. Ini pastilah salah satu keajaiban Al Qur’an. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis. </div><div class="ayetler">"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Qur'an, 2:29) </div><div class="ayetler">"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." (Al Qur'an, 41:11-12) </div><div class="hyg">Kata "langit", yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.</div><div class="hyg">Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut: </div><div class="hyg">Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. .<br />
<em>(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)</em></div><div class="hyg">Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.</div><div class="hyg">1. Troposfer</div><div class="hyg">2. Stratosfer</div><div class="hyg">3. Ozonosfer</div><div class="hyg">4. Mesosfer</div><div class="hyg">5. Termosfer</div><div class="hyg">6. Ionosfer</div><div class="hyg">7. Eksosfer</div><div class="hyg">Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, <span class="ayetler">"… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya."</span> Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya. </div><div class="hyg">Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut: </div><div class="hyg">Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir. <br />
<em>(http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html) </em></div><div class="hyg">Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.</div><div align="left" class="baslik2">Fungsi Gunung</div><table align="right" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 100px;"><tbody>
<tr> <td><div align="center" class="boxtext"><img height="191" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/Everest_ind.jpg" width="150" /><br />
<br />
Dengan perpanjangannya yang menghujam jauh ke dalam maupun ke atas permukaan bumi, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi yang berbeda, layaknya pasak. Kerak bumi terdiri atas lempengan-lempengan yang senantiasa dalam keadaan bergerak. Fungsi pasak dari gunung ini mencegah guncangan dengan cara memancangkan kerak bumi yang memiliki struktur sangat mudah bergerak. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung. </div><div class="ayetler">"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31) </div><div class="hyg">Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. </div><div class="hyg">Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern. </div><div class="hyg">Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.</div><div class="hyg">Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:</div><div class="hyg">Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. <em>(General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305) </em></div><div class="hyg">Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak":</div><div class="ayetler">"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7) </div><div class="hyg">Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu. </div><div class="hyg">Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:</div><div class="hyg">Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. <em>(Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)</em></div><div class="hyg">Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.</div><div class="ayetler">"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)</div><div align="left" class="baslik2">Angin yang Mengawinkan</div><table align="right" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 100px;"><tbody>
<tr> <td><div align="center" class="boxtext"><img height="112" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/Dalga11_ind.jpg" width="200" /><br />
<br />
Gambar di atas memperlihatkan tahap-tahap pembentukan gelombang air. Gelombang air terbentuk ketika angin meniup permukaan air. Akibat pengaruh angin ini, pertikel-partikel air mulai bergerak melingkar. Pergerakan ini kemudian mendorong terbentuknya gelombang air yang silih berganti, dan butiran-butiran air kemudian terbentuk oleh gelombang ini yang kemudian tersebar dan beterbangan di udara. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Dalam sebuah ayat Al Qur’an disebutkan sifat angin yang mengawinkan dan terbentuknya hujan karenanya. </div><div class="ayetler">"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (Al Qur'an, 15:22)</div><div class="hyg">Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke 20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun penemuan ilmu meteorologi modern telah menunjukkan peran "mengawinkan" dari angin dalam pembentukan hujan. </div><div class="hyg">Fungsi mengawinkan dari angin ini terjadi sebagaimana berikut:</div><div class="hyg">Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. . Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekitar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan dan kemudian jatuh ke Bumi dalam bentuk hujan.</div><div class="hyg">Sebagaimana terlihat, angin “mengawinkan” uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang di bawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. </div><div class="hyg">Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujanpun tidak akan pernah terjadi. </div><div class="hyg">Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Al Qur’an, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam…</div><div align="left" class="baslik2">Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain</div><table align="left" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 282px;"><tbody>
<tr> <td height="203" width="150"><div align="left" class="boxtext"><img align="left" height="195" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/Cebeltarik1_ind.jpg" width="150" /></div></td> <td width="149"><div align="center"><span class="boxtext">Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan keduanya. </span></div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut:</div><div class="ayetler">"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing." (Al Qur'an, 55:19-20) </div><div class="hyg">Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. <em>(Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)</em></div><div class="hyg">Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an. </div><div align="left" class="baslik2">Kegelapan dan Gelombang di Dasar Laut</div><table align="right" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 151px;"><tbody>
<tr> <td><div align="center" class="boxtext"><img height="196" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/DENIZKAR1_ind.jpg" width="150" /> <br />
Pengukuran yang dilakukan dengan teknologi masa kini berhasil mengungkapkan bahwa antara 3 hingga 30% sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permukaan lautan hingga kedalaman 200 meter, kecuali sinar biru (lihat gambar di samping). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak dijumpai sinar apa pun. (lihat gambar atas). Fakta ilmiah ini telah disebutkan dalam ayat ke-40 surat An Nuur sekitar 1400 tahun yang lalu.. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="ayetler">"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (Al Qur'an, 24:40)</div><div class="hyg">Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans: </div><div class="hyg">Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. <em>(Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)</em></div><div class="hyg">Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini. </div><div class="hyg">Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan "gelap gulita di lautan yang dalam" digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al Qur’an, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra. </div><div class="hyg">Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur <span class="ayetler">"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan…"</span> mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al Qur’an yang lain. </div><div class="hyg">Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang "terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda." Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. <em>(Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205) </em></div><div class="hyg">Pernyataan-pernyataan dalam Al Qur'an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah.</div><div align="justify" class="baslik2">Kadar Hujan </div><div class="hyg">Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut; </div><div class="ayetler">"Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (Al Qur'an, 43:11)</div><div class="hyg">Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini. </div><table align="center" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 320px;"><tbody>
<tr> <td><span class="boxtext"><img height="119" hspace="5" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/16tonbuharl_ind.jpg" width="150" /><img height="119" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/16tonyamurc_ind.jpg" width="150" /></span></td> </tr>
<tr> <td><div align="center"><span class="boxtext">Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Jumlah yang tetap ini dinyatakan dalam Al Qur'an dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar". Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini,.. </span></div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg"><br />
</div><div class="hyg">Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an. </div><div align="left" class="baslik2">Pergerakan Gunung</div><div align="justify"><img align="right" height="175" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/hill950_ind.jpg" width="150" /><span class="hyg">Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak. </span></div><div class="ayetler">"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88) </div><div class="hyg">Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi. </div><div class="hyg">Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan. </div><div class="hyg">Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil. </div><div class="hyg">Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi. </div><div class="hyg">Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:</div><div class="hyg">Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. <em>(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)</em></div><div class="hyg">Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. <em>(National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)</em></div><div class="hyg">Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an. </div><div class="hyg"><br />
</div><div align="center" class="baslik4">© Harun Yahya Internasional 2003. <br />
Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini <br />
<a href="mailto:info@harunyahya.com">info@harunyahya.com </a></div><div class="hyg"><br />
</div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-36452302459997737692012-08-21T18:09:00.000-07:002012-08-21T18:09:50.851-07:00KEAJAIBAN AL QUR'AN DAN ASTRONOMI : Penciptaan Alam Semesta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div align="justify" class="baslik2"><strong>Penciptaan Alam Semesta</strong></div><div align="justify" class="hyg">Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut: </div><div align="justify" class="ayetler">"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)</div><div align="justify" class="hyg">Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. </div><div align="justify" class="hyg">Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu. </div><div align="justify" class="hyg">Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. </div><div align="justify" class="baslik2">Pemisahan Langit dan Bumi</div><table align="left" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 152px;"><tbody>
<tr valign="top"> <td><div align="center" class="boxtext"><img height="195" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/bigbang_ind.jpg" width="150" /><br />
<br />
Gambar ini menampakkan peristiwa Big Bang, yang sekali lagi mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan guna menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang diterima secara penuh oleh masyarakat ilmiah. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut: </div><div class="ayetler">"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30) </div><div class="hyg">Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. </div><div class="hyg">Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini. </div><div class="hyg">Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. </div><div class="hyg">Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. </div><div class="hyg">Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. </div><div class="hyg">Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20. </div><div align="left" class="baslik2">Garis Edar </div><div align="justify"><img align="left" height="200" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/yrngegez_ind.jpg" width="150" /><span class="hyg">Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. </span></div><div class="ayetler">"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)</div><div class="hyg">Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:</div><div class="ayetler">"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)</div><div class="hyg">Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana. </div><table align="right" border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" style="width: 185px;"><tbody>
<tr> <td height="133"><div align="center" class="boxtext"><img height="125" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/Halleyyrnge_ind.jpg" width="180" /><br />
</div></td> </tr>
<tr> <td height="133"><div align="center"><span class="boxtext">Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.</span></div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:</div><div class="ayetler">"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)</div><div class="hyg">Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya. </div><table align="left" border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" style="width: 310px;"><tbody>
<tr> <td height="133"><div align="center" class="boxtext"><img align="left" height="128" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/halley_ind.jpg" width="100" /></div></td> <td><div align="center"><span class="boxtext">Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam. </span></div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan. </div><div class="hyg">Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah. </div><div align="left" class="baslik2">Mengembangnya Alam Semesta</div><table align="left" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 152px;"><tbody>
<tr valign="top"> <td><div align="center" class="boxtext"><img height="208" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/hublee_ind.jpg" width="150" /><br />
<br />
Edwin Hubble dengan teleskop besarnya.</div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini: </div><div class="ayetler">"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47) </div><div class="hyg">Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini. </div><table align="right" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 152px;"><tbody>
<tr valign="top"> <td><div align="center" class="boxtext"><img height="153" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/genlemes_ind.jpg" width="150" /><br />
<br />
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang". </div><div class="hyg">Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. </div><div class="hyg">Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta. </div><div align="left" class="baslik2">Bentuk Bulat Planet Bumi</div><div align="left" class="ayetler"><img align="left" height="146" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/earth_ind.jpg" width="150" /> "Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5) </div><div class="hyg">Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala. </div><div class="hyg">Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat. </div><div class="hyg">Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya. </div><div align="left" class="baslik2">Atap yang Terpelihara</div><table align="left" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 176px;"><tbody>
<tr> <td height="255"><div align="center" class="boxtext"><img height="124" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/g_kta_ind.jpg" width="175" /><br />
Gambar ini memperlihatkan sejumlah meteor yang hendak menumbuk bumi. Benda-benda langit yang berlalu lalang di ruang angkasa dapat menjadi ancaman serius bagi Bumi. Tapi Allah, Pencipta Maha Sempurna, telah menjadikan atmosfir sebagai atap yang melindungi bumi. Berkat pelindung istimewa ini, kebanyakan meteorid tidak mampu menghantam bumi karena terlanjur hancur berkeping-keping ketika masih berada di atmosfir. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:</div><div class="ayetler">"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, 21:32)</div><div class="hyg">Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.</div><div class="hyg">Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.</div><div class="hyg">Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.</div><table align="right" border="0" cellpadding="4" cellspacing="0" style="width: 176px;"><tbody>
<tr> <td height="255"><div align="center" class="boxtext"><img height="110" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/Gktaukuratl_ind.jpg" width="175" /><br />
Kebanyakan manusia yang memandang ke arah langit tidak pernah berpikir tentang fungsi atmosfir sebagai pelindung. Hampir tak pernah terlintas dalam benak mereka tentang apa jadinya bumi ini jika atmosfir tidak ada. Foto di atas adalah kawah raksasa yang terbentuk akibat hantaman sebuah meteor yang jatuh di Arizona, Amerika Serikat. Jika atmosfir tidak ada, jutaan meteorid akan jatuh ke Bumi, sehingga menjadikannya tempat yang tak dapat dihuni. Namun, fungsi pelindung dari atmosfir memungkinkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya dengan aman. Ini sudah pasti perlindungan yang Allah berikan bagi manusia, dan sebuah keajaiban yang dinyatakan dalam Al Qur'an. </div></td> </tr>
</tbody> </table><div class="hyg">Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol. </div><div class="hyg">Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.</div><div class="hyg">Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita: </div><div class="hyg">Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi. (http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken from Big Bang Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena, CA.)</div><div class="hyg">Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.</div><div class="hyg">Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.</div><table border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" style="width: 500px;"><tbody>
<tr> <td width="34%"><div align="center"><img height="130" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/gnenhist_ind.jpg" width="137" /></div></td> <td width="30%"><div align="center"><img height="130" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/gdnya270_ind.jpg" width="146" /></div></td> <td width="36%"><div align="center"><img height="130" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/gvanallen_ind.jpg" width="200" /></div></td> </tr>
</tbody> </table><table border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" style="height: 8px; width: 504px;"><tbody>
<tr> <td class="boxtext" height="17" valign="top">Energi yang dipancarkan oleh sebuah letusan pada Matahari sungguh amat dahsyat sehingga sulit dibayangkan akal manusia: Letusan tunggal pada matahari setara dengan ledakan 100 juta bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Bumi terlindungi dari pengaruh merusak akibat pancaran energi ini. </td> <td class="boxtext" height="17" valign="top">The magnetosphere layer, formed by the magnetic field of the Earth, serves as a shield protecting the earth from celestial bodies, harmful cosmic rays and particles. In the above picture, this magnetosphere layer, which is also named Van Allen Belts, is seen. These belts at thousands of kilometres above the earth protect the living things on the Earth from the fatal energy that would otherwise reach it from space. </td> </tr>
</tbody> </table><div align="left" class="baslik2">Langit yang Mengembalikan</div><img align="left" height="99" src="http://www.harunyahya.com/indo/buku/images_keajaiban/geri_gok_ind.jpg" width="150" /><span class="hyg">Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada fungsi "mengembalikan" yang dimiliki langit.</span><br />
<div class="ayetler">"Demi langit yang mengandung hujan." (Al Qur'an, 86:11) </div><div class="hyg">Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al Qur'an ini juga bermakna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".</div><div class="hyg">Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.</div><div class="hyg">Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan. </div><div class="hyg">Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.</div><div class="hyg">Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh. </div><div class="hyg">Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi. </div><div class="hyg">Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.</div><div class="hyg"><br />
</div><div class="hyg">© Harun Yahya Internasional 2003. <br />
Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini <br />
<a href="mailto:info@harunyahya.com">info@harunyahya.com </a></div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-61753380153406923502012-08-21T18:04:00.000-07:002012-08-21T18:04:33.656-07:00INDAHNYA ISLAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKWi0kDbUntL3qDgfLcC14c3Fi4F6A7_Z47PDYe22EGK4Z4yfipvaQ7labY_Gd4lIEjNBCXnLK5JNogJdZwPOnsSWj8QiNQ8wLX70m5YTja5ioWMAkfELvZ7lQBUOqWpxuC18h3vorEOQ/s1600/indahnya-islam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKWi0kDbUntL3qDgfLcC14c3Fi4F6A7_Z47PDYe22EGK4Z4yfipvaQ7labY_Gd4lIEjNBCXnLK5JNogJdZwPOnsSWj8QiNQ8wLX70m5YTja5ioWMAkfELvZ7lQBUOqWpxuC18h3vorEOQ/s200/indahnya-islam.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: right;"><strong>بسم الله الرحمن الرحيم<br />
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد،</strong></div><div>Judul tulisan ini mungkin sudah terlalu sering kita dengar, tapi kemungkinan besar sedikit sekali di antara kita (termasuk penulis sendiri) yang benar-benar telah merasakan hakikatnya. Seandainya kita mau jujur pada diri kita sendiri, sampai saat ini sudah berapa lama kita menjadi seorang muslim? sudah berapa banyak amal ibadah yang kita kerjakan? akan tetapi pernahkah kita merasakan kenikmatan dan kemanisan yang hakiki sewaktu kita melaksanakan ibadah tersebut?<br />
Maka kalau hakikat ini belum kita rasakan, berarti ada sesuatu yang kurang dalam iman kita, ada sesuatu yang perlu dikoreksi dalam keislaman kita. <span id="more-3235"></span>Karena manisnya iman dan indahnya Islam itu bukan sekedar teori belaka, tapi benar-benar merupakan kenyataan hakiki yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan dan ketaatan yang kuat kepada Allah ?, yang wujudnya berupa kebahagian dan ketenangan hidup di dunia, serta perasaan gembira dan senang ketika beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ?.<br />
Dan ini merupakan balasan kebaikan yang Allah ? segerakan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat kepada-Nya di dunia, sebelum nantinya di akhirat mereka akan mendapatkan balasan yang lebih baik dan sempurna. Hal ini Allah ? sebutkan dalam banyak ayat Al Qur-an, diantaranya: ayat pertama:</div><div style="text-align: right;"><strong>(مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” (QS. ِِan Nahl:97).<br />
Ayat kedua:</div><div style="text-align: right;">(<strong>وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ، الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan berikan kepada mereka (balasan) kebaikan di dunia.Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Rabb saja mereka bertawakkal” (QS. An Nahl:41-42).<br />
Ayat ketiga:</div><div style="text-align: right;"><strong>(وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (QS. Huud:3).<br />
Ayat keempat:</div><div style="text-align: right;">(<strong>قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Katakanlah:”Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabbmu”.Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.Dan bumi Allah itu adalah luas.Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala bagi mereka dengan tanpa batas (di akhirat)” (QS. Az Zumar:10).<br />
Dalam mengomentari keempat ayat di atas, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah – semoga Allah ? merahmatinya – berkata: “Dalam keempat ayat ini Allah ? menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat .”<br />
Kemudian kalau kita mengamati dengan seksama ayat-ayat Al Qur-an dan hadits-hadits Rasulullah ? yang mensifati dan menggambarkan ajaran agama islam ini, kita akan dapati bukti yang menunjukkan bahwa agama islam ini Allah ? turunkan kepada manusia sebagai sumber kebahagian hidup yang hakiki dan ketenangan lahir dan batin bagi orang-orang yang memahami dan mengamalkannya dengan baik dan benar.<br />
Di antara ayat2 Al Qur-an tersebut adalah firman Allah ?:</div><div style="text-align: right;"><strong>(وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدىً وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Dan Kami turunkan kepadamu kitab ini (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An Nahl:89).<br />
Juga firman Allah ?:</div><div style="text-align: right;"><strong>(يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu (dalam Al Qur-an) pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus:57).<br />
Dalam ayat lain Allah ? menegaskan bahwa Dia ? tidaklah menjadikan agama islam ini sebagai beban yang memberatkan dan menyulitkan manusia, Allah ? berfirman:</div><div style="text-align: right;"><strong>(يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu” (Al Baqarah:185).<br />
<strong> </strong></div><div style="text-align: right;"><strong>(مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Allah tidak menghendaki untuk menjadikan kesempitan bagi kamu” (Al Maaidah:6).</div><div style="text-align: right;"><strong>(وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ</strong>)</div><div style="text-align: left;">“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan bagi kamu dalam agama ini suatu kesempitan” (Al Hajj:78).<br />
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat-ayat di atas.</div><div>Demikian pula kita dapati hadits-hadits Rasulullah ? mensifati agama islam ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas. Misalanya, dalam beberapa hadits yang shahih Rasulullah ? mensifati iman yang sempurna sebagai sesuatu yang manis dan lezat, sebagaimana yang beliau ? sabdakan dalam hadits shahih riwayat Imam Al Bukhari (1/14) dan Imam Muslim (1/66):<br />
</div><div><strong><br />
</strong></div><div style="text-align: right;"><strong>ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان</strong>…..</div><div>“Ada tiga sifat, barangsiapa yang memilikinya, maka dia akan merasakan manisnya iman…”<br />
Juga dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim (1/62), beliau ? bersabda:</div><div style="text-align: right;"><strong>” ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد رسولاً</strong>“</div><div>“Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridha Allah ? sebagai Rabbnya dan islam sebagai agamanya serta Muhammad ? sebagai rasulnya”.<br />
Berkata Imam An Nawawi – semoga Allah ? merahmatinya – ketika menjelaskan hadits di atas: “Orang yang tidak menghendaki selain (ridha) Allah ?, tidak menempuh selain jalan agama islam & tidak melakukan ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh Rasulullah ?), maka tidak diragukan lagi bahwa yang memiliki sifat ini niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya, sehingga ia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut” .<br />
Sebagaimana kemanisan dan kelezatan iman ini dirasakan langsung oleh Rasulullah ?, sehingga beliau ? menggambarkan ibadah shalat sebagai sumber kesejukan dan kesenangan hati, dalam sabda beliau ?:</div><div style="text-align: right;"><strong>“وجعلت قرة عيني في الصلاة</strong>“</div><div>“Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat” (HR. Ahmad 3/128, An Nasa-i 7/61 dll dari Anas bin Malik ?, dan dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam “Shahihul jaami’” 1/544).<br />
Makna qurratul ‘ain adalah sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati .<br />
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud (2/715) dan Ahmad (5/364) dan dishahihkan oleh syaikh Al Albani, Rasulullah ? bersabda kepada Bilal ?:<br />
“Wahai Bilal, senangkanlah (hati) kami dengan (melaksanakan) shalat”.<br />
Demikian pula para shahabat ? dan para ulama ahlus sunnah yang mengikuti petunjuk mereka juga merasakan kemanisan iman ini dalam diri mereka, sebagaimana yang Allah ? gambarkan dalam Al Qur-an tentang kesempurnaan iman para shahabat ? dalam firman-Nya:</div><div style="text-align: right;"><strong>(وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ</strong>)</div><div>“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS. Al Hujuraat:7).<br />
Dan dalam hadits shahih riwayat Al Bukhari (1/7) tentang kisah dialog antara Abu Sufyan ? dan raja Romawi Hiraql, di antara pertanyaan yang diajukan oleh Hiraql kepada Abu Sufyan: Apakah ada diantara pengikut (sahabat) Nabi itu (Nabi Muhammad ?) yang meninggalkan agamanya karena dia membenci agama tersebut setelah dia memeluknya? Maka Abu Sufyan menjawab: Tidak ada. Kemudian Hiraql berkata: Memang demikian (keadaan) iman ketika kemanisan iman itu telah masuk dan menyatu dalam hati manusia.<br />
Kemudian atsar dari para ulama ahlus sunnah yang menunjukkan hal ini banyak sekali, di antaranya sebuah atsar yang sering dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim – semoga Allah ? merahmatinya – dalam beberapa kitab beliau, seperti “Miftahu daaris sa’aadah”, “Al Waabilush shoyyib” dan “Ad Daa-u wad dawaa’”, yaitu ucapan salah seorang ulama: “Seandainya para raja dan pangeran mengetahui (kenikmatan hidup) yang kami rasakan (karena memahami dan mengamalkan agama Allah ?), niscaya mereka akan berusaha merebut kenikmatan tersebut dari kami dengan pedang-pedang mereka”.<br />
Juga ucapan yang masyhur dari Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah ? merahmatinya – yang dinukil oleh murid beliau Ibnul Qayyim dalam kitabnya “Al Waabilush shoyyib” (1/69), Ibnu Taimiyyah berkata: “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini, maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti”. Makna “surga di dunia” ini adalah kecintaan (yang utuh) dan ma’rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allah ?, (dengan memahami nama-nama dan sifat-sifatNya dengan baik dan benar) serta selalu berzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang dan damai (ketika mendekatkan diri) kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan (mengesakan)-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan Allah ? satu-satunya yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya, yang sekaligus merupakan qurratul ‘ain (penyejuk dan penyenang hati) bagi orang-orang yang mencintai dan mengenal Allah ? .<br />
Bahkan dalam kitab “Al Waabilush shoyyib” ini, Ibnul Qayyim menyebutkan kisah nyata gambaran kenikmatan hidup yang dialami guru beliau, Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah – <strong>ولا أزكي على الله أحدا </strong>–, yang kenikmatan ini justru semakin nampak pada diri beliau sewaktu beliau sedang mengalami siksaan yang berat dan celaan dari musuh-musuh beliau, karena membela dan mendakwahkan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Ibnul Qayyim berkata: “Dan Allah ? yang maha mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada beliau (Ibnu Taimiyyah), padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan, ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah ?) berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi bersamaan dengan itu semua, (aku mendapati) beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya dan paling tenang jiwanya, terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Bahkan kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk, atau (ketika merasakan) kesempitan hidup, kami (segara) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat). Maka dengan hanya memandang beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang” .<br />
Setelah kita merenungkan dan menghayati dalil-dalil dari Al Qur’an, As Sunnah dan keterangan dari para ulama di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup yang hakiki hanyalah dirasakan oleh orang yang mengisi hidupnya dengan keimanan dan ketaatan kepada Allah ?. Sebagaimana sebaliknya, orang yang berpaling dari keimanan dan ketaatan kepada Allah ?, maka dia pasti akan merasakan kesengsaraan dan kesempitan hidup di dunia, sebelum nantinya di akhirat dia mendapatkan azab yang sangat pedih. Allah ? berfirman:</div><div style="text-align: right;"><strong>(وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى</strong>)</div><div>“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sengsara (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS. Thaaha:124).<br />
Dan dengan ini juga kita mengetahui salahnya penilaian kebanyakan orang jahil, bahwa orang yang beriman dan bertakwa itu akan sengsara dan menderita hidupnya di dunia, karena mereka menyangka bahwa kebahagiaan itu diukur dengan banyaknya harta dan kemewahan dunia yang dimiliki seseorang. Penilaian semacam ini tidak lebih dari penilaian orang-orang yang dicela oleh Allah ? dalam firman-Nya:</div><div><strong>(يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ</strong>)</div><div>“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai” (QS. Ar Ruum:7).<br />
Adapun ujian dan cobaan yang mesti dialami oleh orang yang beriman dan bertakwa di dunia ini dalam mempertahankan keimanan mereka, seperti yang disebutkan dalam banyak hadits-hadits yang shahih, diantaranya sabda Rasulullah ?: “Orang yang paling banyak mendapatkan ujian ataupun cobaan (di jalan Allah ?) adalah para Nabi ? kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan). (Setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya. Dan ujian itu akan terus-menerus ditimpakan kepada seorang hamba, hingga (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR. Ahmad 6/369, Ad Daarimi 2/412, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dll, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam “Shahiihul jaami’ ” 1/100).</div><div>Apa yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan keterangan yang kami sampaikan di atas, karena kalau kita renungkan hikmah-hikmah yang agung dari ujian dan cobaan tersebut, kita dapati bahwa semua itu justru memberikan kebaikan dan manfaat yang besar bagi orang-orang yang beriman dalam menambah keimanan dan semakin mendekatkan diri mereka kepada Allah ?, karena di antara hikmah-hikmah tersebut adalah: Allah ? menjadikan cobaan tersebut untuk membersihkan dan menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya yang beriman (seperti yang diisyaratkan dalam hadits di atas), juga untuk semakin menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan mereka kepada Allah ?. (dan masih banyak hikmah-hikmah yang lain, untuk lebih lengkapnya silahkan baca hikmah-hikmah ujian yang diterangkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab beliau “Igatsatul lahfaan min mashôyidisy syaithôn” (2/187-195).<br />
Kemudian, dari penjelasan di atas timbul satu pertanyaan, yang kemungkinan juga ada di benak kita: kalau memang iman itu hakikatnya manis dan islam itu hakikatnya indah, mengapa kebanyakan dari kita belum merasakan hal itu ketika melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah ?, terlebih lagi ibadah-ibadah yang dianggap berat oleh kebanyakan orang, seperti shalat malam, puasa sunnah, bersedekah dll? Mengapa kebanyakan dari kita masih merasakan berat dan susah ketika melaksanakan ibadah-ibadah tersebut?<br />
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kami akan mengemukakan satu contoh agar kita mudah memahami masalah ini. Kalau misalnya kita membayangkan suatu makanan yang kita anggap paling enak dan lezat, yang rasa enak dan lezatnya makanan ini disepakati oleh semua orang yang sehat dan berakal, misalanya saja: sate atau gulai kambing muda (atau makanan apa saja yang dianggap paling enak dan lezat), seandainya makanan ini kita hidangkan dihadapan seorang yang sedang sakit demam atau sariawan, atau minimal kurang enak badan, kira-kira apa yang akan dilakukannya terhadap makanan tersebut? Apakah dia akan menyantapnya sampai habis seperti kalau makanan tersebut kita hidangkan di hadapan orang yang sehat?<br />
Jawabnya tentu saja tidak, karena sebagian dari organ tubuhnya kurang sehat dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka dia tidak bisa merasakan enak dan lezatnya makanan tersebut. Dalam hal ini tentu saja yang kita permasalahkan dan perlu diperbaiki adalah kondisi orangnya dan bukan makanan tersebut. Demikian pula hal ini berlaku pada ibadah-ibadah yang Allah ? syariatkan kepada kaum muslimin, kenikmatan dan kelezatan ibadah-ibadah tersebut hanya akan dirasakan oleh orang yang benar-benar sehat dan sempurna keimanannya. Adapun orang yang kurang sehat imannya karena masih ada penyakit dalam hatinya, maka diapun belum bisa merasakan kenikmatan dan kemanisan tersebut, dan dalam hal ini berarti yang kurang dan perlu diperbaiki adalah hati dan keimanan orang tersebut bukan ibadah-ibadah itu sendiri.<br />
Oleh karena itu yang harus dilakukannya adalah berusaha keras dan berjuang untuk menyembuhkan dan menghilangkan penyakit tersebut, dengan cara memaksa diri untuk melakukan terapi untuk mengobati penyakit hati/iman tersebut. Terapi ini telah dijelaskan oleh para ulama berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur-an dan Sunnah Rasulullah ?, dan insya Allah ? akan kami sebutkan ringkasannya –, agar nantinya setelah penyakit hati tersebut sembuh dan imannya telah sehat, barulah dia akan merasakan kenikmatan & kemanisan ketika beribadah & mendekatkan diri kepada Allah ?.<br />
Adapun terapi untuk mengobati penyakit hati/iman tersebut, maka ini telah dijelaskan secara lengkap dalam Al Qur-an dan Sunnah Rasulullah ?, karena itulah Allah ? mensifati kitab-Nya Al Qur-an sebagai syifa (obat/penyembuh) dalam firman-Nya:<br />
</div><div style="text-align: right;"><strong>(وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَاراً</strong>)</div><div>“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al Israa’:82).<br />
Juga dalam ayat lain Allah ? berfirman:</div><div style="text-align: right;"><strong>(يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ</strong>)</div><div>“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu (dalam Al Qur-an) pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada (hati) serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yuunus:57).<br />
Kemudian dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah ? menggambarkan bahwa petunjuk yang beliau ? bawa dari Allah ? berfungsi untuk menghidupkan dan menyembuhkan penyakit hati manusia, sebagaimana hujan yang Allah ? turunkan ke bumi untuk menghidupkan dan menumbuhkan tanah yang gersang dan tandus. Dari Abu Musa Al Asy’ari ?, bahwa Rasulullah ? bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah seperti hujan (yang baik) yang (Allah ?) turunkan ke bumi…” (HSR Al Bukhari 1/42 dan Muslim 4/1787).<br />
Maka untuk membersihkan dan mensucikan jiwa serta mengobati penyakit hati, caranya tidak lain adalah dengan mengamalkan petunjuk dan syariat Allah ? dalam Al Qur-an dan Sunnah Rasulullah ? lahir dan batin, bukan dengan cara-cara bid’ah (yang diada-adakan) dan ditetapkan oleh orang/kelompok tertentu yang hanya berdasarkan mimpi, khayalan, bisikan jiwa, akal atau perasaan dan sama sekali tidak bersumber dari Al Qur-an dan Sunnah Rasulullah ?. Sebagaimana cara-cara dan wirid-wirid bid’ah yang dibuat-buat oleh kelompok-kelompok tarekat sufiyah dll, karena syariat Islam ini adalah syariat yang lengkap dan sempurna, yang menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh kaum muslimin dalam urusan agama mereka, terlebih lagi masalah yang penting seperti masalah pensucian jiwa dan pengobatan penyakit hati ini.Untuk lebih jelasnya pembahasan masalah ini, silahkan merujuk keterangan para ulama ahlus sunnah dalam masalah ini, seperti Ibnul Qayyim dalam beberapa kitab beliau, misalnya kitab “Ighôtsatul lahfân”, “Ad Da-u wad dawâ’ “, “Miftâhu dâris sa’âdah, Al wâbilush shoyyib” dll. Begitu juga Syaikh Salîm Al Hilâli telah menulis kitab khusus untuk menjelaskan masalah penting ini dengan judul “Manhâjul anbiyâ’ fî tazkiyatin nufûs”.<br />
Kemudian secara ringkas, berdasarkan pengamatan terhadap ayat-ayat Al Qur-an dan hadits-hadits Rasulullah ?, Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa terapi untuk menyembuhkan penyakit hati tersimpul dalam tiga macam cara penyembuhan, yang beliu istilahkan dengan “madârush shihhah” (ruang lingkup penyembuhan), dan ketiga macam cara inilah yang diterapkan oleh para dokter dalam mengobati pasien mereka. Tiga macam cara penyembuhan tersebut adalah:<br />
1). Hifzhul quwwah (memelihara kekuatan dan kondisi hati), yaitu dengan memperbanyak melakukan ibadah dan amal shaleh untuk meningkatkan keimanan, seperti mambaca Al Qur-an dengan menghayati kandungan maknanya, berdzikir, mempelajari ilmu agama yang bermanfaat, utamanya ilmu tauhid, dll.<br />
2). Al Himyatu ‘anil mu’dzi (menjaga hati dari penyakit-penyakit lain), yaitu dengan cara menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa, maksiat dan penyimpangan-penyimpangan syariat lainnya, karena perbuatan-perbuatan tersebut akan semakin memperparah dan menambah penyakit hati.<br />
3). Istifragul mawaaddil faasidah (menghilangkan/membersihkan bekas-bekas jelek/noda-noda hitam dalam hati yang merusak, sebagai akibat dari perbuatan dosa dan maksiat yang pernah dilakukan), yaitu dengan cara beristigfar (meminta ampunan) dan bertaubat dengan taubat yang nashuh (ikhlas dan bersungguh-sungguh) kepada Allah ? .<br />
Dan tentu saja selama proses penyembuhan penyakit hati ini, seorang muslim membutuhkan kesungguhan dan usaha keras untuk menundukkan dan memaksa hawa nafsunya agar bisa melaksanakan cara-cara penyambuhan di atas, artinya sebelum dia mencapai kesempurnaan iman, yang dengan itu dia akan merasakan kemanisan dan kelezatan iman, di awal perjalanan menempuh jalan Allah ? ini, dia mesti merasakan kepahitan dan kesusahan terlebih dahulu dalam proses penyembuhan penyakit hati/imannya, dan dia harus berusaha keras dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkan cara-cara penyembuhan tersebut agar proses penyembuhan penyakit hati tersebut berlangsung dengan baik dan sempurna. Sebagaimana orang sakit yang tidak bisa merasakan nikmatnya makanan lezat, kalau dia benar-benar ingin sembuh, maka dia harus berusaha dan memaksa dirinya untuk meminum obat yang rasanya pahit dan getir secara teratur, dan mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk menjaga kondisinya, meskipun makanan tersebut terasa pahit di lidahnya dan susah ditelan misalnya. Proses inilah yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah ?:</div><div style="text-align: right;"><strong>حجبت الجنّة بالمكاره و حجبت النار بالشهوات</strong></div><div>“Jannah (surga) itu dikelilingi (ditutupi) dengan perkara-perkara yang susah dan tidak disenangi oleh nafsu manusia, sedangkan neraka itu dikelilingi dengan perkara-perkara yang disenangi oleh nafsu syahwat manusia” (HR. Al Bukhari 5/2379 dan Muslim 4/2174 dari Abu Hurairah ?).<br />
Yang perlu diingat dan dicamkan di sini, bahwa rasa berat dan kesusahan ini hanyalah dirasakan diawal/permulaan menempuh jalan mencapai ridha Allah ?, yaitu selama proses penyembuhan dan pengobatan penyakit hati berlangsung, karena hal ini memang Allah ? jadikan untuk menguji kesungguhan dan kesabaran seorang hamba dalam berjuang menundukkan hawa nafsunya di jalan-Nya ?, yang kemudian setelah Allah ? mengetahui kesungguhan dan kesabaran hamba tersebut, barulah setelah itu Allah ? memberikan taufik dan hidayahnya kepada hamba tersebut, dengan menghilangkan penyakit hatinya dan menganugrahkan kesempurnaan dan kemanisan iman kepadanya.</div><div>Dan hidayah yang Allah ? berikan tersebut tergantung dari besar/kecilnya kesabaran dan kesungguhan seorang hamba dalam menempuh jalan Allah ? ini. Allah ? berfirman:<br />
</div><div style="text-align: right;"><strong>(وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ</strong>)</div><div>“Dan orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh (dalam menundukkan hawa nafsu) untuk (mencari keridhaan) Kami, maka benar-benar akan Kami berikan hidayah kepada mereka (dalam menempuh) jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al ‘Ankabuut:69).<br />
Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah ketika mengomentari ayat di atas berkata: “(Dalam ayat ini) Allah ? menggandengkan hidayah (dari-Nya) dengan perjuangan dan kesungguhan (manusia), maka orang yang paling sempurna (mendapatkan) hidayah (dari Allah ?) adalah orang yang paling besar perjuangan dan kesungguhannya” .<br />
Rasulullah ? juga mengisyaratkan makna ayat di atas dalam sabda beliau ?: “orang yang berjihad (berjuang) dengan sebenarnya adalah orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah ? ” (HR. Ahmad 6/21,22, Ibnu Hibban 11/203 dll, dishahihkn oleh syaikh Al Albani dalam “Shahihul jaami’ ” 1/201 dan 1/1163).<br />
Imam Ibnul Qayyim ketika menjelaskan proses pencapaian kebahagian yang hakiki dan kemanisan iman yang diawali dengan kesusahan dan kepahitan, berkata: “…Kebahagian (dan kemanisan iman) ini, meskipun pada mulanya tidak lepas dari berbagai macam kesusahan, penderitaan dan perkara-perkara yang tidak disenangi, (tapi pada akhirnya nanti) akan membawanya kepada taman-taman yang indah, tempat yang penuh kebahagiaan dan kedudukan yang mulia…” .<br />
Beliau juga berkata: “Kalaulah bukan karena kejahilan (ketidaktahuan) mayoritas manusia akan kemanisan dan kelezatan iman, serta agungnya kedudukan ini, maka pasti mereka akan saling perang memperebutkan hal tersebut dengan pedang-pedang mereka, akan tetapi (memang Allah ?) menghijabi (menutupi) kemanisan iman tersebut dengan perkara-perkara yang tidak disukai oleh nafsu manusia, sebagaimana mayoritas manusia juga dihalangi (untuk merasakan kemanisan iman tersebut) dengan hijab kejahilan, dengan tujuan agar Allah ? memilih dan mengkhususkan siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya untuk mencapai kedudukan ini dan merasakan kemanisan iman, dan Allah ? maha memiliki karunia yang agung” .<br />
Sebelum kami mengakhiri tulisan ini, kami ingin menyampaikan dan mendudukkan makna sebuah hadits, yang barangkali hadits ini oleh kebanyakan orang dianggap bertentangan dengan penjelasan dan nukilan-nukilan yang kami sampaikan di atas.<br />
Hadits tersebut adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (4/2272) dll dari Abu Hurairah ?, bahwa Rasulullah ? bersabda: “Dunia ini adalah penjara (bagi) orang yang beriman dan surga (bagi) orang kafir”.<br />
Penafsiran yang benar dari hadits ini ada dua, sebagaimana kata Ibnul Qayyim dalam kitab beliau “Badâi’ul fawâid” (3/696):<br />
1. Orang yang beriman di dunia ini, keimanannya yang kuat menghalangi dia untuk memperturutkan nafsu syahwat yang diharamkan oleh Allah ?, sehingga dengan keadaan ini seolah-olah dia hidup dalam penjara. Atau dengan kata lain: dunia ini adalah tempat orang yang beriman memenjarakan hawa nafsunya dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah ?, berbeda dengan orang kafir yang hidup bebas memperturutkan nafsu syahwatnya. Penafsiran ini juga disebutkan oleh Imam An Nawawi dalam “Syarh shahih Muslim” (18/93).<br />
Penafsiran pertama ini maknanya kurang lebih sama dengan keterangan dan nukilan-nukilan yang kami sampaikan di atas tentang kesusahan dan kepahitan yang dialami oleh seorang hamba pada tahapan awal perjalanannya menuju ridha Allah ? untuk mencapai kesempurnaan dan kemanisan iman.<br />
2. Makna: “Dunia ini adalah penjara (bagi) orang yang beriman dan surga (bagi) orang kafir”, adalah jika dibandingkan dengan keadaan/balasan orang yang beriman dan orang kafir di akhirat nanti, karena orang yang beriman itu meskipun hidupnya di dunia paling senang dan bahagia, tetap saja keadaan tersebut seperti penjara jika dibandingkan dengan besarnya balasan kebaikan dan kenikmatan yang Allah ? sediakan baginya di surga di akhirat kelak. Sedangkan orang kafir meskipun hidupnya di dunia paling sengsara dan menderita, tetap saja keadaan tersebut seperti surga jika dibandingkan dengan pedihnya balasan siksaan yang Allah ? akan timpakan kepadanya di neraka nanti. Penafsiran ini juga disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dalam tulisan beliau “Qâ’idatun fil mahabbah” (1/175), dan dalam tulisan tersebut beliau juga mejelaskan bahwa makna hadits ini sama sekali tidak bertentangan dengan kebahagian hakiki dan kemanisan iman yang dirasakan oleh orang yang beriman di dunia ini, sebagaimana keterangan dan nukilan-nukilan yang kami sampaikan di atas.<br />
Kedua penafsiran di atas juga disebutkan oleh Al Munawi dalam kitab beliau “Faidhul Qadiir” (3/546), kemudian beliau menyebutkan suatu kisah yang terjadi pada seorang ulama ahli hadits yang sangat terkenal, Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalaani, ketika beliau menjabat sebagai hakim agung di Mesir, suatu ketika Ibnu Hajar melewati sebuah pasar dengan penampilan yang indah dan menunggangi kendaran yang bagus, maka tiba-tiba datang menemui beliau tanpa izin, seorang yahudi penjual minyak panas dalam keadaan pakaiannya kotor berlumuran minyak, dan penampilannya pun sangat buruk. Lalu orang yahudi tersebut langsung memegang tali kekang hewan tunggangan Ibnu Hajr dan berkata: Wahai syaikhul islam (gelar untuk Ibnu Hajar)! Kamu menyangka bahwa Nabi kalian (Nabi Muhammad ?) pernah bersabda: “Dunia ini adalah penjara (bagi) orang yang beriman dan surga (bagi) orang kafir”, maka penjara macam apa yang saat ini kamu rasakan (dengan keadaanmu yang serba cukup seperti ini), dan surga macam apa yang saat ini aku rasakan (dengan keadaanku yang serba memprihatinkan seperti ini)? Maka Ibnu Hajar menjawab: (Keadaanku ini) jika dibandingkan dengan kenikmatan besar yang Allah ? sediakan bagiku di akhirat nanti, maka seakan-akan saat ini aku (hidup) di penjara, dan (keadaanmu ini) jika dibandingkan dengan azab besar dan pedih yang Allah ? sediakan bagimu di akhirat nanti, maka seakan-akan saat ini kamu (hidup) di surga. Kemudian (dengan sebab itu) orang yahudi tersebut masuk Islam.<br />
Pembahasan masalah ini adalah pembahasan yang sangat luas, dan jika ada di antara pembaca yang menginginkan pembahasan yang lebih lengkap tentang masalah ini, silahkan merujuk kepada kitab-kitab yang kami jadikan referensi dalam tulisan ini dan kitab-kitab para ulama ahlus sunnah lainnya.<br />
Kami menyadari bahwa mestinya banyak kekurangan dalam tulisan ini karena kurangnya ilmu dan terbatasnya kemampuan kami untuk merangkai kata-kata yang indah dan mudah dipahami pembaca.<br />
Tujuan kami menulis pembahasan ini tidak lain adalah untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada kita semua untuk semakin bersemangat dan bersungguh-sungguh menuntut ilmu agama yang bermanfaat yang bersumber dari Al Qur-an dan Sunnah Rasulullah ? berdasarkan pemahaman para ulama ahlus sunnah, kemudian berusaha untuk mengamalkan ilmu tersebut dengan baik dan benar, karena inilah satu-satunya jalan untuk mencapai dan meraih semua kebaikan dan keutamaan yang Allah ? janjikan bagi hambanya di dunia dan di akhirat, termasuk kebaikan dan keutamaan yang berupa kemanisan dan kelezatan iman.<br />
Ibnul Qayyim berkata: semua sifat (baik) yang dengannya Allah ? memuji hambanya dalam Al Qur-an adalah buah dan hasil dari ilmu (yang bermanfaat), dan semua sifat (jelek) yang Allah ? cela dalam Al Qur-an adalah buah dan hasil dari kejahilan .<br />
Dalam sebuah atsar yang shahih dari sahabat Rasulullah ? yang mulia, ‘Ali bin Abi Thalib ? , ketika beliau menjelaskan keutamaan orang yang berilmu dan fungsi ilmu tersebut dalam membawa mereka meraih kesempurnaan dan kemanisan iman, beliau berkata:”… Ilmu itu membawa mereka (dengan tanpa mereka sadari) untuk merasakan hakikat (kesempurnaan dan kemanisan) iman, sehingga mereka merasakan ringan dan mudah (melaksanakan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah ?) yang semua ini dirasakan berat oleh orang-orang yang melampaui batas. Bahkan mereka merasa senang dan suka (melakukan amalan-amalan shaleh dan ketaatan kepada Allah ?) yang semua ini tidak disukai oleh orang-orang yang jahil…”.<br />
Terakhir, kami menutup tulisan ini dengan berdo’a dan memohon kepada Allah ? dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan agung, serta sifat-sifat-Nya yang maha tinggi dan sempurna, agar menganugrahkan kepada kita semua taufik dan hidayah-Nya untuk bisa meraih kesempurnaan dan kemanisan iman, dan menjadikan kita semua tetap istiqamah di jalan-Nya yang lurus sampai kita menghadap-Nya nanti, âmîn.</div><div style="text-align: right;"><strong>وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين</strong>.</div>sumber:<em> serambimadinah.com</em><br />
<span id="sasText" style="left: -9999px; position: fixed; top: 0px;"></span><br />
Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.<br />
<div class="arab">إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ</div><em>“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”</em> (Qs. Ali Imran: 19)<br />
<span id="more-929"></span><br />
Juga firman-Nya.<br />
<div class="arab">وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ</div><em>“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.”</em> (Qs. Ali Imran: 85)<br />
Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 13)<br />
Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 42)<br />
Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ</div><em>“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.”</em> (Qs. Al Maaidah: 54)<br />
Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ</div><em>“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.”</em> (Qs. At-Taubah: 100)<br />
Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ</div><em>“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”</em> (Qs. At-Taubah: 118)<br />
Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam <em>Shahihain</em>, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. <em>“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.”</em> (<a href="http://muslim.or.id/tag/hadits">Hadits</a> Riwayat Muslim)<br />
Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada <a href="http://muslim.or.id/tag/tauhid">tauhid</a> dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.<br />
Allah berfirman,<br />
<div class="arab">إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ</div><em>“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”</em> (Qs. Al-Hijr: 9)<br />
Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ</div><em>“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.”</em> (Qs. Al Maaidah: 44)<br />
Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.<br />
<div class="arab">مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ</div><em>“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.”</em> (Qs. Al-Hajj: 15)<br />
Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, <em>“Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?”</em> Beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab, <em>“Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.”</em> Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.<br />
Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, <em>“dengan akalku,”</em> tapi jawablah, <em>“dengan fitrahku.”</em> Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. <em>“Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?”</em> Ia menjawab, <em>“Pernah.”</em> (Abu Hanifah bertanya lagi), <em>“Apakah engkau merasa akan tenggelam?”</em> Jawabnya, <em>“Ya.”</em> <em>“Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?”</em> <em>“Ya,”</em> jawabnya. <em>“Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya <a href="http://muslim.or.id/hadits">hadits</a> Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”</em><br />
Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, <a href="http://muslim.or.id/tag/haji">haji</a>, <a href="http://muslim.or.id/tag/puasa">puasa</a> di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.<br />
Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.<br />
Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.<br />
Syahadat <em>“Laa Ilaaha Illa Allah”</em>, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat <em>“Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”</em>, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia tidak mengikuti <em>ra’yu</em> <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html#">keluarga</a>, <em>ra’yu</em> kelompok, <em>ra’yu</em> jama’ah, <em>ra’yu</em> tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.<br />
<a href="http://muslim.or.id/tag/dakwah">Dakwah</a> Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, <em>“Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”</em><br />
Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan <a href="http://muslim.or.id/tag/syirik">syirik</a> dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan <em>ikhtilath</em> (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan <em>tabdzir</em> (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.<br />
Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan <em>alhamdulillah Rabbil ‘Alamin</em>.<br />
[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-<a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah">Sunnah</a> Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]<br />
***<br />
Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman <em>hafizhahullah</em><br />
<div id="credit"><br />
Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html">Alangkah Indahnya Islam — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a></div><br />
<br />
<br />
<br />
Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.<br />
<div class="arab">إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ</div><em>“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”</em> (Qs. Ali Imran: 19)<br />
<span id="more-929"></span><br />
Juga firman-Nya.<br />
<div class="arab">وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ</div><em>“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.”</em> (Qs. Ali Imran: 85)<br />
Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 13)<br />
Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 42)<br />
Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ</div><em>“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.”</em> (Qs. Al Maaidah: 54)<br />
Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ</div><em>“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.”</em> (Qs. At-Taubah: 100)<br />
Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ</div><em>“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”</em> (Qs. At-Taubah: 118)<br />
Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam <em>Shahihain</em>, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. <em>“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.”</em> (<a href="http://muslim.or.id/tag/hadits">Hadits</a> Riwayat Muslim)<br />
Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada <a href="http://muslim.or.id/tag/tauhid">tauhid</a> dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.<br />
Allah berfirman,<br />
<div class="arab">إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ</div><em>“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”</em> (Qs. Al-Hijr: 9)<br />
Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ</div><em>“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.”</em> (Qs. Al Maaidah: 44)<br />
Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.<br />
<div class="arab">مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ</div><em>“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.”</em> (Qs. Al-Hajj: 15)<br />
Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, <em>“Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?”</em> Beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab, <em>“Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.”</em> Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.<br />
Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, <em>“dengan akalku,”</em> tapi jawablah, <em>“dengan fitrahku.”</em> Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. <em>“Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?”</em> Ia menjawab, <em>“Pernah.”</em> (Abu Hanifah bertanya lagi), <em>“Apakah engkau merasa akan tenggelam?”</em> Jawabnya, <em>“Ya.”</em> <em>“Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?”</em> <em>“Ya,”</em> jawabnya. <em>“Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya <a href="http://muslim.or.id/hadits">hadits</a> Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”</em><br />
Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, <a href="http://muslim.or.id/tag/haji">haji</a>, <a href="http://muslim.or.id/tag/puasa">puasa</a> di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.<br />
Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.<br />
Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.<br />
Syahadat <em>“Laa Ilaaha Illa Allah”</em>, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat <em>“Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”</em>, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia tidak mengikuti <em>ra’yu</em> <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html#">keluarga</a>, <em>ra’yu</em> kelompok, <em>ra’yu</em> jama’ah, <em>ra’yu</em> tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.<br />
<a href="http://muslim.or.id/tag/dakwah">Dakwah</a> Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, <em>“Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”</em><br />
Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan <a href="http://muslim.or.id/tag/syirik">syirik</a> dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan <em>ikhtilath</em> (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan <em>tabdzir</em> (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.<br />
Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan <em>alhamdulillah Rabbil ‘Alamin</em>.<br />
[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-<a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah">Sunnah</a> Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]<br />
***<br />
Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman <em>hafizhahullah</em><br />
<div id="credit"><br />
Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html">Alangkah Indahnya Islam — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a></div><br />
<span id="sasText" style="left: -9999px; position: fixed; top: 0px;"></span><br />
Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.<br />
<div class="arab">إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ</div><em>“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”</em> (Qs. Ali Imran: 19)<br />
<span id="more-929"></span><br />
Juga firman-Nya.<br />
<div class="arab">وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ</div><em>“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.”</em> (Qs. Ali Imran: 85)<br />
Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 13)<br />
Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 42)<br />
Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ</div><em>“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.”</em> (Qs. Al Maaidah: 54)<br />
Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ</div><em>“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.”</em> (Qs. At-Taubah: 100)<br />
Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ</div><em>“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”</em> (Qs. At-Taubah: 118)<br />
Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam <em>Shahihain</em>, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. <em>“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.”</em> (<a href="http://muslim.or.id/tag/hadits">Hadits</a> Riwayat Muslim)<br />
Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada <a href="http://muslim.or.id/tag/tauhid">tauhid</a> dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.<br />
Allah berfirman,<br />
<div class="arab">إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ</div><em>“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”</em> (Qs. Al-Hijr: 9)<br />
Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ</div><em>“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.”</em> (Qs. Al Maaidah: 44)<br />
Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.<br />
<div class="arab">مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ</div><em>“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.”</em> (Qs. Al-Hajj: 15)<br />
Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, <em>“Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?”</em> Beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab, <em>“Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.”</em> Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.<br />
Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, <em>“dengan akalku,”</em> tapi jawablah, <em>“dengan fitrahku.”</em> Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. <em>“Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?”</em> Ia menjawab, <em>“Pernah.”</em> (Abu Hanifah bertanya lagi), <em>“Apakah engkau merasa akan tenggelam?”</em> Jawabnya, <em>“Ya.”</em> <em>“Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?”</em> <em>“Ya,”</em> jawabnya. <em>“Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya <a href="http://muslim.or.id/hadits">hadits</a> Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”</em><br />
Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, <a href="http://muslim.or.id/tag/haji">haji</a>, <a href="http://muslim.or.id/tag/puasa">puasa</a> di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.<br />
Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.<br />
Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.<br />
Syahadat <em>“Laa Ilaaha Illa Allah”</em>, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat <em>“Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”</em>, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia tidak mengikuti <em>ra’yu</em> <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html#">keluarga</a>, <em>ra’yu</em> kelompok, <em>ra’yu</em> jama’ah, <em>ra’yu</em> tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.<br />
<a href="http://muslim.or.id/tag/dakwah">Dakwah</a> Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, <em>“Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”</em><br />
Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan <a href="http://muslim.or.id/tag/syirik">syirik</a> dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan <em>ikhtilath</em> (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan <em>tabdzir</em> (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.<br />
Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan <em>alhamdulillah Rabbil ‘Alamin</em>.<br />
[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-<a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah">Sunnah</a> Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]<br />
***<br />
Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman <em>hafizhahullah</em><br />
<div id="credit"><br />
Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html">Alangkah Indahnya Islam — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a><span id="sasText" style="left: -9999px; position: fixed; top: 0px;"></span></div>Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.<br />
<div class="arab">إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ</div><em>“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”</em> (Qs. Ali Imran: 19)<br />
<span id="more-929"></span><br />
Juga firman-Nya.<br />
<div class="arab">وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ</div><em>“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.”</em> (Qs. Ali Imran: 85)<br />
Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 13)<br />
Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 42)<br />
Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ</div><em>“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.”</em> (Qs. Al Maaidah: 54)<br />
Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ</div><em>“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.”</em> (Qs. At-Taubah: 100)<br />
Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ</div><em>“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”</em> (Qs. At-Taubah: 118)<br />
Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam <em>Shahihain</em>, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. <em>“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.”</em> (<a href="http://muslim.or.id/tag/hadits">Hadits</a> Riwayat Muslim)<br />
Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada <a href="http://muslim.or.id/tag/tauhid">tauhid</a> dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.<br />
Allah berfirman,<br />
<div class="arab">إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ</div><em>“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”</em> (Qs. Al-Hijr: 9)<br />
Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ</div><em>“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.”</em> (Qs. Al Maaidah: 44)<br />
Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.<br />
<div class="arab">مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ</div><em>“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.”</em> (Qs. Al-Hajj: 15)<br />
Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, <em>“Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?”</em> Beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab, <em>“Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.”</em> Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.<br />
Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, <em>“dengan akalku,”</em> tapi jawablah, <em>“dengan fitrahku.”</em> Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. <em>“Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?”</em> Ia menjawab, <em>“Pernah.”</em> (Abu Hanifah bertanya lagi), <em>“Apakah engkau merasa akan tenggelam?”</em> Jawabnya, <em>“Ya.”</em> <em>“Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?”</em> <em>“Ya,”</em> jawabnya. <em>“Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya <a href="http://muslim.or.id/hadits">hadits</a> Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”</em><br />
Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, <a href="http://muslim.or.id/tag/haji">haji</a>, <a href="http://muslim.or.id/tag/puasa">puasa</a> di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.<br />
Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.<br />
Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.<br />
Syahadat <em>“Laa Ilaaha Illa Allah”</em>, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat <em>“Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”</em>, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia tidak mengikuti <em>ra’yu</em> <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html#">keluarga</a>, <em>ra’yu</em> kelompok, <em>ra’yu</em> jama’ah, <em>ra’yu</em> tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.<br />
<a href="http://muslim.or.id/tag/dakwah">Dakwah</a> Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, <em>“Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”</em><br />
Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan <a href="http://muslim.or.id/tag/syirik">syirik</a> dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan <em>ikhtilath</em> (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan <em>tabdzir</em> (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.<br />
Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan <em>alhamdulillah Rabbil ‘Alamin</em>.<br />
[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-<a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah">Sunnah</a> Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]<br />
***<br />
Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman <em>hafizhahullah</em><br />
<div id="credit"><br />
Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html">Alangkah Indahnya Islam — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a></div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span id="sasText" style="left: -9999px; position: fixed; top: 0px;"></span><br />
Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.<br />
<div class="arab">إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ</div><em>“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”</em> (Qs. Ali Imran: 19)<br />
<span id="more-929"></span><br />
Juga firman-Nya.<br />
<div class="arab">وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ</div><em>“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.”</em> (Qs. Ali Imran: 85)<br />
Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 13)<br />
Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 42)<br />
Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ</div><em>“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.”</em> (Qs. Al Maaidah: 54)<br />
Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ</div><em>“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.”</em> (Qs. At-Taubah: 100)<br />
Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ</div><em>“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”</em> (Qs. At-Taubah: 118)<br />
Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam <em>Shahihain</em>, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. <em>“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.”</em> (<a href="http://muslim.or.id/tag/hadits">Hadits</a> Riwayat Muslim)<br />
Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada <a href="http://muslim.or.id/tag/tauhid">tauhid</a> dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.<br />
Allah berfirman,<br />
<div class="arab">إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ</div><em>“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”</em> (Qs. Al-Hijr: 9)<br />
Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ</div><em>“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.”</em> (Qs. Al Maaidah: 44)<br />
Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.<br />
<div class="arab">مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ</div><em>“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.”</em> (Qs. Al-Hajj: 15)<br />
Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, <em>“Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?”</em> Beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab, <em>“Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.”</em> Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.<br />
Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, <em>“dengan akalku,”</em> tapi jawablah, <em>“dengan fitrahku.”</em> Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. <em>“Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?”</em> Ia menjawab, <em>“Pernah.”</em> (Abu Hanifah bertanya lagi), <em>“Apakah engkau merasa akan tenggelam?”</em> Jawabnya, <em>“Ya.”</em> <em>“Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?”</em> <em>“Ya,”</em> jawabnya. <em>“Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya <a href="http://muslim.or.id/hadits">hadits</a> Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”</em><br />
Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, <a href="http://muslim.or.id/tag/haji">haji</a>, <a href="http://muslim.or.id/tag/puasa">puasa</a> di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.<br />
Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.<br />
Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.<br />
Syahadat <em>“Laa Ilaaha Illa Allah”</em>, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat <em>“Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”</em>, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia tidak mengikuti <em>ra’yu</em> <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html#">keluarga</a>, <em>ra’yu</em> kelompok, <em>ra’yu</em> jama’ah, <em>ra’yu</em> tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.<br />
<a href="http://muslim.or.id/tag/dakwah">Dakwah</a> Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, <em>“Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”</em><br />
Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan <a href="http://muslim.or.id/tag/syirik">syirik</a> dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan <em>ikhtilath</em> (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan <em>tabdzir</em> (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.<br />
Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan <em>alhamdulillah Rabbil ‘Alamin</em>.<br />
[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-<a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah">Sunnah</a> Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]<br />
***<br />
Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman <em>hafizhahullah</em><br />
<div id="credit"><br />
Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html">Alangkah Indahnya Islam — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a></div><span id="sasText" style="left: -9999px; position: fixed; top: 0px;">Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.<br />
<div class="arab">إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ</div><em>“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”</em> (Qs. Ali Imran: 19)<br />
<span id="more-929"></span><br />
Juga firman-Nya.<br />
<div class="arab">وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ</div><em>“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.”</em> (Qs. Ali Imran: 85)<br />
Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 13)<br />
Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 42)<br />
Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ</div><em>“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.”</em> (Qs. Al Maaidah: 54)<br />
Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ</div><em>“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.”</em> (Qs. At-Taubah: 100)<br />
Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ</div><em>“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”</em> (Qs. At-Taubah: 118)<br />
Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam <em>Shahihain</em>, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. <em>“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.”</em> (<a href="http://muslim.or.id/tag/hadits">Hadits</a> Riwayat Muslim)<br />
Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada <a href="http://muslim.or.id/tag/tauhid">tauhid</a> dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.<br />
Allah berfirman,<br />
<div class="arab">إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ</div><em>“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”</em> (Qs. Al-Hijr: 9)<br />
Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ</div><em>“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.”</em> (Qs. Al Maaidah: 44)<br />
Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.<br />
<div class="arab">مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ</div><em>“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.”</em> (Qs. Al-Hajj: 15)<br />
Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, <em>“Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?”</em> Beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab, <em>“Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.”</em> Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.<br />
Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, <em>“dengan akalku,”</em> tapi jawablah, <em>“dengan fitrahku.”</em> Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. <em>“Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?”</em> Ia menjawab, <em>“Pernah.”</em> (Abu Hanifah bertanya lagi), <em>“Apakah engkau merasa akan tenggelam?”</em> Jawabnya, <em>“Ya.”</em> <em>“Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?”</em> <em>“Ya,”</em> jawabnya. <em>“Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya <a href="http://muslim.or.id/hadits">hadits</a> Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”</em><br />
Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, <a href="http://muslim.or.id/tag/haji">haji</a>, <a href="http://muslim.or.id/tag/puasa">puasa</a> di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.<br />
Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.<br />
Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.<br />
Syahadat <em>“Laa Ilaaha Illa Allah”</em>, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat <em>“Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”</em>, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia tidak mengikuti <em>ra’yu</em> <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html#">keluarga</a>, <em>ra’yu</em> kelompok, <em>ra’yu</em> jama’ah, <em>ra’yu</em> tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.<br />
<a href="http://muslim.or.id/tag/dakwah">Dakwah</a> Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, <em>“Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”</em><br />
Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan <a href="http://muslim.or.id/tag/syirik">syirik</a> dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan <em>ikhtilath</em> (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan <em>tabdzir</em> (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.<br />
Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan <em>alhamdulillah Rabbil ‘Alamin</em>.<br />
[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-<a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah">Sunnah</a> Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]<br />
***<br />
Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman <em>hafizhahullah</em><br />
<div id="credit"><br />
Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html">Alangkah Indahnya Islam — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a><span id="sasText" style="left: -9999px; position: fixed; top: 0px;"></span></div>Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.<br />
<div class="arab">إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ</div><em>“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”</em> (Qs. Ali Imran: 19)<br />
<span id="more-929"></span><br />
Juga firman-Nya.<br />
<div class="arab">وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ</div><em>“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.”</em> (Qs. Ali Imran: 85)<br />
Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 13)<br />
Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ</div><em>“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.”</em> (Qs. Asy-Syura: 42)<br />
Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ</div><em>“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.”</em> (Qs. Al Maaidah: 54)<br />
Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ</div><em>“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.”</em> (Qs. At-Taubah: 100)<br />
Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,<br />
<div class="arab">ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ</div><em>“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.”</em> (Qs. At-Taubah: 118)<br />
Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam <em>Shahihain</em>, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. <em>“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.”</em> (<a href="http://muslim.or.id/tag/hadits">Hadits</a> Riwayat Muslim)<br />
Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada <a href="http://muslim.or.id/tag/tauhid">tauhid</a> dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.<br />
Allah berfirman,<br />
<div class="arab">إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ</div><em>“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”</em> (Qs. Al-Hijr: 9)<br />
Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.<br />
Allah berfirman.<br />
<div class="arab">بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ</div><em>“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.”</em> (Qs. Al Maaidah: 44)<br />
Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.<br />
<div class="arab">مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ</div><em>“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.”</em> (Qs. Al-Hajj: 15)<br />
Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, <em>“Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?”</em> Beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab, <em>“Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.”</em> Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.<br />
Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, <em>“dengan akalku,”</em> tapi jawablah, <em>“dengan fitrahku.”</em> Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. <em>“Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?”</em> Ia menjawab, <em>“Pernah.”</em> (Abu Hanifah bertanya lagi), <em>“Apakah engkau merasa akan tenggelam?”</em> Jawabnya, <em>“Ya.”</em> <em>“Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?”</em> <em>“Ya,”</em> jawabnya. <em>“Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya <a href="http://muslim.or.id/hadits">hadits</a> Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”</em><br />
Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, <a href="http://muslim.or.id/tag/haji">haji</a>, <a href="http://muslim.or.id/tag/puasa">puasa</a> di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.<br />
Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.<br />
Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.<br />
Syahadat <em>“Laa Ilaaha Illa Allah”</em>, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat <em>“Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”</em>, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Ia tidak mengikuti <em>ra’yu</em> <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html#">keluarga</a>, <em>ra’yu</em> kelompok, <em>ra’yu</em> jama’ah, <em>ra’yu</em> tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.<br />
<a href="http://muslim.or.id/tag/dakwah">Dakwah</a> Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, <em>“Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”</em><br />
Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan <a href="http://muslim.or.id/tag/syirik">syirik</a> dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan <em>ikhtilath</em> (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan <em>tabdzir</em> (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.<br />
Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan <em>alhamdulillah Rabbil ‘Alamin</em>.<br />
[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-<a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah">Sunnah</a> Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]<br />
***<br />
Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman <em>hafizhahullah</em><br />
<div id="credit"><br />
Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html">Alangkah Indahnya Islam — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a></div></span><br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-80264124309106765992012-08-16T22:03:00.002-07:002012-08-16T22:12:16.135-07:00SEPUTAR ZAKAT FITRAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpd3GrhFlqoVkbMd-D90uRc4q75B2i3nPfGwBm85HWky0PmLEq5gsT5gspjOVPf8A8coFl8OMYj89_DJxvcoeHvHitSvhGr-j_vQheHYij6PJPpd0rKlAjObw0GqWUdNbPPb9meNjwugA/s1600/zakat.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="154" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpd3GrhFlqoVkbMd-D90uRc4q75B2i3nPfGwBm85HWky0PmLEq5gsT5gspjOVPf8A8coFl8OMYj89_DJxvcoeHvHitSvhGr-j_vQheHYij6PJPpd0rKlAjObw0GqWUdNbPPb9meNjwugA/s200/zakat.png" width="200" /></a></div>Bentar lagi mau Lebaran nie sobat muslim, keluarga beasar <a href="http://www.kaligrafiunik.web.id/">J'art Kaligrafi Gallery</a> mengucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin<br />
<br />
ngomong-ngomong Masalah Lebaran sobat muslim udah tahu belum masalah zakat fitrah?? kalo belum ini admin kasih info ...<br />
<br />
Hakikat Zakat Fitrah<br />
<br />
<i>penulis Al-Ustadz Qomar ZA Lc</i><br />
<b> Zakat Fitri</b> atau yg lazim disebut <b>zakat fitrah</b> sudah jamak diketahui sebagai penutup rangkaian ibadah bulan Ramadhan. Bisa jadi sudah banyak pembahasan seputar hal ini yg tersuguh utk kaum muslimin. Namun tdk ada salah jika diulas kembali dgn dilengkapi dalil-dalilnya.<br />
Telah menjadi kewajiban atas kaum muslimin utk mengetahui hukum-hukum seputar zakat fitrah. Ini dikarenakan Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan atas mereka utk menunaikan usai melakukan kewajiban puasa Ramadhan. Tanpa mempelajari hukum-hukum mk pelaksanaan syariat ini tdk akan sempurna. Sebalik dgn mempelajari mk akan sempurna realisasi dari syariat tersebut.<br />
Hikmah Zakat Fitrah<br />
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma ia berkata:<br />
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ<br />
“<i>Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yg berpuasa dari perbuatan yg sia-sia dan kata-kata kotor serta sebagai pemberian makanan utk orang2 miskin</i>.”<br />
Mengapa disebut Zakat Fitrah?<br />
Sebutan yg populer di kalangan masyarakat kita adl zakat fitrah. Mengapa demikian? Karena maksud dari zakat ini adl zakat jiwa diambil dari kata fitrah yaitu asal-usul penciptaan jiwa sehingga wajib atas tiap jiwa . Semakna dgn itu Ahmad bin Muhammad Al-Fayyumi menjelaskan bahwa ucapan para ulama “wajib fitrah” maksud wajib zakat fitrah.<br />
Namun yg lbh populer di kalangan para ulama –wallahu a’lam– disebut زَكَاةُ الْفِطْرِ zakat fithri atau صَدَقَةُ الْفِطْرِ shadaqah fithri. Kata Fithri di sini kembali kepada makna berbuka dari puasa Ramadhan krn kewajiban tersebut ada setelah selesai menunaikan puasa bulan Ramadhan. Sebagian ulama seperti Ibnu Hajar Al-’Asqalani menerangkan bahwa sebutan yg kedua ini lbh jelas jika merujuk pada sebab musabab dan pada sebagian penyebutan dlm sebagian riwayat.<br />
Hukum Zakat Fitrah<br />
Pendapat yg terkuat zakat fitrah hukum wajib. Ini merupakan pendapat jumhur ulama di antara mereka adl Abul Aliyah Atha’ dan Ibnu Sirin sebagaimana disebutkan Al-Imam Al-Bukhari. Bahkan Ibnul Mundzir telah menukil ijma’ atas wajib fitrah walaupun tdk benar jika dikatakan ijma’. Namun ini cukup menunjukkan bahwa mayoritas para ulama berpandangan wajib zakat fitrah.<br />
Dasar mereka adl hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br />
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَاْلأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ<br />
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma ia mengatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menfardhukan zakat fitri satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atas budak sahaya orang merdeka laki2 wanita kecil dan besar dari kaum muslimin. Dan Nabi memerintahkan utk ditunaikan sebelum keluar orang2 menuju shalat .”<br />
Dalam lafadz Al-Bukhari yg lain:<br />
أمر النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ<br />
“Nabi memerintahkan zakat fitri satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum.”<br />
Dari dua lafadz hadits tersebut nampak jelas bagi kita bahwa Nabi menfardhukan dan memerintahkan sehingga hukum zakat fitrah adl wajib.<br />
Dalam hal ini ada pendapat lain yg menyatakan bahwa hukum sunnah muakkadah . Adapula yg berpendapat hukum adl hanya sebuah amal kebaikan yg dahulu diwajibkan namun kemudian kewajiban itu dihapus. Pendapat ini lemah krn hadits yg mereka pakai sebagai dasar lemah menurut Ibnu Hajar. Sebab dlm sanad ada rawi yg tdk dikenal. Demikian pula pendapat yg sebelum juga lemah.<br />
Siapa yg Wajib Berzakat Fitrah?<br />
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan dlm hadits sebelum bahwa kewajiban tersebut dikenakan atas semua orang besar ataupun kecil laki2 ataupun perempuan dan orang merdeka maupun budak hamba sahaya. Akan tetapi utk anak kecil diwakili oleh wali dlm mengeluarkan zakat. Ibnu Hajar mengatakan: “Yang nampak dari hadits itu bahwa kewajiban zakat dikenakan atas anak kecil namun perintah tersebut tertuju kepada walinya. Dengan demikian kewajiban tersebut ditunaikan dari harta anak kecil tersebut. Jika tdk punya mk menjadi kewajiban yg memberi nafkah ini merupakan pendapat jumhur ulama.”<br />
Nafi’ mengatakan:<br />
فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُعْطِي عَنِ الصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ حَتَّى إِنْ كَانَ لِيُعْطِي عَنْ بَنِيَّ<br />
“Dahulu Ibnu ‘Umar menunaikan zakat anak kecil dan dewasa sehingga dia dulu benar-benar menunaikan zakat anakku.”<br />
Demikian pula budak hamba sahaya diwakili oleh tuannya.<br />
Apakah selain Muslim terkena Kewajiban Zakat?<br />
Sebagai contoh seorang anak yg kafir apakah ayah berkewajiban mengeluarkan zakatnya? Jawabnya: tidak. Karena Nabi memberikan catatan di akhir hadits bahwa kewajiban itu berlaku bagi kalangan muslimin . Walaupun dlm hal ini ada pula yg berpendapat tetap dikeluarkan zakatnya. Namun pendapat tersebut tdk kuat krn tdk sesuai dgn dzahir hadits Nabi.<br />
Apakah Janin Wajib Dizakati?<br />
Jawabnya: tidak. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat tersebut kepada sedangkan janin tdk disebut baik dari sisi bahasa maupun adat. Bahkan Ibnul Mundzir menukilkan ijma’ tentang tdk diwajibkan zakat fitrah atas janin. Walaupun sebetul ada juga yg berpendapat wajib atas janin yaitu sebagian riwayat dari Al-Imam Ahmad dan pendapat Ibnu Hazm dgn catatan –menurutnya– janin sudah berumur 120 hari. Pendapat lain dari Al-Imam Ahmad adl sunnah. Namun dua pendapat terakhir ini lemah krn tdk sesuai dgn hadits di atas.<br />
Wajibkah bagi Orang yg Tidak Mampu?<br />
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa: “Bila kewajiban itu melekat ketika ia mampu melaksanakan kemudian setelah itu ia tdk mampu mk kewajiban tersebut tdk gugur darinya. Dan tdk menjadi kewajiban jika ia tdk mampu semenjak kewajiban itu mengenainya.”<br />
Adapun kriteria tdk mampu dlm hal ini mk Asy-Syaukani menjelaskan: “Barangsiapa yg tdk mendapatkan sisa dari makanan pokok utk malam hari raya dan siang mk tdk berkewajiban membayar fitrah. Apabila ia memiliki sisa dari makanan pokok hari itu ia harus mengeluarkan bila sisa itu mencapai ukuran .”<br />
Dalam Bentuk Apa Zakat Fitrah dikeluarkan?<br />
Hal ini telah dijelaskan dlm hadits yg lalu. Dan lbh jelas lagi dgn riwayat berikut:<br />
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كُنَّا نُعْطِيْهَا فِي زَمَانِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيْبٍ ..<br />
“Dari Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu ia berkata: ‘Kami memberikan zakat fitrah di zaman Nabi sebanyak 1 sha’ dari makanan 1 sha’ kurma 1 sha’ gandum ataupun 1 sha’ kismis ’.”<br />
Kata طَعَامٍ maksud adl makanan pokok penduduk suatu negeri baik berupa gandum jagung beras atau lainnya. Yang mendukung pendapat ini adl riwayat Abu Sa’id yg lain:<br />
قَالَ كُنَّا نُخْرِجُ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ وَقَالَ أَبُو سَعِيْدٍ وَكَانَ طَعَامَنَا الشَّعِيْرُ وَالزَّبِيْبُ وَاْلأَقِطُ وَالتَّمْرُ<br />
“Ia mengatakan: ‘Kami mengeluarkan berupa makanan di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Idul Fitri’. Abu Sa’id mengatakan lagi: ‘Dan makanan kami saat itu adl gandum kismis susu kering dan kurma’.”<br />
Di sisi lain zakat fitrah bertujuan utk menyenangkan para fakir dan miskin. Sehingga seandai diberi sesuatu yg bukan dari makanan pokok mk tujuan itu menjadi kurang tepat sasaran.<br />
Inilah pendapat yg kuat yg dipilih oleh mayoritas para ulama. Di antara Malik Asy-Syafi’i dan salah satu riwayat dari Al-Imam Ahmad Ibnu Taimiyyah Ibnul Mundzir Ibnul Qayyim Ibnu Baz dan fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah<br />
Juga ada pendapat lain yaitu zakat fitrah diwujudkan hanya dlm bentuk makanan yg disebutkan dlm hadits Nabi. Ini adl salah satu pendapat Al-Imam Ahmad. Namun pendapat ini lemah.<br />
Bolehkah Mengeluarkan dlm Bentuk Uang?<br />
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama dlm hal ini.<br />
Pendapat pertama: Tidak boleh mengeluarkan dlm bentuk uang. Ini adl pendapat Malik Asy-Syafi’i Ahmad dan Dawud. Alasan syariat telah menyebutkan apa yg mesti dikeluarkan sehingga tdk boleh menyelisihinya. Zakat sendiri juga tdk lepas dari nilai ibadah mk yg seperti ini bentuk harus mengikuti perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain itu jika dgn uang mk akan membuka peluang utk menentukan sendiri harganya. Sehingga menjadi lbh selamat jika menyelaraskan dgn apa yg disebut dlm hadits.<br />
An-Nawawi mengatakan: “Ucapan-ucapan Asy-Syafi’i sepakat bahwa tdk boleh mengeluarkan zakat dgn nilai .”<br />
Abu Dawud mengatakan: “Aku mendengar Al-Imam Ahmad ditanya: ‘Bolehkah saya memberi uang dirham -yakni dlm zakat fitrah-?’ Beliau menjawab: ‘Saya khawatir tdk sah menyelisihi Sunnah Rasulullah’.”<br />
Ibnu Qudamah mengatakan: “Yang tampak dari madzhab Ahmad bahwa tdk boleh mengeluarkan uang pada zakat.”<br />
Pendapat ini pula yg dipilih oleh Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dan Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan<br />
Pendapat kedua: Boleh mengeluarkan dlm bentuk uang yg senilai dgn apa yg wajib dia keluarkan dari zakat dan tdk ada beda antara keduanya. Ini adl pendapat Abu Hanifah.<br />
Pendapat pertama itulah yg kuat.<br />
Atas dasar itu bila seorang muzakki memberi uang pada amil mk amil diperbolehkan menerima jika posisi sebagai wakil dari muzakki. Selanjut amil tersebut membelikan beras –misalnya– utk muzakki dan menyalurkan kepada fuqara dlm bentuk beras bukan uang.<br />
Namun sebagian ulama membolehkan mengganti harta zakat dlm bentuk uang dlm kondisi tertentu tdk secara mutlak. Yaitu ketika yg demikian itu lbh bermaslahat bagi orang2 fakir dan lbh mempermudah bagi orang kaya.<br />
Ini merupakan pilihan Ibnu Taimiyyah. Beliau rahimahullahu mengatakan: “Boleh mengeluarkan uang dlm zakat bila ada kebutuhan dan maslahat. Contoh seseorang menjual hasil kebun atau tanamannya. Jika ia mengeluarkan zakat 1/10 dari uang dirham mk sah. Ia tdk perlu membeli korma atau gandum terlebih dulu. Al-Imam Ahmad telah menyebutkan kebolehannya.”<br />
Beliau juga mengatakan dlm Majmu’ Fatawa : “Yang kuat dlm masalah ini bahwa mengeluarkan uang tanpa kebutuhan dan tanpa maslahat yg kuat mk tdk boleh …. Karena jika diperbolehkan mengeluarkan uang secara mutlak mk bisa jadi si pemilik akan mencari jenis-jenis yg jelek. Bisa jadi pula dlm penentuan harga terjadi sesuatu yg merugikan… Adapun mengeluarkan uang krn kebutuhan dan maslahat atau utk keadilan mk tdk mengapa….”<br />
Pendapat ini dipilih oleh Asy-Syaikh Al-Albani sebagaimana disebutkan dlm kitab Tamamul Minnah<br />
Yang perlu diperhatikan ketika memilih pendapat ini harus sangat diperhatikan sisi maslahat yg disebutkan tadi dan tdk boleh sembarangan dlm menentukan sehingga berakibat menggampangkan masalah ini.<br />
Ukuran yg Dikeluarkan<br />
Dari hadits-hadits yg lalu jelas sekali bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menentukan ukuran zakat fitrah adl 1 sha’. Tapi berapa 1 sha’ itu?<br />
Satu sha’ sama dgn 4 mud. Sedangkan 1 mud sama dgn 1 cakupan dua telapak tangan yg berukuran sedang.<br />
Berapa bila diukur dgn kilogram ? Tentu yg demikian ini tdk bisa tepat dan hanya bisa diukur dgn perkiraan. Oleh karena para ulama sekarangpun berbeda pendapat ketika mengukur dgn kilogram.<br />
Dewan Fatwa Saudi Arabia atau Al-Lajnah Ad-Da`imah yg diketuai Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz wakil Asy-Syaikh Abdurrazzaq ‘Afifi dan anggota Abdullah bin Ghudayyan memperkirakan 3 kg.<br />
Adapun Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin berpendapat sekitar 2040 kg.<br />
Tentang Al-Bur atau Al-Hinthah<br />
Ada perbedaan pendapat tentang ukuran yg dikeluarkan dari jenis hinthah . Sebagian shahabat berpendapat tetap 1 sha’ sementara yg lain berpendapat ½ sha’.<br />
Nampak pendapat kedua itu yg lbh kuat berdasarkan riwayat:<br />
عَنْ هِشَامِ بنِ عُرْوَةَ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ أَسْمَاءَ بنِتَ أَبِى بَكْرٍ أَخْبَرَتْهُ: أَنَّهَا كَانَتْ تُخْرِجُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَهْلِهَا الْحُرِّ مِنْهُمْ وَالْمَمْلُوْكِ مُدَّيْنِ مِنْ حِنْطَةٍ أَوْ صَاعاً مِنْ تَمْرٍ بِالْمُدِّ أوْ بِالصَّاعِ الَّذِي يَـتَبَايَعوْنَ بِهِ<br />
“Dari Hisyam bin Urwah dari ayah bahwa Asma’ binti Abu Bakar dahulu di zaman Nabi dia mengeluarkan utk keluarga yg merdeka atau yg sahaya dua mud hinthah atau satu sha’ kurma dgn ukuran mud atau sha’ yg mereka pakai utk jual beli.”<br />
Ini merupakan pendapat Abu Hanifah dan yg dipilih oleh Ibnu Taimiyyah Ibnul Qayyim dan di masa sekarang Al-Albani.<br />
Waktu Mengeluarkannya<br />
Menurut sebagian ulama bahwa jatuh kewajiban fitrah itu dgn selesai bulan Ramadhan. Namun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa waktu pengeluaran zakat fitrah itu sebelum shalat sebagaimana dlm hadits yg lalu.<br />
وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ<br />
“Dan Nabi memerintahkan agar dilaksanakan sebelum orang2 keluar menuju shalat.”<br />
Dengan demikian zakat tersebut harus tersalurkan kepada yg berhak sebelum shalat. Sehingga maksud dari zakat fitrah tersebut terwujud yaitu utk mencukupi mereka di hari itu.<br />
Namun demikian syariat memberikan kelonggaran kepada kita dlm penunaian zakat di mana pelaksanaan kepada amil zakat dapat dimajukan 2 atau 3 hari sebelum Id berdasarkan riwayat berikut ini:<br />
كَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يُعْطِيْهَا الَّذِيْنَ يَقْبَلُوْنَهَا وَكَانُوا يُعْطُوْنَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ<br />
“Dulu Abdullah bin Umar memberikan zakat fitrah kepada yg menerimanya1. Dan dahulu mereka menunaikan 1 atau 2 hari sebelum hari Id.”<br />
Dalam riwayat Malik dari Nafi’:<br />
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَبْعَثُ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ إِلَى الَّذِي تُجْمَعُ عِنْدَهُ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةٍ<br />
“Bahwasa Abdullah bin Umar menyerahkan zakat fitrah kepada petugas yg zakat dikumpulkan kepada 2 atau 3 hari sebelum Idul Fitri.”<br />
Sehingga tdk boleh mendahulukan lbh cepat daripada itu walaupun ada juga yg berpendapat itu boleh. Pendapat pertama itulah yg benar krn demikianlah praktek para shahabat.<br />
Bolehkan Mengeluarkan Zakat Fitrah Setelah Shalat Id?<br />
Hal ini telah dijelaskan oleh hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:<br />
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ<br />
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma ia mengatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yg berpuasa dari perbuatan yg sia-sia dan kata-kata kotor serta sebagai pemberian makanan bagi orang2 miskin. mk barangsiapa menunaikan sebelum shalat mk itu zakat yg diterima. Dan barangsiapa yg menunaikan setelah shalat mk itu hanya sekedar sedekah dari sedekah-sedekah yg ada.”<br />
Ibnul Qayyim mengatakan: “Konsekuensi dari dua2 hadits tersebut adl tdk boleh menunda penunaian zakat sampai setelah Shalat Id; dan bahwa kewajiban zakat itu gugur dgn selesai shalat. Inilah pendapat yg benar krn tiada yg menentang dua hadits ini dan tdk ada pula yg menghapus serta tdk ada ijma’ yg menghalangi utk berpendapat dgn kandungan 2 hadits itu. Dan dahulu guru kami menguatkan pendapat ini serta membelanya.”<br />
Atas dasar itu mk jangan sampai zakat fitrah diserahkan ke tangan fakir setelah Shalat Id kecuali bila si fakir mewakilkan kepada yg lain utk menerimanya.<br />
Sasaran Zakat Fitrah<br />
Yang kami maksud di sini adl mashraf atau sasaran penyaluran zakat.<br />
<br />
<br />
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama dlm hal ini. Sebagian ulama mengatakan sasaran penyaluran adl orang fakir miskin secara khusus.<br />
Sebagian lagi mengatakan sasaran penyaluran adl sebagaimana zakat yg lain yaitu 8 golongan sebagaimana tertera dlm surat At-Taubah 60. Ini merupakan pendapat Asy-Syafi’i satu riwayat dari Ahmad dan yg dipilih oleh Ibnu Qudamah .<br />
Dari dua pendapat yg ada nampak yg kuat adl pendapat yg pertama. Dengan dasar hadits Nabi yg lalu:<br />
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ<br />
Dari Ibnu Abbas ia mengatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yg berpuasa dari perbuatan yg sia-sia dan kata-kata kotor serta sebagai pemberian makanan bagi orang2 miskin.”<br />
Ini merupakan pendapat yg dipilih oleh Ibnu Taimiyyah Ibnul Qayyim Asy-Syaukani dlm buku As-Sailul Jarrar3 dan di zaman ini Asy Syaikh Al-Albani dan difatwakan Asy-Syaikh Ibnu Baz Ibnu Utsaimin dan lain-lain.<br />
Ibnul Qayyim mengatakan: “Di antara petunjuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam zakat ini dikhususkan bagi orang2 miskin dan tdk membagikan kepada 8 golongan secomot-secomot. Beliau tdk pula memerintahkan utk itu serta tdk seorangpun dari kalangan shahabat yg melakukannya. Demikian pula orang2 yg setelah mereka.”<br />
Atas dasar itu tdk diperkenankan menyalurkan zakat fitrah utk pembangunan masjid sekolah atau sejenisnya. Demikian difatwakan oleh Al-Lajnah Ad-Da`imah .<br />
Definisi Fakir<br />
Para ulama banyak membicarakan hal ini. Terlebih kata fakir ini sering bersanding dgn kata miskin yg berarti masing-masing punya pengertian tersendiri. Pembahasan masalah ini cukup panjang dan membutuhkan pembahasan khusus. Namun di sini kami akan sebutkan secara ringkas pendapat yg nampak lbh kuat:<br />
Al-Qurthubi dlm Tafsir- menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat dlm hal perbedaan antara fakir dan miskin sampai 9 pendapat.<br />
Di antara bahwa fakir lbh membutuhkan daripada miskin. Ini adl pendapat Asy-Syafi’i dan jumhur sebagaimana dlm Fathul Bari.<br />
Di antara alasan adl krn Allah Subhanahu wa Ta’ala lbh dahulu menyebut fakir daripada miskin dlm surat At-Taubah: 60.<br />
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا<br />
“Sesungguh zakat-zakat itu hanyalah utk orang2 fakir orang2 miskin pengurus-pengurus zakat…”<br />
Tentu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dari yg terpenting. Juga dlm surat Al-Kahfi: 79 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
أَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيْبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبًا<br />
“Adapun bahtera itu adl kepunyaan orang2 miskin yg bekerja di laut dan aku bertujuan merusak bahtera itu krn di hadapan mereka ada seorang raja yg merampas tiap-tiap bahtera…”<br />
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut mereka miskin padahal mereka memiliki kapal.<br />
Jadi baik fakir maupun miskin sama-sama tdk punya kecukupan walaupun fakir lbh kekurangan dari miskin.<br />
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan dlm Tafsir- : “Fakir adl orang yg tdk punya apa-apa atau punya sedikit kecukupan tapi kurang dari setengahnya. Sedangkan miskin adl yg mendapatkan setengah kecukupan atau lbh tapi tdk memadai.”<br />
Berapakah yg Diberikan kepada Mereka?<br />
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di mengatakan : “Maka mereka diberi seukuran yg membuat hilang kefakiran dan kemiskinan mereka.”<br />
Maka diupayakan jangan sampai tiap orang miskin diberi kurang dari ukuran zakat fitrah itu sendiri.<br />
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Pendapat yg paling lemah adl pendapat yg mengatakan wajib atas tiap muslim utk membayarkan zakat fitrah kepada 12 18 24 32 atau 28 orang atau semacam itu. Karena ini menyelisihi apa yg dilakukan kaum muslimin dahulu di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam para khalifah serta seluruh shahabatnya. Tidak seorang muslimpun melakukan yg demikian di masa mereka. Bahkan dahulu tiap muslim membayar fitrah sendiri dan fitrah keluarga kepada satu orang muslim.<br />
Seandai mereka melihat ada yg membagi satu sha’ utk sekian belas jiwa di mana tiap orang diberi satu genggam tentu mereka mengingkari itu dgn sekeras-kerasnya. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menentukan kadar yg diperintahkan yaitu satu sha’ kurma gandum atau dari bur ½ atau 1 sha’ sesuai kadar yg cukup utk satu orang miskin. Dan beliau jadikan ini sebagai makanan mereka di hari raya yg mereka tercukupi dgn itu. Jika satu orang hanya memperoleh satu genggam mk ia tdk mendapatkan manfaat dan tdk selaras dgn tujuannya.”<br />
Bagaimana Hukum Mendirikan Semacam Badan Amil Zakat?<br />
Telah diajukan sebuah pertanyaan kepada Al-Lajnah Ad-Da`imah tentang sebuah organisasi yg bernama Jum’iyyatul Bir di Jeddah Saudi Arabia yg mengelola anak yatim dan bantuan kepada keluarga yg membutuhkan menerima zakat dan menyalurkan kepada orang2 yg membutuhkan.<br />
Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab: “Organisasi tersebut wajib utk menyalurkan zakat fitrah kepada orang2 yg berhak sebelum diselenggarakan Shalat Id tdk boleh menunda dari waktu itu. Karena Nabi memerintahkan utk disampaikan kepada orang2 fakir sebelum Shalat Id. Organisasi itu kedudukan sebagai wakil dari muzakki dan organisasi tersebut tdk diperkenankan utk menerima zakat fitrah kecuali seukuran yg ia mampu utk menyalurkan kepada orang2 fakir sebelum Shalat Id. Dan tdk boleh pula membayar zakat fitrah dlm bentuk uang krn dalil-dalil syar’i menunjukkan wajib mengeluarkan zakat fitrah dlm bentuk makanan juga tdk boleh berpaling dari dalil syar’i kepada pendapat seseorang manusia.<br />
Apabila muzakki membayarkan kepada organisasi itu dlm bentuk uang utk dibelikan makanan utk orang2 fakir mk itu wajib dilaksanakan sebelum Shalat Id dan tdk boleh bagi organisasi itu utk mengeluarkan dlm bentuk uang.”<br />
Akan tetapi pada asal zakat fitrah langsung diberikan oleh muzakki kepada yg berhak.<br />
Bila ia memberikan kepada badan amil zakat mk harus diperhatikan minimal dua hal:<br />
1. Mereka benar-benar orang yg mengetahui hukum sehingga tahu seluk-beluk hukum zakat dan yg berhak menerimanya.<br />
2. Mereka adl orang yg amanah benar-benar menyampaikan kepada yg berhak sesuai dgn aturan syar’i.<br />
Hal ini kami tegaskan krn di masa ini banyak orang yg tdk tahu hukum lebih-lebih tdk sedikit yg tdk amanah. Ada yg mengambil tanpa hak dan ada yg menyalurkan tdk tepat sasaran. Justru zakat itu dikembangkan atau utk kesejahteraan organisasi/partainya. Atau terkadang dia menunda yg berarti menunda pemberian kepada orang yg sangat membutuhkan walaupun terkadang melegitimasi perbuatan mereka dgn alasan-alasan ‘syar’i’ yg dibuat-buat.<br />
Bolehkah Zakat Dikembangkan oleh Badan Amil Zakat?<br />
Pertanyaan tentang ini telah diajukan kepada Al-Lajnah Ad-Da`imah jawabnya:<br />
Tidak boleh bagi wakil dari organisasi tersebut utk mengembangkan harta zakat. Yang wajib dilakukan adl menyalurkan ke tempat-tempat yg syar’i yg telah disebut dlm nash setelah mengecek penyaluran kepada orang2 yg berhak. Karena tujuan zakat adl memenuhi kebutuhan orang2 fakir dan melunasi hutang orang2 yg berhutang. Sementara pengembangan harta zakat bisa jadi justru menyebabkan hilang maslahat ini atau menunda dlm waktu yg lama dari orang2 yg berhak<br />
Tempat Ditunaikan Zakat Fitrah<br />
Sebuah pertanyaan ditujukan kepada Al-Lajnah Ad-Da`imah:<br />
“Apakah saya boleh menunaikan zakat utk keluarga saya di mana saya puasa Ramadhan di bagian timur sementara keluarga saya di bagian utara?”<br />
Jawab: Zakat fitrah itu dikeluarkan di tempat seseorang berada. Namun jika wakil atau wali mengeluarkan di daerah tempat yg bersangkutan tdk ada di sana mk diperbolehkan.<br />
Wallahu a’lam bish-shawab.<br />
1 Yang dimaksud adl amil zakat bukan fakir miskin. Lihat Fathul Bari dan Al-Irwa` .<br />
2 Sebelum beliau juga menyebutkan hadits lain yg semakna.<br />
3 Lain hal dlm buku Ad-Darari di situ beliau berpendapat seperti Asy-Syafi’i.<br />
<br />
PRAKTEK ZAKAT FITRAH<br />
<br />
Di lapangan atau prakteknya, niat dalam mengeluarkan zakat itu wajib hukumnya. Lafadznya demikian:<i> “Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah dari diriku sebagai kewajiban, hanya untuk Allah ta’ala”.</i><i> </i>Sementara waktu niat ini ketika memberikan zakat kepada orang yang berhak menerima zakat atau wakil zakat. Boleh juga mendahulukan niat dari penyerahan, dengan syarat sudah dipisahkannya harta zakat dengan yang lainnya. Boleh juga meminta sang wakil untuk memberikan niat ketika penyerahan zakat. Sedangkan untuk niat dalam mengeluarkan zakat untuk seseorang yang wajib dikeluarkan zakat fitrahnya. adalah: <i>“Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah untuk (fulan</i><i>/ sebutkan nama orang yang diwakili</i><i>) sebagai kewajiban, hanya untuk Allah ta’ala”.</i><i></i> <br />
<div>Kemudian masalah waktu pembagian zakat fitrah terbagi beberapa macam. Ada waktu yang wajib, waktu fadhilah, waktu jawaz, waktu makruh dan ada pula waktu haram mengeluarkan zakat fitrah. Terus siapa saja <i>sih</i> yang terkena kewajiban mengeluarkan zakat fitrah?</div><div>Setahu saya, mereka yang berstatus muslim wajib mengeluarkan zakat fitrah. Ditambah lagi syarat, mereka harus merdeka (muslim Indonesia jelas ternasuk di dalamnya, karena sudah tidak ada lagi perbudakan) dan syarat harus memiliki persediaan bahan pokok yang mencukupi untuk sehari semalam (hari lebaran). Catatan, persediaan ini selain dari: Kebutuhannya sendiri dan orang yang wajib dia nafkahi; Hutang, meskipun diberi tempo; dan Kebutuhan pembantu serta rumah yang sesuai ukuran orang yang mengeluarkan zakat.</div><div>Untuk masalah siapa orang yang harus kita keluarkan zakatnya (menjadi kewajiban kita untuk mengeluarkan zakat) adalah;</div><ol><li>Istri, meskipun tertalak roj’i, selama dalam waktu iddah, atau tertalak bain dalam kondisi hamil;</li>
<li>Anak (anak yang belum baligh dan tidak mempunyai harta, maka perintah zakat dibebankan kepada orang tua. Dan untuk anak yang sudah mempunyai harta – harta warisan misalnya, orang tua tidak wajib mengeluarkan zakat dari harta pribadinya, melainkan boleh membayarkan zakat anaknya tersebut dari harta si anak. Untuk anak yang sudah baligh, ia wajib mengeluarkan dari hartanya sendiri dengan niatnya sekalian. Orang tua yang membantu mengeluarkan zakat anaknya tidak mengapa bila mendapat amanat atau telah mendapatkan izin.</li>
<li>Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak mampu bekerja.</li>
<li>Hamba yang dimiliki (budak).</li>
</ol><div> <a href="http://www.infozakat.com/">Zakat fitrah</a> ini sendiri dalam pengalokasiannya terdapat golongan khusus. Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat. Mereka adalah; Fakir; Miskin; Amil (banyak syarat amil seperti apakah yang boleh menerima zakat fitrah); Muallaf (orang yang baru masuk Islam); Mukatab (Seorang budak yang diaqadi bisa merdeka dengan memberikan sejumlah cicilan, dengan aqad yang sah. Hal ini untuk membatunya terbebas dari status budak.); Gharim (Mereka-mereka yang punya tanggungan hutang. Banyak kategori dalam golongan ini); Bala Tentara; dan Ibnu Sabil/ musafir.</div><div> Lantas, jumlah harta yang harus dikeluarkan agar kita terlepas dari kewajiban zakat fitrah adalah satu <i>sha’</i> untuk setiap orang, atau sekitar 2, 75 kg yang tidak terdapat cacat, seperti terdapa ulat yang biasa memakan biji-bijian.</div><br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-16547388112969794242012-08-16T18:41:00.000-07:002012-08-16T18:41:30.853-07:00Kisah Dan Biografi Sahabat Rosulullah SAW : USTMAN BIN AFFAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPRcLvvTeUdCJ6q-CSIDcl7FfUZHhcvMRbC-uUPwMukMVPGRRdsJTkjHonExZ-KWt4slPy6JuuNQX9uYgP7U4XniJljkKAT3SlkRnDtqLaGwiI0X5sua5MqqScwjO6KBQkKJo_rWbpZgI/s1600/Usman+bin+Affan.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPRcLvvTeUdCJ6q-CSIDcl7FfUZHhcvMRbC-uUPwMukMVPGRRdsJTkjHonExZ-KWt4slPy6JuuNQX9uYgP7U4XniJljkKAT3SlkRnDtqLaGwiI0X5sua5MqqScwjO6KBQkKJo_rWbpZgI/s200/Usman+bin+Affan.gif" width="200" /></a></div><a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/" title="Ahlan Wa Sahlan Bi Qudumikum">Pada</a> tahun pertama dari khilafah Usman bin Affan, yaitu tahun 24 Hijriah, negeri Rayyi berhasil ditaklukkan. Sebelumnya, negeri ini pernah ditaklukkan, tetapi kemudian dibatalkan. Pada tahun yang sama, berjangkit wabah demam berdarah yang menimpa banyak orang. Khalifah Usman bin Affan sendiri terkena sehingga beliau tidak dapat menunaikan ibadah haji. Pada tahun ini, Usman bin Affan mengangkat <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/saad-bin-abi-waqqash-lelaki-penghuni-surga-di-antara-dua-pilihan.html" title="Saad Bin Abi Waqqash">Sa'ad bin Abi Waqqash</a> menjadi gubernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syu'bah.<br />
Di tahun 25 Hijriah, Usman bin Affan memecat Sa'ad bin Abi Waqqash dari jabatan gubernur Kufah dan sebagai gantinya diangkatlah Walid bin Uqbah bin Abi Mu'ith (seorang shahabi dan saudara seibu dengan Usman bin Affan). Inilah sebab pertama dituduhnya Usman bin Affan melakukan nepotisme.<br />
Pada tahun 26 Hijriah, Usman bin Affan melakukan perluasan Masjidil Haram dengan membeli sejumlah tempat dari para pemiliknya lalu disatukan dengan masjid. Pada tahun 17 Hijriah, Mu'awiyah melancarkan serangan ke Qubrus (Siprus) dengan membawa pasukannya menyeberangi lautan. Di antara pasukan ini terdapat Ubadah bin Shamit dan istrinya, Ummu Haram binti Milhan al-Ansharish. Dalam perjalanan, Ummu Haram jatuh dari kendaraannya kemudian syahid dan dikuburkan di sana. Nabi saw pernah memberi-tahukan kepada Ummu Haram tentang pasukan ini, seraya berdoa agar Ummu Haram menjadi salah seorang dari anggota pasukan ini. Pada tahun ini, Usman bin Affan menurunkan Amru bin Ash dari jabatan gubernur Mesir dan sebagai gantinya diangkatlah Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh. Dia kemudian menyerbu Afrika dan berhasil menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula, Andalusia berhasil ditaklukkan.<br />
Tahun 29 Hijriah, negeri-negeri lain berhasil ditaklukkan. Pada tahun ini, Usman bin Affan memperluas <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/artikel-umum/sejarah-pengembangan-masjid-nabawi.html" title="Masjid Nabawi">masjid Madinah al- Munawarah</a> dan membangunnya dengan batu-batu berukir. Ia membuat tiangnya dari batu dan atapnya dari kayu (tatal). Panjangnya 160 depa dan luasnya 150 depa.<br />
Negeri-negeri Khurasan ditaklukkan pada tahun ke-30 Hijriah sehingga banyak terkumpul kharaj (infaq penghasilan) dan harta dari berbagai penjuru. Allah memberikan karunia yang melimpah dari semua negeri kepada kaum Muslimin.<br />
Pada tahun 32 Hijriah, Abbas bin Abdul Muththalib, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/abdurrahman-bin-auf.html" title="Abdurrahman Bin Auf">Abdurrahman bin Auf</a>, Abdullah bin Mas'ud, dan Abu Darda' wafat. Orang -orang yang pernah menjabat sebagai hakim negeri Syam sampai saat itu ialah Mu'awiyah, Abu Dzarr bin Jundab bin Junadah al-Ghiffari, dan Zaid bin Abdullah. Pada tahun ke-33 Hijriah, Abdullah bin Mas'ud bin Abi Sarh menyerbu Habasyah.<br />
Seperti diketahui, Usman bin Affan mengangkat para kerabatnya dari bani Umaiyyah menduduki berbagai jabatan. Kebijakan ini mengakibatkan dipecatnya sejumlah sahabat dari berbagai jabatan mereka dan digantikan oleh orang yang diutamakan-nya dari kerabatnya. Kebijakan ini mengakibatkan rasa tidak senang banyak orang terhadap Usman bin Affan. Hal inilah yang dijadikan pemicu dan sandaran oleh orang Yahudi yaitu Abdullah bin Saba' dan teman-temannya untuk membangkitkan fitnah.<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span><a class="highslide" href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/images/stories/artikel/Sword_1.jpg"> <img border="0" src="http://majlisdzikrullahpekojan.org/images/stories/thumbs/L2hvbWUvbWFqbGlzZHovcHVibGljX2h0bWwvaW1hZ2VzL3N0b3JpZXMvYXJ0aWtlbC9Td29yZF8xLmpwZw==.jpg" /></a> <br />
Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa penduduk Kufah umumnya melakukan pemberontakan dan konspirasi terhadap Sa'id ibnul Ash, pemimpin Kufah. Mereka kemudian mengirim utusan kepada Usman bin Affan guna menggugat kebijakannya dan alasan pemecatan sejumlah orang dari bani Umayyah. Dalam pertemuan ini, utusan tersebut berbicara kepada Usman bin Affan dengan bahasa yang kasar sekali sehingga membuat dadanya sesak. Beliau lalu memanggil semua pimpinan pasukan untuk dimintai pendapatnya.<br />
Akhirnya, berkumpullah di hadapannya, Mu'awiyah bin Abu Sufyan (pemimpin negeri Syam), Amr ibnul Ash (pemimpin negeri Mesir), Abduliah bin Sa'ad bin Abi Sarh (pemimpin negeri Maghrib), Sa'id ibnul Ash (pemimpin negeri Kufah), dan Abdullah bin Amir (pemimpin negeri Bashrah). Kepada mereka, Usman bin Affan meminta pandangan mengenai peristiwa yang terjadi dan perpecahan yang muncul.... Masing-masing dari mereka kemudian mengemukakan pendapat dan pandangannya. Setelah mendengar berbagai pandangan dan mendiskusikannya, akhirnya Usman bin Affan memutuskan untuk tidak melakukan penggantian para gubernur dan pembantunya. Kepada masing-masing mereka, Usman bin Affan memerintahkan agar menjinakkan hati para pemberontak dan pembangkang tersebut dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan lain dan pos-pos perbatasan.<br />
Setelah peristiwa ini, di Mesir muncul satu kelompok dari anak-anak para sahabat. Mereka menggerakkan massa untuk menentang Usman bin Affan dan menggugat sebagian besar tindakannya. Kelompok ini melakukan tindakan tersebut tentu setelah Abdullah bin Saba' berhasil menyebarkan kerusakan dan fitnah di Mesir. Ia berhasil menghasut sekitar enam ratus orang untuk berangkat ke Madinah dengan berkedok melakukan ibadah umrah, namun sebenarnya mereka bertujuan menyebarkan fitnah dalam masyarakat Madinah. Tatkala mereka hampir memasuki Madinah, Usman bin Affan mengutus <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/ali-bin-abu-thalib-orang-yang-dicintai-allah-dan-rasulnya.html" title="Ali Bin Abu Thalib">Ali bin Abu Thalib</a> untuk menemui mereka dan berbicara kepada mereka. Ali bin Abu Thalib kemudian berangkat menemui mereka di Juhfah. Mereka ini mengagungkan Ali bin Abu Thalib dengan sangat berlebihan, karena Abdullah bin Saba' telah berhasil mempermainkan akal pikiran mereka dengan berbagai khurafat dan penyimpangan. Setelah Ali bin Abu Thalib membantah semua penyimpangan pemikiran yang sesat itu, mereka menyesali diri seraya berkata, "Orang inikah yang kalian jadikan sebagai sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes Khalifah (Usman bin Affan)?" Mereka kemudian kembali dengan membawa kegagalan.<br />
Ketika menghadap Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib melaporkan kepulangan mereka dan mengusulkan agar Usman bin Affan menyampaikan pidato kepada orang banyak, guna meminta maaf atas tindakannya mengutamakan sebagian kerabatnya dan bahwa ia telah bertobat dari tindakan tersebut.<br />
Usulan ini diterima olehnya. dan Usman bin Affan kemudian berpidato di hadapan orang banyak pada hari Jum'at. Dalam pidato ini, di antaranya Usman bin Affan mengatakan, "Ya Allah, aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu. Ya Allah, aku adalah orang yang pertama bertobat dari apa yang telah aku lakukan."<br />
Pernyataan ini diucapkannya sambil menangis sehingga membuat semua orang ikut menangis. Usman bin Affan kemudian menegaskan kembali, bahwa ia akan menghentikan kebijakan yang menyebabkan timbulnya protes tersebut. Ditegaskan-nya bahwa ia akan memecat Marwan dan kerabatnya.<br />
Setelah penegasan tersebut, Marwan bin Hakam menemui Usman bin Affan. Dia menghamburkan kecaman dan protes kemudian berkata, "Andaikan ucapanmu itu engkau ucapkan pada waktu engkau masih sangat kuat, niscaya aku adalah orang yang pertama menerima dan mendukungnya, tetapi engkau mengucapkannya ketika banjir bah telah mencapai puncak gunung. Demi Allah, melakukan suatu kesalahan kemudian meminta ampunan dari-Nya adalah lebih baik daripada tobat karena takut kepada-Nya. Jika suka, engkau dapat melakukan tobat tanpa menyatakan kesalahan kami."<br />
Marwan kemudian memberitahukan kepadanya bahwa di balik pintu ada segerombolan orang. Usman bin Affan menunjuk Marwan untuk berbicara kepada mereka sesukanya. Marwan lalu berbicara kepada mereka dengan suatu pembicaraan yang buruk, sehingga merusak apa yang selama ini diperbaiki oleh Usman bin Affan. Dalam pembicaraannya, Marwan berkata, "Kalian datang untuk merebut kerajaan dari tangan kami. Keluarlah kalian dari sisi kami. Demi Allah, jika kalian membangkang kepada kami, niscaya kalian akan menghadapi kesulitan dan tidak akan menyukai akibatnya."<br />
Setelah mengetahui hal ini, Ali bin Abu Thalib segera datang menemui Usman bin Affan dan dengan nada marah, ia berkata, "Mengapa engkau merelakan Marwan, sementara dia tidak menghendaki kecuali memalingkan engkau dari agama dan pikiranmu! Demi Allah, Marwan adalah orang yang tidak layak dimintai pendapat tentang agama atau dirinya sekalipun. Demi Allah, aku melihat bahwa dia akan menghadirkan kamu kemudian tidak akan mengembalikan kamu lagi. Saya tidak akan kembali setelah ini karena teguran-ku kepadamu."<br />
Setelah Ali bin Abu Thalib keluar, Na'ilah masuk menemui Usman bin Affan (ia telah mendengarkan apa yang diucapkan Ali bin Abu Thalib kepada Usman bin Affan) kemudian berkata, "Aku harus bicara atau diam!" Usman bin Affan menjawab, "Bicara lah!" Na'ilah berkata, "Aku telah mendengar ucapan Ali bin Abu Thalib bahwa dia tidak akan kembali lagi padamu, karena engkau telah menaati Marwan dalam segala apa yang dikehendakinya," Usman bin Affan berkata, "Berilah pendapatmu kepadaku." Na'ilah memberikan pendapatnya,"Bertaqwa lah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Ikutilah sunnah kedua sahabatmu yang terdahulu (<a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/abu-bakar-as-siddiq.html" title="Abu Bakar As Siddiq">Abu Bakar As Siddiq</a> dan <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/umar-bin-khattab.html" title="Umar Bin Khattab">Umar Bin Khattab</a>), sebab jika engkau menaati Marwan, niscaya dia akan membunuhmu. Marwan adalah orang yang tidak memiliki harga di sisi Allah, apalagi rasa takut dan cinta. Utuslah seseorang menemui Ali bin Abu Thalib guna meminta pendapatnya, karena dia memiliki kekerabatan denganmu dan dia tidak layak ditentang."<br />
Usman bin Affan kemudian mengutus seseorang kepada Ali bin Abu Thalib, tetapi Dia menolak datang. Ali bin Abu Thalib berkata, "Aku telah memberitahukan kepadanya bahwa aku tidak akan kembali lagi. Sikap ini merupakan permulaan krisis yang menyulut api fitnah dan memberikan peluang kepada para tukang fitnah, untuk memperbanyak kayu bakarnya dan mencapai tujuan-tujuan busuk yang mereka inginkan.<br />
Usman bin Affan menjabat sebagai khalifah selama dua belas tahun. Tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan celah untuk mendendam-nya. Beliau bahkan lebih dicintai oleh orang-orang Quraisy umumnya ketimbang Umar bin Khattab, karena Umar bin Khattab bersikap keras terhadap mereka, sedangkan Usman bin Affan bersikap lemah lembut dan selalu menjalin hubungan dengan mereka.<br />
Akan tetapi, masyarakat mulai berubah sikap terhadapnya, tatkala ia mengutamakan kerabatnya dalam pemerintahan, sebagaimana telah kami sebutkan. Kebijakan ini dilakukan Usman bin Affan atas pertimbangan silaturrahim yang merupakan salah satu perintah Allah. Akan tetapi, kebijakan ini pada akhirnya menjadi sebab pembunuhannya.<br />
Ibnu Asakir meriwayatkan dari az-Zuhri, ia berkata, "Aku pernah berkata kepada Sa'id bin Musayyab, 'Ceritakanlah kepadaku tentang pembunuhan Usman! Bagaimana hal ini sampai terjadi!' Ibnul Musayyab berkata, 'Usman dibunuh secara aniaya. Pembunuhnya adalah kejam dan pengkhianatnya adalah orang yang memerlukan ampunan. Ibnul Musayyab kemudian menceritakan kepada az-Zuhri tentang sebab pembunuhannya dan bagaimana hal itu dilakukan. Kami sebutkan di sini secara singkat.<br />
Para penduduk Mesir datang mengadukan Ibnu Abi Sarh. Setelah pengaduan ini, Usman bin Affan menulis surat kepadanya yang berisikan nasihat dan peringatan terhadapnya. Akan tetapi, Abu Sarh tidak mau menerima peringatan Usman bin Affan, bahkan mengambil tindakan keras terhadap orang yang mengadukannya.<br />
Selanjutnya, para tokoh sahabat, seperti Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, dan Aisyah mengusulkan agar Usman bin Affan memecat Ibnu Abi Sarh dan menggantinya dengan orang lain. Usman bin Affan lalu berkata kepada mereka, "Pilihlah orang yang dapat menggantikannya." Mereka mengusulkan Muhammad bin Abu Bakar. Usman bin Affan kemudian menginstruksikan hal tersebut dan mengangkatnya secara resmi. Surat keputusan ini kemudian dibawa oleh sejumlah sahabat ke Mesir. Baru tiga hari perjalanan dari Madinah, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang pemuda hitam berkendaraan unta yang berjalan mundur maju.<br />
Para sahabat Rasulullah itu kemudian menghentikannya seraya berkata, "Mengapa kamu ini! Kamu terlihat seperti orang yang lari atau mencari sesuatu!" Ia menjawab, "Saya adalah pembantu Amirul Mukminin yang diutus untuk menemui Gubernur Mesir." Ketika ditanya, "Utusan siapa kamu ini!" Dengan gagap dan ragu-ragu, ia kadang -kadang menjawab, "Saya pembantu Amirul Mukminin," dan kadang- kadang pula ia menjawab,"Saya pembantu Marwan." Mereka kemudian mengeluarkan sebuah surat dari barang bawaannya. Di hadapan dan disaksikan oleh para sahabat dari Anshar dan Muhajirin tersebut, Muhammad bin Abu Bakar membuka surat tersebut yang ternyata berisi, "Jika Muhammad beserta si fulan dan si fulan datang kepadamu, bunuhlah mereka dan batalkan-lah suratnya. Dan tetaplah engkau melakukan tugasmu sampai engkau menerima keputusanku. Aku menahan orang yang akan datang kepadaku mengadukan dirimu."<br />
Akhirnya, para sahabat itu kembali ke Madinah dengan membawa surat tersebut. Mereka kemudian mengumpulkan para tokoh sahabat dan memberitahukan ihwal surat dan kisah utusan tersebut.<br />
Peristiwa ini membuat seluruh penduduk Madinah gempar dan benci terhadap Usman bin Affan. Setelah melihat hal ini, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/ali-bin-abu-thalib-orang-yang-dicintai-allah-dan-rasulnya.html" title="Ali Bin Abu Thalib">Ali bin Abu Thalib</a> segera memanggil beberapa tokoh sahabat, antara lain <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/thalhah-bin-ubaidillah.html" title="Thalhah Bin Ubaidillah">Thalhah bin Ubaidillah</a>, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/zubair-bin-awwam.html" title="Zubair Bin Awwam">Zubair bin Awwam</a>, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/saad-bin-abi-waqqash-lelaki-penghuni-surga-di-antara-dua-pilihan.html" title="Sa'ad Bin Abi Waqqash">Sa'ad bin Abu Waqqash</a>, dan Ammar. Bersama mereka, Ali bin Abu Thalib dengan membawa surat, pembantu, dan unta tersebut, masuk menemui Usman bin Affan. Ali bin Abu Thalib bertanya kepada Usman bin Affan, "Apakah pemuda ini pembantumu?" Usman bin Affan menjawab "Ya." Ali bin Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah unta ini untamu?" Usman bin Affan menjawab "Ya." Ali bin Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah kamu pernah menulis surat ini?" Usman bin Affan menjawab,"Tidak." Usman bin Affan kemudian bersumpah dengan nama Allah, "Aku tidak pernah menulis surat tersebut, tidak pernah memerintahkan penulisan surat, dan tidak mengetahui ihwal surat tersebut." Ali bin Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah stempel ini, stempel-mu?" Usman bin Affan menjawab, "Ya." Ali bin Abu Thalib bertanya lagi "Bagaimana pembantumu ini bisa keluar dengan menunggang untamu dan membawa surat yang distempel, dengan stempel-mu, sedangkan engkau tidak mengetahuinya?" Usman bin Affan kemudian bersumpah dengan nama Allah, "Aku tidak pernah menulis surat ini, tidak pernah memerintahkannya, dan tidak pernah pula mengutus pembantu ini ke Mesir."<br />
Mereka kemudian memeriksa tulisan surat tersebut dan mengetahui bahwa surat itu ditulis oleh Marwan. Mereka lalu meminta kepada Usman bin Affan agar menyerahkan Marwan kepada mereka, tetapi Usman bin Affan tidak bersedia melakukannya, padahal Marwan saat itu berada di dalam rumahnya. Akhirnya, orang-orang keluar dari rumah Usman bin Affan dengan perasaan marah. Mereka mengetahui bahwa Usman bin Affan tidak berdusta dalam bersumpah, tetapi mereka marah karena dia tidak bersedia menyerahkan Marwan kepada mereka.<br />
Setelah itu, tersiarlah berita tersebut di seluruh Kota Madinah, sehingga sebagian masyarakat mengepung rumah Usman bin Affan dan tidak memberikan air kepadanya. Setelah Usman bin Affan dan keluarganya merasakan kepayahan akibat terputusnya air, ia menemui mereka seraya berkata, "Adakah seseorang yang sudi memberi tahu Ali bin Abu Thalib agar memberi air kepada kami ?" Setelah mendengar berita ini, Ali bin Abu Thalib segera mengirim tiga qirbah air. Kiriman air ini pun sampai kepada Usman bin Affan melalui cara yang sulit sekali.<br />
Pada saat itu, Ali bin Abu Thalib mendengar desas-desus tentang adanya orang yang ingin membunuh Usman bin Affan, lalu ia berkata "Yang kita inginkan darinya adalah Marwan, bukan pembunuhan Usman bin Affan." Ali bin Abu Thalib kemudian berkata kepada kedua anaknya, Hasan dan Husain, "Pergilah dengan membawa pedang kalian untuk menjaga pintu rumah Usman. Jangan biarkan seorang pun masuk kepadanya." Hal ini juga dilakukan oleh sejumlah sahabat Rasulullah saw demi menjaga Usman bin Affan. Ketika para pengacau menyerbu pintu rumah Usman bin Affan ingin masuk dan membunuhnya, mereka dihentikan oleh Hasan dan Husain serta sebagian sahabat.<br />
Sejak itu, mereka mengepung rumah Usman bin Affan lebih ketat dan secara sembunyi-sembunyi berhasil masuk dari atap rumah. Mereka berhasil menebaskan pedang sehingga Khalifah Usman bin Affan terbunuh. Ketika mendengar berita ini, Ali bin Abu Thalib datang dengan wajah marah, seraya berkata kepada dua orang anaknya, "Bagaimana Amirul Mukminin bisa dibunuh, sedangkan kalian berdiri menjaga pintu?" Ali bin Abu Thalib kemudian menampar Hasan dan memukul dada Husain, serta mengecam Muhammad bin Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Demikianlah, pembunuhan Usman bin Affan merupakan pintu dari mata rantai fitnah yang terus membentang tanpa akhir.<br />
<strong>Pertama,</strong> di antara keutamaan dan keistimewaan yang dapat dicatat pada periode pemerintahan Usman bin Affan ialah banyaknya penaklukan dan perluasan. Pada periode ini, seluruh Khurasan berhasil ditaklukkan. Demikian pula Afrika sampai Andalusia. Di samping itu, tercatat pula sejumlah prestasi mulia dan agung yang pernah dilakukan Usman bin Affan, seperti menyatukan orang dalam bacaan dan tulisan al-Qur'an yang tepercaya setelah berkembangnya berbagai bacaan yang di khawatirkan dapat membingungkan orang. Juga seperti prestasinya memperluas Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah.<br />
Tidaklah merusak kemuliaan Usman bin Affan jika dalam berbagai penaklukannya ia mempergunakan Abdullah bin Sa'id bin Abi Sarh dan orang-orang semisalnya, karena Islam menghapuskan semua dosa sebelumnya. Barangkali Ibnu Sarh dengan amal-amalnya yang mulia ini telah menghapuskan segala yang pernah dia lakukan sebelumnya. Bahkan seperti diketahui, ia tetap di jalan lurus setelah itu dan termasuk orang yang tetap baik agamanya.<br />
<strong>Kedua,</strong> betapapun keras kritik yang dilontarkan kepada Usman bin Affan karena kebijakannya dalam memilih para gubemur dan pembantunya dari kaum kerabatnya (bani Umayyah), kita harus menyadari bahwa kebijakan tersebut merupakan ijtihad pribadinya. Usman bin Affan bahkan telah mempertahankan pendapat tersebut di hadapan sejumlah besar para sahabat. Bagaimanapun sikap kita terhadap pendapat dan pembelaan tersebut, sewaktu mengkritik, kita tidak boleh melanggar adab dalam melontarkan analisis atau pendapat. Juga kesalahan yang dilakukannya tersebut -jika hal itu kita anggap sebagai suatu kesalahan- jangan sampai melupakan kita pada kedudukannya yang mulia di sisi Rasulullah saw, keutamaannya sebagai generasi pertama dalam Islam, dan sabda Rasulullah saw kepadanya pada Perang Tabuk,"<span class="Apple-style-span" style="color: green;">Tidaklah akan membahayakan Usman apa yang dilakukannya setelah hari ini</span>."<br />
Hendaknya kita pun menyadari bahwa pembicaraan dan sanggahan para sahabat, terhadap kebijakannya saat itu, tidak sama dengan kritik dan gugatan yang kita lakukan sekarang terhadap masalah yang sama.<br />
Sanggahan para sahabat terhadapnya, pada saat itu, merupakan pencegahan bagi suatu permasalahan yang ada dan mungkin dapat diubah atau diperbaiki. Segala pembicaraan, di saat itu, sekalipun ber motivasikan kritik dan menyalahkan, merupakan tindakan positif dan bermanfaat. Sementara itu, pembicaraan kita pada hari ini, setelah masalah tersebut menjadi suatu peristiwa sejarah, hanyalah merupakan tindakan kurang ajar terhadap para sahabat yang telah diberikan pujian oleh Rasulullah saw. Beliau melarang kita bersikap tidak sopan kepada mereka, terutama Khilafah Rasyidah.<br />
<br />
Bagi siapa saja yang menginginkan amanah ilmiah dalam mengemukakan peristiwa ini, cukuplah dengan berpegang teguh kepada penjelasan yang dikemukakan oleh para penulis dan ahli sejarah tepercaya, seperti Thabari, Ibnu Katsir, dan Ibnul Atsir.<br />
<strong>Ketiga,</strong> bersamaan dengan munculnya benih-benih fitnah pada akhir-akhir pemerintahan Usman bin Affan, muncul pula nama Abdullah bin Saba' di pentas sejarah. Peranan Ibnu Saba' sangat menonjol dalam mengobarkan api fitnah ini. Abdullah bin Saba' adalah seorang Yahudi berasal dari Yaman. Ia datang ke Mesir pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Ia menghasut orang untuk membangkang pada Usman bin Affan dengan dalih mencintai Ali bin Abu Thalib dan keluarga (ahlul bait) Nabi saw. Di antaranya, ia mengatakan kepada orang-orang, "Tidakkah Muhammad saw lebih baik dari Isa as di sisi Allah? Jika demikian halnya, Muhammad saw lebih berhak kembali kepada manusia daripada Isa as. Akan tetapi, Muhammad saw akan kembali kepada mereka dalam diri anak pamannya, Ali bin Abu Thalib, yang merupakan orang terdekat kepadanya."<br />
Dengan khurafat ini, Abdullah bin Saba' berhasil menipu masyarakat Mesir, padahal sebelumnya ia gagal mendapatkan pengikut di Yaman. Orang-orang yang tertipu oleh perkataannya inilah yang berangkat ke Madinah guna memberontak kepada Usman bin Affan. Akan tetapi, mereka berhasil dihalau oleh Ali bin Abu Thalib, sebagaimana telah Kita ketahui.<br />
Dari sini, kita mengetahui bahwa kelahiran perpecahan umat Islam menjadi dua kubu: Sunni dan Syi'i, dimulai pada periode ini. Perpecahan ini sepenuhnya merupakan buah tangan Abdullah bin Saba'. Belum lagi penyiksaan dan kekejaman yang dialami oleh Ahlul Bait atau Syi'ah di tangan pemerintahan Umawiyah dan lainnya. Yang penting, bagaimanapun kedua peristiwa ini telah masuk ke dalam sejarah, tetapi kita tidak boleh melupakan realitas lainnya.<br />
<strong>Keempat,</strong> sekali lagi, kita harus mendapatkan kejelasan tentang hakikat hubungan yang berlangsung antara Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib selama periode khilafah yang ketiga ini, juga hakikat sikap yang diambil Ali bin Abu Thalib terhadap Usman bin Affan. Seperti telah kita ketahui bahwa Ali bin Abu Thalib segera membaiat Usman bin Affan sebagai khalifah, bahkan menurut kebanyakan ahli sejarah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir, bahwa Ali bin Abu Thalib adalah orang yang pertama membaiat Usman bin Affan. Kemudian kita ketahui bagaimana Ali bin Abu Thalib mengatakan kepada Usman bin Affan, ketika ia mendengar segerombolan orang yang dikerahkan oleh Abdullah bin Saba' ke Madinah untuk menggerakkan orang menentangnya, "Aku bereskan kejahatan mereka!" Ali bin Abu Thalib kemudian berangkat dan menemui mereka di Juhfah sampai berhasil menghalau mereka kembali ke Mesir seraya mengatakan,"Inikah orang yang kalian jadikan sebagai sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes khalifah (Usman bin Affan)?" Kita telah mengetahui bagaimana Ali bin Abu Thalib dengan penuh keikhlasan, kecintaan, dan kemauan yang jujur memberikan nasihat kepadanya. Sebagaimana kita tahu pula Ali bin Abu Thalib membelanya sampai akhir kehidupannya; bagaimana ia memobilisasi kedua putranya, Hasan dan Husain, untuk menjaga Usman bin Affan dari ulah orang-orang yang mengepungnya?<br />
Dengan demikian, Ali bin Abu Thalib merupakan pendukung Usman bin Affan yang terbaik selama khilafahnya, di samping merupakan pembela terbaiknya tatkala menghadapi cobaan berat. Ia bersikap tegas dan keras dalam memberikan nasihat kepadanya di belakang hari, tidak lain dan tidak bukan, hanyalah karena cinta dan ghirah kepadanya.<br />
Hendaklah kita memahami hal ini dengan baik agar kita juga mengetahui bahwa orang besar<br />
<br />
TELADAN HIDUP USTMAN BIN AFFAN<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">“<em>Seandainya masih ada putriku yang lain, pasti kunikahkan dengan Utsman</em>” H.R. Thabrani<br />
Demikian Rasulullah saw. menghibur Utsman saat ditinggal wafat oleh Ummu Kultsum, putri kedua Nabi yang dinikahkan kepada Utsman untuk menggantikan posisi Ruqayyah yang juga putri Nabi yang wafat saat di pangkuan Utsman karena sakit. Inilah yang kemudian Utsman digelari Dzunnurain, “Pemilik Dua Cahaya”, karena telah menikahi dua putri Nabi.</div><div style="text-align: justify;">Di manapun orang tua akan selalu berusaha yang terbaik untuk putra-putrinya. Begitupun dengan Rasulullah saw., kalimat tersebut keluar dari mulut Beliau yang mengisyaratkan bahwa pendamping hidup yang terbaik untuk putri-putri Beliau adalah yang bersifat seperti Utsman.</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Ruqayyah: “<em>Bagaimana menurutmu tentang Abu Abdullah (Utsman)</em>?” Ruqayyah menjawab: “<em>Seperti orang baik lainnya</em>.” Rasulullah saw. kemudian bersabda: “<em>Hormatilah ia, karena ia termasuk sahabatku yang ahlaknya paling mirip denganku.</em>” H.R. Ahmad dan Hakim</div><div style="text-align: justify;">PENDUDUK LANGIT PUN MALU KEPADANYA</div><div style="text-align: justify;">Gambaran ahlak Utsman tercermin dari sabda Rasulullah saw. berikut ini:<br />
“<em>Tidakkah aku malu pada orang yang malaikat pun malu kepadanya?</em>” H.R. Muslim no.2401<br />
Begitulah jawaban Nabi kepada Aisyah yang bertanya mengapa Beliau bangkit untuk duduk dan merapihkan pakaiannya saat Utsman datang, sebuah perlakuan istimewa padahal sebelumnya Nabi berbaring dalam menyambut Abu Bakar dan Umar bin Khaththab yang lebih dulu bertamu ke rumah Nabi sebelum Utsman.</div><div style="text-align: justify;">Seandainya Utsman mempunyai aib di mata Rasulullah saw., tentunya Rasulullah akan memalingkan muka dari Utsman. Oleh karena itu, ketika Nabi hingga Malaikat merasa malu saat bertemu Utsman, maka perasaan malu tersebut pastilah sebuah penghormatan karena sangatlah tidak mungkin Nabi menikahkan putrinya kepada orang yang punya aib.</div><div style="text-align: justify;">Penghormatan Nabi bukan karena faktor usia, karena Utsman 6 tahun lebih muda dari Nabi. Penghormatan tersebut tentunya dinisbatkan pada kemuliaan ahlak yang di atas rata-rata karena yang menilai pun bukan orang biasa melainkan seorang Nabi dan para penduduk langit.</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. tidak serta merta dengan terburu-buru memberikan rasa hormat kepada Utsman melainkan tentunya membutuhkan rentang waktu yang tidak sebentar dan bukti-bukti kesalehannya dalam kehidupannya.</div><div style="text-align: justify;">Seperti apakah rangkaian keindahan ahlak dari Utsman hingga Nabi pun tidak ragu lagi untuk memberikan rasa hormat kepadanya?</div><div style="text-align: justify;">ADAKAH YANG MAMPU MEMBAYARKU LEBIH HEBAT LAGI ?</div><div style="text-align: justify;">“Kami akan membeli semua barang daganganmu wahai Abu Amr (Utsman), kami akan memberikanmu dua dirham untuk setiap satu dirham yang kau beli”.</div><div style="text-align: justify;">“Aku bisa mendapatkan lebih dari itu” kata Utsman</div><div style="text-align: justify;">Mereka pun menaikkan harga tawar, dan Utsman pun kembali menegaskan: “Aku masih bisa mendapatkan lebih dari itu”.</div><div style="text-align: justify;">Ketika mereka merasa sudah tidak mampu untuk menawar lebih tinggi lagi, Utsman akhirnya berkata:</div><div style="text-align: justify;">Allah SWT. memberiku keuntungan sepuluh kali lipat untuk setiap dirham yang kubelanjakan di jalan-Nya. Adakah di antara kalian yang berani memberiku keuntungan lebih dari itu?</div><div style="text-align: justify;">Itulah angin segar yang dinanti-nanti oleh penduduk Madinah setelah sekian lama dilanda paceklik, dan tanpa diduga, semua harta dan barang dagangannya hasil berniaga di Syria, disumbangkan seluruhnya oleh Utsman kepada penduduk Madinah yang sangat membutuhkannya.</div><div style="text-align: justify;">Bukan saat itu saja Utsman tampil untuk menolong orang-orang yang sedang susah, sumur Rawmah yang dikomersialkan oleh Yahudi setiap kali orang-orang Islam hendak meminum airnya, lalu ia beli dengan harga 35.000 dirham dan saat itu juga ia bebaskan sumur tersebut bagi siapa saja yang membutuhkan air yang ada di sumur tersebut.</div><div style="text-align: justify;">Tidak hanya dalam perkara kebutuhan pangan saja Utsman banyak memberikan sumbangsihnya, ia pun pernah berperan besar dalam penghimpunan Jays al-’Usrah (penghimpunan pasukan di saat kondisi yang serba sulit):</div><div style="text-align: justify;">Keadaan begitu genting karena pasukan Romawi hendak menyerang pasukan muslim yang saat itu minim persenjataan dan perbekalan. Rasulullah saw. akhirnya tampil berkhutbah yang memberi semangat kepada semua muslim untuk berlomba-lomba berjihad di jalan Allah baik jiwa maupun harta.</div><div style="text-align: justify;">Di saat seperti itu, seperti biasanya, Utsman yang paling dulu menyambut seruan Rasulullah: “Wahai Rasulullah, aku akan menyumbang seratus ekor unta berikut pelana dan perlengkapannya”.</div><div style="text-align: justify;">Dengan tersenyum Rasulullah saw. bersabda: <em>“Tidaklah membahayakan Utsman apa yang diperbuatnya setelah hari ini”.</em> H.R. Tirmidzi dan Ahmad</div><div style="text-align: justify;">HAFIDZ YANG SELALU LAPAR AL-QUR’AN</div><div style="text-align: justify;">“Kalau hati kita suci, niscaya kita tidak akan pernah puas dengan firman Tuhan. Aku benci bila sehari saja tidak melihat mushaf”</div><div style="text-align: justify;">Itulah kata-kata Utsman yang dikenang selalu oleh Abdurrahman at-Taimi. Kesaksian serupa diungkapkan pula oleh Hassan yang menyebutkan Utsman rajin meng-khatam-kan al-Qur’an dalam satu rakaat. Bahkan ar-Rawi pernah melihat mushaf al-Qur’an milik Utsman banyak yang robek karena terlalu sering dibaca.</div><div style="text-align: justify;">Dari rasa kecintaannya yang begitu besar terhadap al-Qur’an inilah kemudian di masa ia menjadi khalifah ketiga kaum muslimin, Utsman menyusun al-Qur’an dalam bentuk Mushaf yang di masa sebelumnya masih berupa tumpukan Shuhuf-shuhuf dan sekaligus menyatukan gaya bahasanya (Qira’at).</div><div style="text-align: justify;">AKU BERBAI’AT KEPADA ALI BIN ABI THALIB…</div><div style="text-align: justify;">Itulah jawaban Utsman yang membuat tertundanya siapa yang menjadi pengganti Umar bin Khaththab, khalifah yang telah mangkat. Ini bukan berarti Utsman hendak menghambat umat Islam saat itu untuk mencari pengganti Umar, melainkan Utsman memang tidak pernah meminta dan berambisi dengan jabatan Khalifah.</div><div style="text-align: justify;">Umar bin Khaththab menjelang kematiannya telah mewasiatkan untuk memilih khalifah pengganti dari 6 (enam) kandidat:</div><div style="text-align: justify;">* Utsman bin Affan<br />
* Ali bin Abi Thalib<br />
* Abdurrahman bin Auf<br />
* Sa’ad bin Abi Waqqash<br />
* Zubair bin al-Awwam<br />
* Thalhah bin Ubaidilah</div><div style="text-align: justify;">Keenam kandidat kemudian berkumpul dan bermusyawarah selama tiga hari di bawah panitia pemilihan yang terdiri dari Abdullah bin Umar, Abu Thalhah al-Anshari, al-Miqdad, dan Suhaib. Musyawarah pemilihan ini dimulai dengan pembukaan dari Abdurrahman bin Auf yang berkata: “Pilihlah tiga orang di antara kalian.”</div><div style="text-align: justify;">Zubair bin al-Awwam berkata: “Aku memilih Ali.”</div><div style="text-align: justify;">Thalhah bin Ubaidilah berkata: “Aku memilih Utsman.”</div><div style="text-align: justify;">Sa’ad bin Abi Waqqash berkata: “Aku memilih Abdurrahman bin Auf.”</div><div style="text-align: justify;">Abdurrahman bin Auf lalu berkata kepada Ali dan Utsman: “Aku memilih salah satu di antara kalian berdua yang sanggup memikul tanggung jawab ini. Jadi, sampaikanlah pendapat kalian mengenai hal ini.”</div><div style="text-align: justify;">Ali maupun Utsman terhening tidak memberikan jawaban. Abdurrahman bin Auf pun memahami keduanya: “Apa kalian hendak memikulkan tanggung jawab ini kepadaku? Bukankah yang paling berhak memikulnya adalah yang terbaik di antara kalian?”</div><div style="text-align: justify;">Mendengar hal itu, Ali dan Utsman berkata: “Ya benar.”</div><div style="text-align: justify;">Abdurrahman bin Auf kemudian memandangi para sahabat yang hadir dan meminta pandangan mereka. Ia kemudian berkata kepada Ali: “Jika kau tidak mau ku-ba’iat, sampaikan pandanganmu.”</div><div style="text-align: justify;">Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku memilih Utsman.”</div><div style="text-align: justify;">Lalu Abdurrahman bin Auf memandang Utsman bin Affan.</div><div style="text-align: justify;">Utsman pun berkata: “Aku memilih Ali bin Abu Thalib.”</div><div style="text-align: justify;">Dari keenam kandidat tidak ada satu pun yang mau mengajukan diri untuk di-ba’iat, begitu pun dengan dua kandidat terakhir, Ali dan Utsman. Oleh karena itu musyawarah pun ditunda. Pada hari kedua, Abdurrahman bin Auf berkeliling Madinah menjumpai para sahabat dan memintai pendapat mereka.</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya di malam hari ketiga, Abdurrahman bin Auf memanggil Zubair bin al-Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqqash, mereka bertiga kemudian bermusyawarah. Setelah ketiganya selesai bermusyawarah, Abdurrahman bin Auf kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib dan keduanya berbincang hingga tengah malam. Ketika Ali pergi setelah selesai berbincang-bincang, Abdurrahman bin Auf kemudian memanggil Utsman bin Affan dan keduanya berbincang-bincang hingga adzan subuh berkumandang.</div><div style="text-align: justify;">Pagi itu, kaum muslimin berkumpul di masjid Nabi. Dihadiri oleh enam kandidat, wakil kaum Muhajirin dan Anshar, serta para pemimpin pasukan. Abdurrahman bin Auf kemudian memandang Ali bin Abi Thalib dan membacakan syahadatain, ia berkata kepada Ali sambil memegang tangannya:</div><div style="text-align: justify;">“Engkau punya hubungan dekat dengan Rasulullah, dan sebagaimana diketahui, engkau pun lebih dulu masuk Islam. Demi Allah, jika aku memilihmu (Ali), engkau harus berbuat adil. Dan jika aku memilih Utsman, engkau harus patuh dan taat. Wahai Ali, aku telah berkeliling menghimpun pendapat berbagai kalangan, dan ternyata mereka lebih memilih Utsman. Aku berharap engkau menerima ketetapan ini.”</div><div style="text-align: justify;">Setelah berkata kepada Ali, Abdurrahman bin Auf berkata kepada Utsman: “Aku mem-baiat-mu atas nama sunnah Allah dan Rasul-Nya, juga dua khalifah sesudahnya.”</div><div style="text-align: justify;">Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua yang berkata yang sama kepada Utsman untuk mem-ba’iat-nya sebagai khalifah pengganti Umar. Saat itu juga semua kaum muslimin yang hadir serempak mem-ba’iat Utsman sebagai khalifah kaum muslimin.</div><div style="text-align: justify;">QISHAH-LAH AKU UNTUK MEMBAHAGIAKANMU…</div><div style="text-align: justify;">Utsman sangat dikenal sebagai penyayang dan pemaaf sebagai pancaran jiwanya yang lembut. Dari kelembutan jiwanya itulah yang yang kemudian Rasulullah saw. menyebut Utsman sebagai sahabat yang sangat pemalu di antara sahabat-sahabat lainnya. Bahkan di jaman jahiliyah, Utsman digelari Abu Layla sebagai penghormatan atas kelembutan dan keramahannya terhadap sesama.</div><div style="text-align: justify;">Utsman lebih baik mengorbankan dirinya demi melindungi atau membahagiakan orang lain khususnya kepada para sahabat Nabi. Berikut adalah sepenggal kisah yang menggambarkan sifatnya tersebut:</div><div style="text-align: justify;">Kehidupan di antara para sahabat Nabi sangat dipenuhi dengan kasih sayang sekalipun dalam apresiasi yang berbeda-beda. Terkadang di antara mereka tak sungkan untuk langsung menegur, namun teguran itu tidak pernah didasari oleh kebencian ataupun ambisi kekuasaan dan harta, melainkan teguran itu didasari oleh kasih sayang di antara para sahabat yang tidak rela bila saudaranya terpuruk. Inilah landasan amar ma’ruf nahyi munkar di antara para sahabat yang penuh kesantunan dan kasih sayang sesama.</div><div style="text-align: justify;">Salah satunya adalah dalam kisah Ammar bin Yasir yang mengkritisi kebijakan Utsman selama menjadi khalifah. Utsman sangat menghormati Ammar bin Yasir karena ia termasuk dalam jajaran sahabat generasi Awwalun (orang-orang pertama memeluk Islam).</div><div style="text-align: justify;">Ammar suatu hari pernah dipukul oleh bawahan Utsman di saat ia telah menyampaikan kritisinya kepada Utsman. Melihat kejadian ini, rombongan delegasi yang bersama Ammar, menuntut hak qishash kepada Utsman: “Kami menuntutmu wahai Utsman karena telah memukul Ammar.”</div><div style="text-align: justify;">Utsman dengan kasih sayangnya terhadap Ammar, berkata:</div><div style="text-align: justify;">“Seorang bawahanku tiba-tiba memukul Ammar karena tidak beranjak pergi, padahal aku tidak menyuruhnya. Demi Allah, aku tidak menyuruhnya, bahkan aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Tetapi jikalau engkau memang menuntutku, inilah tubuhku dan biarkan Ammar melakukan qishash-nya atas diriku.”</div><div style="text-align: justify;">Utsman sebenarnya terbebas dari kewajiban tuntutan qishash tersebut, tetapi apa yang ada di dalam benaknya adalah ia ingin menghibur hati Ammar yang telah dipukul bawahannya sekaligus ia pun ingin agar Ammar memahami ketidakpahaman yang luas tentang etika agama pada bawahannya tersebut. Sehingga Utsman lebih baik mengorbankan dirinya agar Ammar bisa puas dan bawahannya tidak menanggung tuntutan qishash tersebut.</div><div style="text-align: justify;">Namun Ammar enggan untuk melaksanakannya karena memang ia pun menyayangi Utsman sebagaimana Nabi menyayanginya. Abu Hurairah pernah mengungkapkan kesaksiannya di saat Utsman dan keluarganya dikepung dan mendapat embargo suplai air dan makanan, Ammar bin Yasir-lah yang paling gigih dan berani untuk menolong Utsman:</div><div style="text-align: justify;">“Subhanallah! Dialah (Utsman) yang membeli sumur ar-Rawmah untuk kalian, tetapi mengapa kalian menghalang-halanginya minum airnya?! Berilah jalan untuk mendapatkan air baginya!”</div><div style="text-align: justify;">CUKUPLAH AKU SAJA YANG TERBUNUH…</div><div style="text-align: justify;">Jauh-jauh hari Rasulullah saw. telah memperingatkan kaum muslimin saat itu bahwa sepeninggal Beliau akan terjadi gelombang fitnah yang besar terhadap umat muslim dan itu akan terjadi di jaman kekhalifahan Utsman bin Affan. Rasulullah saw. pun memberi isyarat bahwa ujian fitnah yang melanda Utsman akan berakhir dengan kehilangan nyawanya dengan memberi sebuah nasehat kepadanya hingga diulang tiga kali:</div><div style="text-align: justify;">“<em>Wahai Utsman, jika kelak Allah memberimu kepemimpinan, lalu kaum munafik hendak melepaskan jubah yang dipakaikan Allah kepadamu, maka jangan kau lepaskan!</em>” H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad</div><div style="text-align: justify;">Kabar masa depan dari sang Nabi ini justru lebih membuat Utsman semakin tenang saat menghadapi kematiannya kelak dan semakin membuatnya rindu untuk berkumpul lagi dengan Rasulullah saw. dan para sahabat yang telah mendahuluinya menghadap ke hadirat Ilahi.</div><div style="text-align: justify;">Hingga suatu saat, Rasulullah saw. menyapanya: “<em>Wahai Utsman, makanlah bersama kami malam ini.</em>” dan Utsman pun terbangun dari mimpinya dan ia pun menyadari mimpinya itu merupakan pertanda telah tiba saatnya bagi Utsman untuk menghadap ke hadirat Allah SWT. Dan benarlah adanya, fitnah besar mengalami puncaknya pasca mimpi Utsman tersebut.</div><div style="text-align: justify;">Para pemberontak mengambil momen untuk membunuh Utsman pada hari di mana hampir sebagian besar penduduk Madinah sedang menunaikan ibadah haji.</div><div style="text-align: justify;">Di saat terdengar di telinga para sahabat bahwa sekelompok pasukan pemberontak tengah mengepung rumah Utsman, di saat itu juga para sahabat yang setia dengan seruan Nabi, bersegera melindungi rumah Utsman. Di antaranya adalah Abu Hurairah yang datang kepada Utsman seraya berkata: “<em>Ini hari yang baik untuk berperang bersamamu</em>.”</div><div style="text-align: justify;">Namun Utsman, sebagaimana sifatnya yang tidak ingin para sahabat Nabi ini mengalami luka atau kematian, meminta Abu Hurairah agar segera pergi dari rumahnya karena Utsman tidak ingin Abu Hurairah ikut menderita.</div><div style="text-align: justify;">Begitupun saat Abdullah bin Umar, Hasan dan Husain, Abdulah bin Zubair, serta Marwan yang datang hendak melindunginya, Utsman malah berkata kepada mereka: “<em>Aku meminta kalian pulang, simpanlah senjata kalian, dan diamlah di rumah kalian masing-masing.”</em></div><div style="text-align: justify;">Saat Zaid bin Tsabit datang dan berkata: “<em>Kaum Anshar sudah ada di depan rumah. Mereka menawarkan diri untuk menjadi penolong Allah kembali (Ansharullah).</em>” Tapi lagi-lagi Utsman menolaknya dan meminta mereka untuk segera menjauh dari rumahnya.</div><div style="text-align: justify;">Dan yang paling mengesankan adalah ketika Ali bin Abi Thalib mengirim anak-anaknya, Hasan dan Husain, untuk melindungi Utsman, Ali pun berpesan kepada Utsman: “<em>Aku bersama lima ratus orang pasukan berbaju besi. Oleh karena itu, ijinkanlah aku untuk melindungimu dari mereka. Sungguh engkau tidak pernah melakukan sesuatu yang menyebabkan darahmu dihalalkan.”</em> Utsman terharu dengan itikad Ali seraya membalas berkata: “<em>Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu. Tetapi aku tidak ingin menumpahkan darah para pemuda-pemudaku.”</em></div><div style="text-align: justify;">Setelah semua sahabat Nabi dimintanya untuk segera keluar dari rumahnya, pada saat itulah para pemberontak melakukan penyerangan terhadap Utsman. Akhirnya kaum muslimin harus kehilangan seorang sosok pemimpin yang sangat pemalu, lembut, santun, dan ramah yang telah mati di pedang para pemberontak.</div><div style="text-align: justify;">Apa yang dirindukan Utsman untuk segera berkumpul kembali dengan Rasulullah saw., Abu Bakar dan Umar, akhirnya terwujud. Utsman wafat pada 18 Dzulhijah 35 Hijriah setelah hampir sebulan dirinya dan keluarganya dikepung dan tidak mendapat pasokan makanan dan air.</div><div style="text-align: justify;"><em>“Jika mereka membunuhku, mudah-mudahan sepeninggalku tidak ada lagi yang berseteru dan saling membunuh. Aku memohon ampunan kepada Allah jika aku berbuat zalim, dan aku pun memaafkan jika aku dizalimi.”</em>- Kearifan Utsman bin Affan menghadapi fitnah besar yang melandanya -<br />
SUMBER: “Kisah Hidup Utsman bin Affan” – Dr. Musthafa Murad – Guru Besar Universitas al-Azhar Kairo</div><br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-72829869807668216592012-08-13T21:22:00.000-07:002012-08-13T21:22:46.816-07:00Hari Asyura<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdxX9e75SQuUcyFuPWnRmut5JO_sIu0gFLU5oSUFn4Oi8XiYeZ6S2GOiMsGYA_P1Z_goO2UdHAybsznZp0zYeCPsdzl7U2SWKWOvc-2DEI1C-RUhNCRCtUJjwga-IyngBKHgYBBALfm08/s1600/The+day+of+Ashura.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="126" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdxX9e75SQuUcyFuPWnRmut5JO_sIu0gFLU5oSUFn4Oi8XiYeZ6S2GOiMsGYA_P1Z_goO2UdHAybsznZp0zYeCPsdzl7U2SWKWOvc-2DEI1C-RUhNCRCtUJjwga-IyngBKHgYBBALfm08/s200/The+day+of+Ashura.jpg" width="200" /></a></div>Hari Asura atau sering kita kenal dengan hari Asyura (Bhs. Arab), adalah hari kesepuluh pada bulan Muharram. Dalam Islam hari Asura dipandang sebagai hari yang mempunyai keutamaan karena pada hari tersebut Allah SWT telah menentukan banyak peristiwa yang terjadi dimuka bumi yang menyangkut pengembangan agama tauhid.<br />
<br />
Dalam sebuah asar (hadis) yang dicatat al- Ghazali dalam bukunya Mukasyafah al- Qulub al- Muqarrib min ‘Allam al- Guyub (Pembuka Hati yang Mendekatkan dari Alam Ghaib) disebutkan bahwa pada hari Asura Tuhan menciptakan arasy, langit, bumi, matahari, bulan, bintang- bintang dan surga. Nabi Adam AS diciptakan, bertobat dan dimasukkan kedalam surga pada hari itu pula. Pada hari Asura nabi Idris AS diangkat ketempat yang tinggi, dan pada hari itu pula perahu nabi Nuh AS merapat di bukit Judi. Nabi Ibrahim dilahirkan pada hari Asura dan di hari itu pula beliau diselamatkan dari api unggun. Pada hari Asura pula mata nabi Ya’kub disembuhkan kembali serta peristiwa dikeluarkannya nabi Yusuf AS dari kurungan. Nabi Musa AS bersama pengikutnya mencapai keselamatan juga pada hari Asura, dan di lain pihak Fir’aun beserta pengikutnya justru dihanyutkan dalam gelombang air laut. Peristiwa terselamatkannya nabi Musa AS beserta pengikutnya atas Fir’aun dan pasukannya memberikan hikmah kepada kita semua arti kemenangan yaitu kemenangan yang hak dan hancurnya kebatilan.<br />
<br />
Pada momentum peristiwa ini sekaligus mengingatkan kita semua bahwa betapapun manusia menyatakan dirinya berkuasa di dunia ini, akan ada saat nantinya muncul tangan- tangan lain yang merenggutkan kekuasaan tersebut. Nabi Musa dalam hal ini merupakan representasi dari Nabi pejuang yang berani menentang tirani kekuasaan Fir’aun yang mengaku dirinya sebagai Tuhan. Tidaklah mengherankan bilamana Al- Qur’an mencantumkan kisah Nabi Musa ini berulang- ulang kali, dan tercatat merupakan Nabi Allah yang paling banyak namanya tertera dalam Al- Qur’an. Tidak kurang dari 137 kali nama Musa diabadikan dalam Al- Qur’an dan Fir’aun sebanyak 75 kali, ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan beliau sepanjang sejarah kenabian. Pada hari Asura pula nabi Isa AS dilahirkan dan pada hari itu pula ia diangkat kelangit.<br />
<br />
Keterangan- keterangan lain yang juga mendeskripsikan terjadinya beberapa peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada hari Asura dapat kita jumpai pada kitab “Laanatut- Thalibiin” karangan Sayid al- Bakry, bersandar pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam al- Baihaki dari Abu Hurairah. Akan tetapi pada keterangan- keterangan tentang keutamaan menjelaskan terjadinya peristiwa penting yang terjadi pada hari Asura itu menurut sebagian ulama tidak ada dasarnya, hal ini dikarenakan hadis yang menerangkannya masuk dalam kategori dlaif, hanya peristiwa ketika Allah melepaskan nabi Musa dari kejaran Fir’aun saja yang shahih keterangannya dikarenakan memang bersumber dari hadis Nabi SAW.<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="color: blue;">Tuntunan Hari Asura</span><br />
<br />
Rasulullah SAW mengajurkan kita berpuasa pada hari Asura, mengingat keutamaan hari Asura karena dalam perspektif Islam hari tersebut dipandang sebagai salah satu hari yang memiliki banyak keutamaan. Hal ini bisa dilihat dari sabda Nabi SAW yang berbunyi: “Barang siapa yang melapangkan keluarga dan familinya pada hari Asura, niscaya Allah SWT melapangkannya sepanjang tahun itu” (HR. al- Baihaki). Dalam hadis- hadis yang lain juga diterangkan beberapa keutamaan berpuasa Asura, diantaranya:<br />
<br />
1. Nabi SAW bersabda: “Puasa pada hari Asura menghapuskan dosa satu tahun lewat” (HR. Muslim dari Abu Qatabah).<br />
<br />
2. Nabi SAW juga bersabda: “Sesungguhnya hari ini adalah hari Asura, tidak diwajibkan kamu melakukan puasa, tetapi saya berpuasa. Barang siapa ingin berpuasa, berpuasalah dan barang siapa tidak ingin berpuasa, hendaklah ia berbuka” (Muttafaq alaihi atau shahih menurut Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
3. Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW juga mengatakan: “Sesungguhnya hari Asura adalah hari- hari (yang dimuliakan) Allah. Barang siapa yang suka berpuasa, berpuasalah” (Muttafaq alaihi).<br />
<br />
Dalam sejarah orang-orang Yahudi –sebagian menyebut juga orang- orang Masehi- memperingati hari Asura dan mereka juga melaksanakan puasa. Itulah mengapa Rasulullah SAW memberi anjuran kepada kita untuk sehari sebelumnya yakni disebut dengan puasa “Tasua” (hari kesembilan bulan Muharram), tidak lain sebagai tanda bahwa kita lebih patut membesarkan nabi Musa sebagaimana hadis yang telah diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas dan juga sebagai pembeda puasa yang dilakukan kaum Muslimin dengan orang-orang Yahudi.<br />
<br />
<br />
<span style="color: blue;">Asura, antara Tragedi Karbala dan Tabut</span><br />
<br />
Disamping keutamaan- keutamaan tentang hari kesepuluh bulan Muharram, tercatat juga peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada hari Asura, yaitu peristiwa terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah SAW dari putrinya Fatimah az- Zahra, bersama pengikut dan keluarganya yang jumlahnya sekitar 70 orang disebuah padang yang gersang, kering dan panas; padang Karbala oleh pasukan Yazid bin Muawiyah, putra Muawiyah bin Abu Sufyan. Peristiwa ini membawa dampak yang sangat besar dalam sejarah perkembangan Islam. Disatu sisi, hati umat Islam tersayat- sayat ketika keturunan Nabi SAW dibantai padang Karbala dalam perjuangannya membela rakyatnya yang tertindas oleh pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Ibnu Sa’ad atas perintah dari Yazid bin Muawiyah. Husayn datang atas permintaan golongan Syiah Irak yang ingin mengangkatnya menjadi khalifah. Penduduk Irak (Kufah) berjanji akan membela dan melindunginya. Namun pada kenyataanya penduduk Kufah ini pula yang pertama kali membelot, sehingga pasukan Yazid berhasil menaklukkan Husayn dan pengikutnya. Sejatinya Husayn datang ke Kufah untuk melepaskan penduduk Kufah dari kekejaman Khalifah Yazid bin Muawiyah. Dalam peristiwa ini penduduk Kufah hanya menonton dan berpangku tangan tanpa tindakan pembelaan terhadap Husayn dan pengikutnya.<br />
<br />
Peristiwa Tragedi Karbala ini menjadi catatan sejarah kelam dalam sejarah pemerintahan Islam, betapa kekuasaan membuat hilangnya hati nurani manusia. Berikut percakapan yang terjadi antara antara al- Hurr dengan Jenderal Ibn Sa’ad, jenderal yang membantai rombongan Husayn terlihat betapa rapuhnya nurani manusia ketika bicara atas nama kekuasaan; “Apakah akan kau bunuh mereka?” Ibn Sa’ad berkata, “ Demi Allah, akan kami bantai mereka , walaupun kepala- kepala harus berguguran dan tangan- tangan bertebaran”.<br />
<br />
Al- Hurr merupakan komandan pasukan pertama yang ditugaskan Yazid yang berhasil mendesak rombongan Husein hingga berada di padang Karbala dengan misi mengembalikan Husayn ketempat asalnya. Tetapi pada saat yang bersamaan muncul rombongan pasukan yang lebih besar dipimpin oleh jenderal Ibn Sa’ad yang datang dengan misi bukan hanya melokalisasi gerakan Husayn tetapi juga diperintahkan membunuh mereka. Al- Hurr lebih memilih kematian dengan berpegang teguh atas keyakinan, daripada tuntutan kewajiban jabatan yang diembannya. Simaklah pengakuan yang ia ucapkan kepada Husayn: “Wahai putra Rasulullah, inilah orang yang telah mendholimi engkau. Inilah orang yang telah menggiringmu ketempat ini dan begitu banyak menyebabkan derita atas dirimu. Sudilah engkau memaafkan orang durhaka sepertiku. Demi Allah, aku tidak menduga orang- orang ini akan bergerak sampai menumpahkan darah keluarga Rasulullah SAW. Sekarang jalan damai telah tertutup. Aku tidak mau membeli neraka dengan kesenangan dunia, maafkanlah kesalahanku. Izinkan aku berkorban sebagai tebusan atas dosa- dosa yang telah aku lakukan padamu”. Ia (al- Hurr) pada akhirnya lebih memilih hati nuraninya dengan berjuang disisi Husayn dan menjadi syahid yang pertama di padang Karbala. Dan seperti kata Sa’ad pada saat itu banyak kepala- kepala berguguran, termasuk kepala – kepala rombongan Husein bin Ali bin Abi Thalib yang datang atas undangan masyarakat Kufah untuk memimpin reformasi. Pembunuhan atas diri Husayn dan keluarganya berlangsung tanpa belas kasihan. Seluruh keluarganya dibunuh, termasuk istrinya Syahar Banu, putri Yazdajird III (raja terakhir Dinasti Sasanid, memerintah tahun 632- 651). Dalam peristiwa naas di padang Karbala ini, Syammar bin Ziljauzan salah seorang tentara Bani Umayyah memenggal kepala Husayn, dalam peristiwa ini hanya Ali bin Husayn Zainal Abidin, putra Husayn yang masih kanak- kanak yang masih hidup.<br />
<br />
Pada sisi yang lain, rasa kagum atas perjuangan yang dilakukan oleh Husein, memperjuangkan rakyatnya yang tertindas oleh kekuasaan yang dhalim, rasa kekaguman terutama sangat nampak pada kalangan Alawiyyin dan simpatisannya. Pada akhirnya kekaguman dan keharuan itu memotivasi mereka untuk memperingatinya sebagai hari yang mulia, sebagaimana hari tersebut juga dimuliakan oleh Allah SWT dan rasulNya.<br />
<br />
Menurut pandangan Syiah dalam peristiwa yang dikenal dengan “Tragedi Karbala” ini Husayn menjadi syahid dan Karbala menjadi tempat suci. Peristiwa 10 Muharram 61 ini dikenal dengan nama Asura, yang berlanjut dengan lahirnya bulan Suro di Jawa. Di Indonesia hal ini diperingati dengan membuat bubur Hasan- Husayn dari beras kedelai dan bumbu palawija, terutama pala (kluwek). Di Sumatra Barat, hal itu diperingati dengan perayaan “Tabuik”.<br />
<img src="http://blackfiles.mywapblog.com/files/tabuik.jpg" /><br />
Pada mulanya perayaan memperingati hari asura tersebut berjalan sederhana, yaitu dengan berziarah, berkunjung pada tempat dimana peristiwa itu terjadi. Namun dalam perjalanan sejarah perayaan tersebut berkembang sedemikian rupa, hingga pada saat sekarang dirayakan secara besar- besaran. Pada hari itu mereka memakai pakaian berkabung, meratap, meraung-raung dan menyesali orang- orang yang membantai Husein dengan mencela dan melaknat, seterusnya mereka melagukan syair- syair yang mengkultuskan Husein.<br />
<br />
Melihat keutamaan hari Asura serta peristiwa terbunuhnya Husein pada hari tersebut, menimbulkan euforia yang berlebih-lebihan dikalangan muslimin maka tidak heran banyak sekali muncul hadis- hadis palsu seputar keutamaan pada hari Asura, diantaranya: “Bersedekah pada hari Asura dengan satu dirham nilainya sama dengan 70.000 dirham”. Dan amalan- amalan lainnya seperti mandi sunnat Asura, mengusap kepala anak yatim, membaca surat al- Ikhlas 1000 kali dan menziarahi orang-orang alim.<br />
<br />
Di sebagian daerah di Indonesia peringatan hari Asura merupakan tradisi yang dilakukan secara turun- temurun. Tradisi ini dapat kita jumpai di daerah pantai Pulau Sumatra, yang biasanya dilakukan diawali dengan upacara besar-besaran dilanjutkan jamuan makan dan arak-arakan “tabut”, semacam peti jenazah sebagai perlambang musuh yang membunuh Husein telah mati terbunuh. Peti jenazah musuh itu lalu diarak sepanjang kota dengan diiringi nyanyian-nyanyian atau syair yang memuji Husayn: hayya Husayn, hayya Husayn, hayya Husayn!. Sebagai pertanda upacara peringatan tersebut telah usai peti yang disebut tabut (tabuik) selanjutnya dibuang kelaut.<br />
<br />
Selama ini memang belum ada kajian, atau penelitian secara serius apakah perayaan tabut tersebut tumbuh dengan sendirinya sebagai produk kebudayaan daerah ataukah merupakan pengaruh dari ajaran Syiah. Terlepas dari itu semua ungkapan “hayya Husayn” bisa menjadi indikator bahwa acara tabut setidaknya mendapat pengaruh dari Syiah.<br />
Wallahu a’lam bisshowab </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-83775604375633551622012-08-13T21:19:00.000-07:002012-08-13T21:19:28.959-07:00swekilas tentang istri-istri Rosulullah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRAnvJodf_F-LrjBDixQ6nVRXwcNcprwSpxjOnlcStOME143hxicGq7lgNiAIXgOmueeSMRmTrLVD6cnnw-kiVNA_Bx6GzsKfwxFcx32uS4MaICz7obr6l4a3CFdu_8cWuemb2mIQUMmY/s1600/MUHAMMAD+RASULULLAH.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRAnvJodf_F-LrjBDixQ6nVRXwcNcprwSpxjOnlcStOME143hxicGq7lgNiAIXgOmueeSMRmTrLVD6cnnw-kiVNA_Bx6GzsKfwxFcx32uS4MaICz7obr6l4a3CFdu_8cWuemb2mIQUMmY/s200/MUHAMMAD+RASULULLAH.jpg" width="200" /></a></div><div>Saya sungguh sangat terkejut mengetahui bahwa banyak dari kaum kita yang tidak mengenal dengan baik latar belakang Rasullullah. Mengapa banyak dari kita yang sepertinya tidak perduli dengan sejarah Rasul. </div><div><br />
</div><div>Salah satu yang sering sekali kita lupakan adalah juga termasuk tentang istri-istri beliau. Untuk sekedar menambah pengetahuan dan kecintaan kita kepada Rasullullah, berikut ini saya berikan nama-nama istri Nabi yang tercatat dan sejarah singkat pernikahannya. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;"> 1. Khadijah </span></b></div><div><br />
</div><div>Khadijah yang menikahi Nabi (25 tahun) saat dia sudah berusia 40 tahun. Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya raya. Nabi adalah seorang pemuda miskin yang hanya sekedar penggembala. </div><div><br />
</div><div>Selama hidup dengan Khadijah, Nabi hanya memiliki seorang istri saja sampai akhirnya Khadijah wafat. </div><div><br />
</div><div>Pernikahan Nabi dan Khadijah berlangsung 25 thn setelah kepulangan beliau dari Syam. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;">2. Aisha </span></b></div><div><br />
</div><div>Aisha RA adalah anak perempuan Abu Bakar yang dinikahi oleh Nabi saat berusia sekitar 7-9 tahun m . Tetapi karena usia yang masih terlalu muda, Nabi hanya mulai tidur dengan Aisha saat berusia 9 tahun. Sewaktu menikahi Aisha, usia Nabi saat itu sekitar 50 tahun. Tentang umur pernikahan Aisha ini masih menimbulkan kontroversi, akan kita dibahas di posting berikutnya.</div><div><br />
</div><div>Pernikahan ini diperkitakan terjadi pada tahun 620 M, beberapa bulan setelah kematian Khadijah, istri pertama Nabi. </div><div><br />
</div><div>Ia hidup sampai akhir hayat Nabi. Ketika Nabi wafat, dia berumur 18 tahun, ia meninggal diumur 57 tahun. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;">3. Hafsah </span></b></div><div><br />
</div><div>Hafsah adalah putri dari Umar. Sebelum menikah dengan Nabi, Hafsah sebelumnya telah menikah dengan Khunais yang gugur saat perang Uhud. Pernikahan dengan Nabi dilakukan sekitar 7 bulan setelah Hafsah menjanda. </div><div><br />
</div><div>Khunais gugur sebagai pahlawan syuhada dalam perang Uhud, maka tinggallah Hafsah sebagai janda mujahidin dalam usia 18 tahun. </div><div><br />
</div><div>Hafsa dinikahi Nabi di tahun 625, 3 bulan setelah migrasi ke Medinah. Dia berumur 19 tahun dan Nabi berumur 55 tahun ketika menikah. Dia hidup bersama Nabi selama 8 tahun sampai akhirnya Nabi meninggal ditahun 669 pada umur 63. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><strong><span style="text-decoration: underline;">4. Zainab bint Jash </span></strong></div><div><br />
</div><div>Sebelum menikah dengan Nabi, Zainab adalah bekas menantu Nabi dari anak angkat, Zaid bin Haritha. Zainab adalah satu-satunya istri Nabi yang langsung dijodohkan oleh Allah SWT kepada Nabi serta membukukannya dalam Al-Qur’an. </div><div><br />
</div><div>Nabi saat menikah dengan Zainab berusia 58 tahun, Zainab berusia sekitar 35 tahun. Zainab meninggal tahun 641 setelah wafatnya Nabi. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;">5. Safiah </span></b></div><div><br />
</div><div>Dalam peperangan di Khaibar, pasukan Rasullullah menaklukkan kaum Yahudi Khaibar. Akibat peperangan tersebut Safiah yang baru berusia 17 tahun kehilangan suaminya yang bernama Kinanah yang baru menikahinya 1 bulan. Safiah yang cantik jelita kemudian diambil sebagai istri oleh Nabi. </div><div><br />
</div><div>Safiah sebelumnya hendak diambil oleh Dihyah, namun setelah Rasul mengetahui betapa Safiyah hanya layak bagi Rasul, maka Rasul memutuskan untuk menikahi Safiyah. Sebagai gantinya, Rasul memerintahkan Dihyah untuk menikahi tawanan wanita yang lainnya. </div><div><br />
</div><div>Safiyah dinikahi oleh Rasul ketika dia berumur 17 tahun dan Nabi waktu itu berusia 58 tahun. Pernikahan dilangsungkan pada hari yang sama setelah ayah dan suaminya wafat dalam pertempuran. Dia hidup bersama Nabi selama 4 tahun, dan berumur 21 ketika Nabi wafat. </div><div><br />
</div><div>Safiyah wafat ditahun 673 pada umur 60 tahun.</div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><strong><span style="text-decoration: underline;">6. Juwariya </span></strong></div><div><br />
</div><div>Dalam salah satu peperangannya, pasukan Rasul berhasil mengalahkan suku Mustaliq yang dipimpin oleh Harits, anaknya yang bernama Juwariya menjadi tawanan. Dalam salah satu kesempatan Juwariya ingin menemui Nabi untuk membicarakan pembebasannya. Saat itu Nabi sedang berada di rumah Aisah dan solusi yang diajukan Nabi untuk melindunginya adalah dengan menikahinya. </div><div><br />
</div><div>Nabi menikahinya ditahun 628, ketika Nabi berusia 58 tahun dan Juwairiah 20 tahun. Juwariya menikah dengan Nabi selama 4 tahun sampai Nabi wafat. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;">7. Maria Qibtidaiya </span></b></div><div><br />
</div><div>Maria adalah seorang budak wanita yang diberi sebagai hadiah untuk mengikat tali shilaturahmi dari seorang gubernur Mesir kepada Nabi. Maria Qibtidaiya adalah seorang wanita yang cantik. </div><div><br />
</div><div>Tidak ada catatan resmi tentang status pernikahan ini tentang berapa usianya saat dinikahi, namun ada yang menyebutkan bahwa usia Maria waktu dinikahi Rasul adalah sekitar 20 tahun. </div><div><br />
</div><div>Maria meninggal lima tahun setelah meninggalnya Nabi SAW. </div><div><br />
</div><div>Diperkirakan pernikahan Maria dan Nabi terjadi pada sekitar tahun 7 / 8 H. Maria melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Ibrahim tetapi anak lelaki satu-satunya ini meninggal ditahun 10 H. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><strong><span style="text-decoration: underline;">8. Hindun binti Abu Umaiyah / Ummu Salamah </span></strong></div><div><br />
</div><div>Hindun adalah janda dari Abu Salmah yang memiliki 4 oang anak. Abu Salmah sendiri meninggal di tahun 4 H. Setelah menjanda banyak pria yang ingin meminang Hindun diantaranya adalah Abu Bakar dan Umar. Namun pinangan kedua pria ini ditolak oleh Hindun. Kemudian barulah Nabi mengajukan pinangan yang diterima oleh Hindun. Pernikahan dilaksanakan tahun 4 H bulan Syawal. Hindun meninggal sekitar tahun 59 H dalam usia 84 tahun. </div><div><br />
</div><div>Hindun dinikahi Nabi ditahun 4 H, ketika Hindun berusia sekitar 30 tahun, dan Nabi 56 tahun. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;">9. Raihana </span></b></div><div><br />
</div><div>Dalam perang melawan kaum Yahudi bani Quraiza, pasukan Rasul berhasil mengalahkan pasukan musuh. Akibat dari perang ini, maka banyaklah janda-janda yang butuh perlindungan. Satu dari wanita yang menjadi janda adalah Raihana yang sangat cantik. </div><div><br />
</div><div>Tidak jelas berapa usia Raihana saat menikahi dengan Nabi. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;">10. Saudah </span></b></div><div><br />
</div><div>Tidak ada data yang akurat tentang usia Saudah saat menikah dengan Nabi. Saudah meninggal tahun 54 H dalam usia sangat lanjut yang berarti 44 tahun sudah nabi wafat. Saudah sendiri diceritakan sebagai wanita yang tidak menarik dan digambarkan sebagai wanita yang amat besar, lebih tinggi diantara wanita, dan dia tidak dapat menyembunyikan dirinya dari siapapun yang telah mengenalnya. </div><div><br />
</div><div>Diriwayatkan oleh Aisha: Manakala Rasulullah ingin berpergian, dia akan mengundi siapa isterinya yang akan menemani dia. Dia akan membawa isteri yang namanya terundi. Dia biasanya menetapkan kepada setiap dari mereka satu hari dan satu malam. Tetapi Sauda bint Zam’a melepaskan (gilirannya) siang dan malam dia kepada Aisha, isteri Nabi, demi untuk mencari kesenangan Rasulullah (dengan perbuatan demikian) </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;">11. Zainab binti Khuzaimah </span></b></div><div><br />
</div><div>Zainab binti Khuzaimah (bukan binti Jash) adalah janda dari Ubaid bin Haris yang meninggal saat perang Uhud. Pergaulan rumah tangga Rasulullah dengan Zainab tidaklah berlansung lama. Setengah riwayat mengatakan hanya selama 8 bulan, ada pula yang menyampaikan sekitar 4 bulan saja. Para sejarawan mengatakan bahwa Zainab meninggal dalam usia 30 tahun pada tahun ke 4 hijrah. Tidak ada catatan resmi tentang mengapa Zainab meninggal di usia yang begitu muda. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><strong><span style="text-decoration: underline;">12. Ramlah binti Abu Sufyan / Ummu Habibah </span></strong></div><div><br />
</div><div>Ramlah adalah anak Abu Sufyan yang dinikahkan dengan Abdullah bin Jahasy yang dikaruniai seorang anak perempuan. Mereka termasuk golongan yang ikut hijrah ke Habasyah (Ethopia). Namun di Habasyah Abdullah bin Jahasy pindah agama menjadi Nasrani dan jadilah Ramlah hidup sendiri. Oleh karenanya Rasul menolong Ramlah dengan cara menikahinya ditahun 7 H, saat itu Ramlah telah berusia 40 tahun. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><b><span style="text-decoration: underline;">13. Maimunah </span></b></div><div><br />
</div><div>Maimunah adalah istri terakhir Nabi SAW. Berasal dari keluarga bangsawan Quraish. Saat Nabi SAW melakukan ibadah haji ditahun 7 H, maka oleh pamannya yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib diusulkan agar Nabi menikahi Maimunah yang akan menguatkan ikatan persaudaraan. Nabi setuju dan pernikahan dilakukan di Saraf sektiar 10 km dari Mekah. Usia Maimunah saat itu sekitar 30 tahun. </div><div><br />
</div><div>Maimunah adalah janda dari Aba Rahim bin Abdi I’zzi. </div><div><br />
</div><div><br />
</div><div><br />
</div><div>Sekedar untuk berbagi pengetahuan, semoga bermanfaat.</div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-14063901626770984742012-08-06T17:29:00.001-07:002012-08-06T17:31:02.182-07:00Peristiwa Peristiwa Penting Yang Terjadi Dalam Bulan Ramadhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4G2XE9hD2YwNajQKZ8X9qqWnPmFwltruKqbBPP5jOwKSVXyHOh761ZZIZHGhRP5liF9OmToTLreuklT8fIVO6uoGVpxdmWzS_sMUaP6l2V6-Tx016LXlpi9aFBFcS-GPa2vlVEbjDucM/s1600/Wallpaper+ramadhan-Marhaban+Ya+Ramadhan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4G2XE9hD2YwNajQKZ8X9qqWnPmFwltruKqbBPP5jOwKSVXyHOh761ZZIZHGhRP5liF9OmToTLreuklT8fIVO6uoGVpxdmWzS_sMUaP6l2V6-Tx016LXlpi9aFBFcS-GPa2vlVEbjDucM/s200/Wallpaper+ramadhan-Marhaban+Ya+Ramadhan.jpg" width="200" /></a></div>Tentu saja peristiwa yang paling agung dan tidak ada tandingannya dalam sejarah Ramadhan sepanjang masa ialah turunnya wahyu Allah SWT yakni Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat JIbril. Dan juga sekaligus penetapan ke-Rasul-an Muhammad SAW ketika Rasul SAW berumur 40 Tahun.<br />
<br />
Dan peristiwa maha agung ini terjadi pada tanggal 25 Ramadhan menurut bebrapa pendapat Ulama yang masyhur. Dan ada juga yang mengatakan bahwa Al-Qur’an turun pada tanggal 22 Ramadhan. Atau juga sebagaimana riwayat yang masyhur dengan kita yaitu taggal 17 Ramadhan, dan semua riwayat ini juga ditulis oleh Imam Ibnu Katsir dalam Kitabnya “Al-Bidayah Wal-Nihayah”.<br />
<br />
Seperti yang telah disinggung diatas, bahwa banyaknya peristiwa penting termasuk peperangan Islam yang terjadi pada Ramadhan sepanjang serah ini menunjukkan kebesaran dan kemuliaan Ramadhan itu sendiri. Dan ini juga menjadi symbol bagi Ramadhan dan puasa itu sendiri bahwa ia adalah symbol kekuatan, Jihad dan juga ‘Amal.<br />
<br />
Bukan sebagai apa yang sering ditampakkan oleh sebagian orang yang kalau masuk Ramadhan malah menjadikannya ajang untuk bermalas-malasan, lemas, hilang semngat dan segala hal negative lainnya yang jelas-jelas bertentangan dengan semangat Ramadhan itu sendiri. Sehingga selalu saja menjadikan Ramdhan sebagai alas an untuk menurunnya produktifitas kerja dan belajar.<br />
<br />
Persepsi yang keliru sekali. Justru tidak ada ajaran Islam yang malah menjadi penghalang seorang muslim melakukan hal-hal kebaikan walaupun itu sifatnya dunia. Justru Islamlah yang selalu memotivasi pemeluknya terus ber-Ihsan dan ber-Itqon dalam pekerjaan. Artinya Islam memerintahkan seorang Muslim untuk total dalam bekerja ataupun juga belajar. Total dalam segala bidang selama itu tidak menabrak koridor hukum yang berlaku dalam syariah.<br />
<br />
Beberpa Pristiwa penting itu diantaranya ialah:<br />
<br />
<br />
<br />
<b>1. PERANG BADR</b><br />
<br />
Peristiwa yang benar-benar secara rinci telah memisahkan mana yang Haq dan mana yang Bathil. Mana yang berada ada jalan kebenaran dan mana yang berada di jalan Kekufuran. Symbol hancurnya kemusyrikan dan penyembahan kepada patung. Padahal ketika itu posisi Muslim secara kuantitas kalah dan jauh dibawah orang-orang kafir, namun Allah membalikan keadaan dan memenangkan kebenaran.<br />
<br />
“Dan sungguh Allah telah menolong kalian dalam perang badr, padahal kalian dalam keadaan lemah (sedikit). Maka bertaqwalah kepada Allah agar kalian mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imron 123)<br />
<br />
Ibnu Abbas berkata: “itu (perang Badr) terjadi pada hari Jum’ah 17 Ramdhan, di hari itulah musuh Islam paling besar dibunuh”.<br />
<br />
<br />
<br />
<b>2. FATHU MAKKAH (PEMBUKAAN KOTA MAKKAH)</b><br />
<br />
Peristiwa dibukanya Kota Mekkah ini yang juga berarti kemenangan bagi kamu Muslimin ketika itu setelah ter”usir” dari Mekkah itu sendiri. Dan kemenangan ini terjadi pada hari Jum’at tanggal 20 atau 21 Ramadhan tahun ke-8 Hijrah. Dan tahun ini juga, tahun dimana hancurnya seluruh berhala yang mengililingi ka’bah. <br />
<div><br />
</div><div><br />
<br />
<b>3. TERSEBARNYA ISLAM DI YAMAN</b><br />
<br />
Setelah diutusnya Ali bin Abi Tholib ke Yaman untuk menyebarkan Islam didaratan tersebut pada Ramadhan tahun ke-10 Hijrah, beberapa kemenangan diperoleh oleh pasukan islam dan menjadikan Islam menjadi agama nomor satu bagi penduduk hingga saat ini di salah satu Negara semenanjung Jazirah tersebut.</div><div><br />
</div><div><br />
<br />
<b>4. MASUKNYA ISLAM DI ANDALUSIA</b><br />
<br />
Pada hari Jumat 25 Ramadhan tahun 479 HIjrah, ada peristiwa besar yang menjadi momentum masuknya Islam di benua biru, yaitu peperangan “Zulaaqoh” di Andalus (sekarang Portugal dan Spanyol). Zalaqoh ialah nama sebuah daerah yang berada dekat dengan Portugal sekarang ini.<br />
<br />
Pasukan Muslim yang ketika itu dipimpin oleh panglima Perang Yusuf bin Yasyfin, memenangkan peperangan pagi buta melawan tentara Perancis yang tersisa dibawah kepimpinan Alfonso 6 dan berhasil masuk ke Andalus.<br />
<br />
Sebelumnya Andalus telah dimasuki oleh kaum Muslimin setelah beberapa lama dikuasai oleh tentara Kafir setelah sebelumnya pasukan Islam mengusai selat Giblatarq (Jabal Thoriq) dibawah panglima Thoriq bin ZIyad.<br />
<br />
Thariq bin ZIyad berhasil masuk semenanjung ANdalus dan menaklukannya pada 28 Ramadhan tahun 92 Hijrah. Momen yang paling dikenang dalam peristiwa ini ialah ketika Thoriq bin Ziyad membakar semua kapal pasukannya setelah mendarat di Andalus, itu yang berarti bahwa tidak ada tujuan kedatangan mereka ke Andalus kecuali kemenangan. Karena kalau kalah mereka tidak akan bisa pulang, kapal mereka telah dibakar.<br />
<br />
<br />
<br />
<b>5. PERANG ‘AIN JALUT</b><br />
<br />
Kemenangan besar kaum Muslimin atas pasukan Mongol yang juga besar pada 15 Ramadhan tahun 658 Hijrah bertepatan 3 September 1260 M. Pasukan Islam ketika itu dipimpin oleh panglima Kharismatik Qutuz dari Mesir<br />
<br />
Selain beberapa peristiwa yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi peristiwa yang tidak bisa saya sebutkan semuanya. Seperti kemenangan Muslim atas pasukan Salib di Ramadhan Tahun 1393H/1973M. Peperangan untuk merebut kembali tanah Palestin yang sebelumnya direbut oleh Zionis Yahudi.<br />
<br />
Intinya memang Ramadhan itu adalah bulan kemenanga, kekuatan, dan juga bulan Jihad. Bukan sebaliknya seperti yang banyak kita temui dari sikap kebanyakan orang yang ber-lemah-lemahn dan bermalas-malasan pada Ramadhan.</div><div><br />
</div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-34501513416852044252012-07-28T19:42:00.000-07:002012-07-28T19:42:21.149-07:00Kisah Dan Biografi Sahabat Rosulullah SAW : Umar Bin Khatab<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeUAGLpk3qUYc1WQyaz225l8kRzWY_QkgA5NB-awHztl_9JSU-s2vCW7zIZJ2c9YMN8Ub-6moYJRKMV4pYg5fu-vPdbS7lJFWVvD5-b9lGIsaM6vuXDWYBl0Qn_f2H_xFik_NArlowHLI/s1600/umar-ibn-khattab.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeUAGLpk3qUYc1WQyaz225l8kRzWY_QkgA5NB-awHztl_9JSU-s2vCW7zIZJ2c9YMN8Ub-6moYJRKMV4pYg5fu-vPdbS7lJFWVvD5-b9lGIsaM6vuXDWYBl0Qn_f2H_xFik_NArlowHLI/s200/umar-ibn-khattab.png" width="200" /></a></div>"<strong><span class="Apple-style-span" style="color: #339966;">Ya Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab</span></strong>." Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.<br />
<strong>Umar bin Khattab</strong> dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.<br />
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/abu-bakar-ash-shiddiq.html" title="Abu Bakar As Siddiq">Abu Bakar As Siddiq</a>.<br />
Nasabnya adalah <span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Umar</span> bin <span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Khattab</span> bin <span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Nufai</span>l bin <span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Abdul Uzza</span> bin <span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Riyah</span> bin <span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Abdullah</span> bin <span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Qarth</span> bin <span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Razah</span> bin '<span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Adiy</span> bin<strong><span class="Apple-style-span" style="color: #993366;"> Ka'ab</span></strong> bin <strong><span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Lu'ay</span></strong> bin <strong><span class="Apple-style-span" style="color: #993366;">Ghalib</span></strong>. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau "kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) <strong>al Faruq</strong>.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Umar bin Khattab masuk Islam</span><br />
<a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/" title="Ahlan Wa Sahlan Bi Qudumikum">Sebelum</a> masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/hamzah-bin-abdul-muthalib-singa-allah-.html" title="Hamzah Bin Abdul Muthalib">Hamzah bin Abdul Muthalib</a> masuk Islam.<br />
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.<br />
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."<br />
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.<br />
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.<br />
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, '<strong><span class="Apple-style-span" style="color: #339966;">Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam</span></strong>.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."<br />
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Kepemimpinan Umar bin Khattab</span><br />
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.<br />
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.<br />
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.<br />
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.<br />
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.<br />
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”<br />
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…<br />
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.<br />
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/ustman-bin-affan.html" title="Usman Bin Affan">Utsman bin Affan</a>, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/ali-bin-abu-thalib-orang-yang-dicintai-allah-dan-rasulnya.html" title="Ali Bin Abu Thalib">Ali bin Abu Thalib</a>, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/thalhah-bin-ubaidillah.html" title="Thalhah Bin Ubaidillah">Thalhah bin Ubaidilah</a>, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/zubair-bin-awwam.html" title="Zubair Bin Awwam">Zubair binl Awwam</a>, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/saad-bin-abi-waqqash-lelaki-penghuni-surga-di-antara-dua-pilihan.html" title="Sa'ad Bin Abu Waqqash">Sa'ad bin Abi Waqqash</a>, dan <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/abdurrahman-bin-auf.html" title="Abdurrahman Bin Auf">Abdurrahman bin Auf</a>. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: green; font-family: 'Monotype Corsiva'; font-size: medium; font-weight: bold; line-height: normal;">Wafatnya Umar bin Khattab</span><br />
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-39525697661143466332012-07-28T19:36:00.000-07:002012-07-28T19:36:20.434-07:00Kisah Dan Biografi Sahabat Rosulullah SAW : Abu Bakar As Shiddiq<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghP-XofOhrS11GsTcSbvVaePKpS2lT-aB6gjdhFZDv4u3ShL1FpahIeKk-MMWhH5JX4zNrZNRIdXUOqSy6aYKpd8L1WCbCRC6hJQ6Dv48f5MIyGr5hLpy1aO-efdl66Lg2nYomLZ7iJc8/s1600/abu-bakar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghP-XofOhrS11GsTcSbvVaePKpS2lT-aB6gjdhFZDv4u3ShL1FpahIeKk-MMWhH5JX4zNrZNRIdXUOqSy6aYKpd8L1WCbCRC6hJQ6Dv48f5MIyGr5hLpy1aO-efdl66Lg2nYomLZ7iJc8/s200/abu-bakar.jpg" width="150" /></a></div><em>Masa kecil dan terbatasnya berita</em><br />
Sumber-sumber yang sampai kepada kita mengenai masa kecil Abu Bakr tidak banyak membantu untuk mengenai pribadinya dalam situasi kehidupan saat itu. Cerita sekitar masa anak-anak dan remajanya tidak juga memuaskan. Apa yang diceritakan tentang kedua orangtuanya tidak lebih daripada sekedar menyebut nama saja. Setelah Abu Bakr menjadi tokoh sebagai Muslim yang penting, baru nama ayahnya disebut-sebut. Ada pengaruh Abu Bakr dalam kehidupan ayahnya, namun pengaruh ayahnya dalam kehidupan Abu Bakr tidak ada. Tetapi yang menjadi perhatian kalangan sejarawan waktu itu justru yang menyangkut kabilahnya serta kedudukannya di tengah-tengah masyarakat Kuraisy. Tak bedanya mereka itu dalam hal ini dengan sejarah Arab umumnya. Dengan melihat pertaliannya kepada salah satu kabilah,1 (<em>1 Kabilah atau suku merupakan susunan masyarakat Arab yang berasal dari satu moyang, lebih kecil dari sya'b dan lebih besar dari 'imarah, kemudian berturut-turut batn, 'imarah dan fakhz. — Pnj.</em>) sudah cukup untuk mengetahui watak dan akhlak mereka. Adakalanya yang demikian ini baik, dan kadang juga mereka yang percaya pada prinsip keturunan itu berguna untuk menentukan kecenderungan mereka, kendati yang lain menganggap penilaian demikian sudah berlebihan, dan ini yang membuat mereka tidak cermat dalarn meneliti.<br />
<br />
<em>Kabilahnya dan kepemimpinannya</em><br />
Abu Bakr dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka'b. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan. Setiap kabilah yang tinggal di Mekah punya keistimewaan tersendiri, yakni ada tidaknya hubungannya dengan sesuatu jabatan di Ka'bah. Untuk Banu Abd Manaf tugasnya siqayah dan rifadah, untuk Banu Abdid-Dar, liwa', hijabah dan nadwah, yang sudah berjalan sejak sebelum Hasyim kakek Nabi lahir. Sedang pimpinan tentara di pegang oleh Banu Makhzum, nenek moyang Khalid bin Walid, dan Banu Taim bin Murrah menyusun masalah diat (tebusan darah) dan segala macam ganti rugi. Pada zaman jahiliah masalah penebusan darah ini di tangan Abu Bakr tatkala posisinya cukup kuat, dan dia juga yang memegang pimpinan kabilahnya. Oleh karena itu bila ia harus menanggung sesuatu tebusan dan ia meminta bantuan Kuraisy, mereka pun percaya dan mau memberikan tebusan itu, yang tak akan dipenuhi sekiranya orang lain yang memintanya.<br />
Banyak buku yang ditulis orang kemudian menceritakan adanya pujian ketika menyinggung Banu Taim ini serta kedudukannya di tengahtengah kabilah-kabilah Arab. Diceritakan bahwa ketika Munzir bin Ma'as-Sama' menuntut Imru'ul-Qais bin Hujr al-Kindi, ia mendapat perlindungan Mu'alla at-Taimi (dari Banu Taim), sehingga dalam hal ini penyair Imru'ul-Qais berkata:<br />
<br />
Imru'ul-Qais bin Hujr<br />
Telah didudukkan oleh Banu Taim, "Masabihuz-Zalami"<br />
<br />
Karena bait tersebut, Banu Taim dijuluki "Masabihuz-Zalami" (pelita-pelita di waktu gelap).<br />
Tetapi sumber-sumber yang beraneka ragam yang melukiskan sifatsifat Banu Taim itu tidak berbeda dengan yang biasa dilukiskan untuk kabilah-kabilah lain. Juga tidak ada suatu ciri khas yang bisa dibedakan dan dapat digunakan oleh penulis sejarah atau menunjukkan suatu sifat tertentu kepada kabilah mana ia dapat digolongkan. Sumber-sumber itu melukiskan Banu Taim dengan sifat-sifat terpuji: pemberani, pemurah, kesatria, suka menolong dan melindungi tetangga dan sebagainya yang biasa dipunyai oleh kabilah-kabilah Arab yang hidup dalam iklim jazirah Arab.<br />
<br />
<em>Nama dan julukannya</em><br />
Para penulis biografi Abu Bakr itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah saya sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orangtuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai pada apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah bin Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma bint Sakhr bin Amir. Disebutkan juga, bahwa sebelum Islam ia bernama Abdul Ka'bah. Setelah masuk Islam oleh Rasulullah ia dipanggil Abdullah. Ada juga yang mengatakan bahwa tadinya ia bernama Atiq, karena dari pihak ibunya tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-laki akan diberi nama Abdul Ka'bah dan akan disedekahkan kepada Ka'bah. Sesudah Abu Bakr hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq, seolah ia telah dibebaskan dari maut.<br />
Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya, melainkan suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi malah menyebutkan, bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai: mengapa Abu Bakr diberi nama Atiq ia menjawab: Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya: Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau karena suatu hari Abu Bakr datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata: Barang siapa ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini. Mengenai gelar Abu Bakr yang dibawanya dalam hidup sehari-hari sumber-sumber itu tidak menyebutkan alasannya, meskipun penulis-penulis kemudian ada yang menyimpulkan bahwa dijuluki begitu karena ia orang paling dini (<em>Bakr berarti dini (A). — Pnj.</em>)dalam Islam dibanding dengan yang lain.<br />
<br />
<em>Masa mudanya</em><br />
Semasa kecil Abu Bakr hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-anak ke masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat sukses. Dalam usia muda itu ia kawin dengan Qutailah bint Abdul Uzza. Dari perkawinan ini lahir Abdullah dan Asma'. Asma' inilah yang kemudian dijuluki Zatun-Nitaqain. Sesudah dengan Qutailah ia kawin lagi dengan Umm Rauman bint Amir bin Uwaimir. Dari perkawinan ini lahir pula Abdur-Rahman dan Aisyah. Kemudian di Medinah ia kawin dengan Habibah bint Kharijah, setelah itu dengan Asma' bint Umais yang melahirkan Muhammad. Sementara itu usaha dagangnya berkembang pesat dan dengan sendirinya ia memperoleh laba yang cukup besar.<br />
<br />
<em><strong>Perawakan dan perangainya</strong></em><br />
Keberhasilannya dalam perdagangan itu mungkin saja disebabkan oleh pribadi dan wataknya. Berperawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat tangan yang tampak jelas — begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin. Begitu damai perangainya, sangat lemah lembut dan sikapnya tenang sekali. Tak mudah ia terdorong oleh hawa nafsu. Dibawa oleh sikapnya yang selalu tenang, pandangannya yang jernih serta pikiran yang tajam, banyak kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tidak diikutinya. Aisyah menyebutkan bahwa ia tak pernah minum minuman keras, di zaman jahiliah atau Islam, meskipun penduduk Mekah umumnya sudah begitu hanyut ke dalam khamar dan mabuk-mabukan. Ia seorang ahli genealogi — ahli silsilah — bicaranya sedap dan pandai bergaul.<br />
Seperti dilukiskan oleh Ibn Hisyam, penulis kitab Sirah:<br />
"Abu Bakr adalah laki-laki yang akrab di kalangan masyarakatnya, disukai karena ia serba mudah. Ia dari keluarga Kuraisy yang paling dekat dan paling banyak mengetahui seluk-beluk kabilah itu, yang baik dan yang jahat. Ia seorang pedagang dengan perangai yang sudah cukup terkenal. Karena suatu masalah, pemuka-pemuka masyarakatnya sering datang menemuinya, mungkin karena pengetahuannya, karena perdagangannya atau mungkin juga karena cara bergaulnya yang enak."<br />
<br />
<em>Kecintaannya pada Mekah dan hubungannya dengan Muhammad</em><br />
Ia tinggal di Mekah, di kampung yang sama dengan Khadijah bint Khuwailid, tempat saudagar-saudagar terkemuka yang membawa perdagangan dalam perjalanan musim dingin dan musim panas ke Syam1 dan ke Yaman. Karena bertempat tinggal di kampung itu, itulah yang membuat hubungannya dengan Muhammad begitu akrab setelah Muhammad kawin dengan Khadijah dan kemudian tinggal serumah. Hanya dua tahun beberapa bulan saja Abu Bakr lebih muda dari Muhammad. Besar sekali kemungkinannya, usia yang tidak berjauhan itu, persamaan bidang usaha serta ketenangan jiwa dan perangainya, di samping ketidaksenangannya pada kebiasaan-kebiasaan Kuraisy — dalam kepercayaan dan adat — mungkin sekali itulah semua yang berpengaruh dalam persahabatan Muhammad dengan Abu Bakr. Beberapa sumber berbeda pendapat, sampai berapa jauh eratnya persahabatan itu sebelum Muhammad menjadi Rasul. Di antara mereka ada yang menyebutkan bahwa persahabatan itu sudah begitu akrab sejak sebelum kerasulan, dan bahwa keakraban itu pula yang membuat Abu Bakr cepat-cepat menerima Islam.<br />
Ada pula yang lain menyebutkan, bahwa akrabnya hubungan itu baru kemudian dan bahwa keakraban pertama itu tidak lebih hanya karena bertetangga dan adanya kecenderungan yang sama. Mereka yang mendukung pendapat ini barangkali karena kecenderungan Muhammad yang suka menyendiri dan selama bertahun-tahun sebelum kerasulannya menjauhi orang banyak. Setelah Allah mengangkatnya sebagai Rasul teringat ia pada Abu Bakr dan kecerdasan otaknya. Lalu diajaknya ia bicara dan diajaknya menganut ajaran tauhid. Tanpa ragu Abu Bakr pun menerima ajakan itu. Sejak itu terjadilah hubungan yang lebih akrab antara kedua orang itu. Kemudian keimanan Abu Bakr makin mendalam dan kepercayaannya kepada Muhammad dan risalahnya pun bertambah kuat. Seperti dikatakan oleh Aisyah: "Yang kuketahui kedua orangtuaku sudah memeluk agama ini, dan setiap kali lewat di depan rumah kami, Rasulullah selalu singgah ke tempat kami, pagi atau sore."<br />
<br />
<strong><em>Menerima dakwah tanpa ragu dan sebabnya</em></strong><br />
Sejak hari pertama Abu Bakr sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan dakwah demi agama Allah. Keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan pembicaraannya, besar pengaruhnya terhadap Muslimin yang mula-mula itu dalam masuk Islam itu. Yang mengikuti jejak Abu Bakr menerima Islam ialah Usman bin Affan, Abdur-Rahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Sa'd bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam. Sesudah mereka yang kemudian menyusul masuk Islam — atas ajakan Abu Bakr — ialah Abu Ubaidah bin larrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk Mekah.<br />
Adakalanya orang akan merasa heran betapa Abu Bakr. tidak merasa ragu menerima Islam ketika pertama kali disampaikan Muhammad kepadanya itu. Dan karena menerimanya tanpa ragu itu kemudiaYi Rasulullah berkata:<br />
<br />
<img border="0" src="http://www.islam2u.net/images/stories/food/02.gif" /><br />
<br />
"Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakr bin Abi Quhafah. la tidak menunggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya."<br />
Sebenarnya tak perlu heran tatkala Muhammad menerangkan kepadanya tentang tauhid dan dia diajaknya lalu menerimanya. Bahkan yang lebih mengherankan lagi bila Muhammad menceritakan kepadanya mengenai gua Hira dan wahyu yang diterimanya, ia mempercayainya tanpa ragu. Malah keheranan kita bisa hilang, atau berkurang, bila kita ketahui bahwa Abu Bakr adalah salah seorang pemikir Mekah yang memandang penyembahan berhala itu suatu kebodohan dan kepalsuan belaka. Ia sudah mengenai benar Muhammad — kejujurannya, kelurusan hatinya serta kejernihan pikirannya. Semua itu tidak memberi peluang dalam hatinya untuk merasa ragu, apa yang telah diceritakan kepadanya, dilihatnya dan didengarnya. Apalagi karena apa yang diceritakan Rasulullah kepadanya itu dilihatnya memang sudah sesuai dengan pikiran yang sehat. Pikirannya tidak merasa ragu lagi, ia sudah mempercayainya dan menerima semua itu.<br />
<br />
<em><strong>Keberaniannya menerima Islam dan menyiarkannya</strong></em><br />
Tetapi apa yang menghilangkan kekaguman kita tidak mengubah penghargaan kita atas keberaniannya tampil ke depan umum dalam situasi ketika orang masih serba menunggu, ragu dan sangat berhati-hati. Keberanian Abu Bakr ini patut sekali kita hargai, mengingat dia pedagang, yang demi perdagangannya diperlukan perhitungan guna menjaga hubungan baik dengan orang lain serta menghindari konfrontasi dengan mereka, yang akibatnya berarti menentang pandangan dan kepercayaan mereka. Ini dikhawatirkan kelak akan berpengaruh buruk terhadap hubungan dengan para relasi itu.<br />
Berapa banyak orang yang memang tidak percaya pada pandangan itu dan dianggapnya suatu kepalsuan, suatu cakap kosong yang tak mengandung arti apa-apa, lalu dengan sembunyi-sembunyi atau berpura-pura berlaku sebaliknya hanya untuk mencari selamat, mencari keuntungan di balik semua itu, menjaga hubungan dagangnya dengan mereka. Sikap munafik begini kita jumpai bukan di kalangan awamnya, tapi di kalangan tertentu dan kalangan terpelajarnya juga. Bahkan akan kita jumpai di kalangan mereka yang menamakan diri pemimpin dan katanya hendak membela kebenaran. Kedudukan Abu Bakr yang sejak semula sudah dikatakan oleh Rasulullah itu, patut sekali ia mendapat penghargaan, patut dikagumi.<br />
Usaha Abu Bakr melakukan dakwah Islam itulah yang patut dikagumi. Barangkali ada juga orang yang berpandangan semacam dia, merasa sudah cukup puas dengan mempercayainya secara diam-diam dan tak perlu berterang-terang di depan umum agar perdagangannya selamat, berjalan lancar. Dan barangkali Muhammad pun merasa cukup puas dengan sikap demikian itu dan sudah boleh dipuji. Tetapi Abu Bakr dengan menyatakan terang-terangan keislamannya itu, lalu mengajak orang kepada ajaran Allah dan Rasulullah dan meneruskan dakwahnya untuk meyakinkan kaum Muslimin yang mula-mula untuk mempercayai Muhammad dan mengikuti ajaran agamanya, inilah yang belum pernah dilakukan orang; kecuali mereka yang sudah begitu tinggi jiwanya, yang sudah sampai pada tingkat membela kebenaran demi kebenaran. Orang demikian ini sudah berada di atas kepentingan hidup pribadinya sehari hari. Kita lihat, dalam membela agama, dalam berdakwah untuk agama, segala kebesaran dan kemewahan hidup duniawinya dianggapnya kecil belaka. Demikianlah keadaan Abu Bakr dalam persahabatannya dengan Muhammad, sejak ia memeluk Islam, hingga Rasulullah berpulang ke sisi Allah dan Abu Bakr pun kemudian kembali ke sisi-Nya.<br />
<br />
<em>Abu Bakr orang pertama yang memperkuat agama</em><br />
Teringat saya tatkala Hamzah bin Abdul Muttalib dan Umar bin Khattab masuk Islam, betapa besar pengaruh mereka itu dalam memperkuat Islam, dan bagaimana pula Allah memperkuat Islam dengan kedua mereka itu. Keduanya terkenal garang dan berpendirian teguh, kuat, ditakuti oleh lawan. Juga saya ingat, betapa Abu Bakr ketika ia masuk Islam. Tidak ragu kalau saya mengatakan, bahwa dialah orang pertama yang ditempatkan Allah untuk memperkuat agama-Nya. Orang yang begitu damai jiwanya, tenang, sangat lemah lembut dan perkasa. Matanya mudah berlinang begitu melihat kesedihan menimpa orang lain. Ternyata orang ini menyimpan iman yang begitu kuat terhadap agama baru ini, terhadap Rasul utusan Allah. Ternyata ia tak dapat ditaklukkan.<br />
Adakah suatu kekuatan di dunia ini yang dapat melebihi kekuatan iman! Adakah suatu kemampuan seperti kemampuan iman dalam hidup ini! Orang yang mengira, bahwa kekuatan despotisma dan kekuasaan punya pengaruh besar di dunia ini, ia sudah terjerumus ke dalam jurang kesalahan. Jiwa yang begitu damai, begitu yakin dengan keimanannya akan kebenaran, yang mengajak orang berdakwah dengan cara yang bijaksana dan nasihat yang baik, dengan cara yang lemah lembut, yang bersumber dari akhlak yang mulia dan perangai yang lembut, bergaul dengan orang-orang lemah, orang-orang papa dan kaum duafa, yang dalam penderitaannya sebagai salah satu sarana dakwahnya — jiwa inilah yang sepantasnya mencapai sasaran sebagaimana dikehendaki, karena ia mudah diacu dan keluar sesuai dengan pola yang ada padanya.<br />
Itulah jejak Abu Bakr r.a. pada tahun-tahun pertama dakwah Islam, dan terus berjalan sampai pada waktu ia memangku jabatan selaku Khalifah, dan berlangsung terus sampai akhir hayatnya.<br />
<br />
<em>Melindungi golongan lemah dengan hartanya</em><br />
Dalam menjalankan dakwah itu tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan meyakinkan mereka, dan dalam menghibur kaum duafa dan orang-orang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuhmusuh dakwah, tidak hanya dengan kedamaian jiwanya, dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya. Digunakannya hartanya itu untuk membela golongan lemah dan orangorang tak punya, yang telah mendapat petunjuk Allah ke jalan yang benar, tetapi lalu dianiaya oleh musuh-musuh kebenaran itu. Sudah cukup diketahui, bahwa ketika ia masuk Islam, hartanya tak kurang dari empat puluh ribu dirham yang disimpannya dari hasil perdagangan. Dan selama dalam Islam ia terus berdagang dan mendapat laba yang cukup besar. Tetapi setelah hijrah ke Medinah sepuluh tahun kemudian, hartanya itu hanya tinggal lima ribu dirham. Sedang semua harta yang ada padanya dan yang disimpannya, kemudian habis untuk kepentingan dakwah, mengajak orang ke jalan Allah dan demi agama dan Rasul-Nya. Kekayaannya itu digunakan untuk menebus orang-orang lemah dan budak-budak yang masuk Islam, yang oleh majikannya disiksa dengan pelbagai cara, tak lain hanya karena mereka masuk Islam.<br />
Suatu hari Abu Bakr melihat Bilal yang negro itu oleh tuannya dicampakkan ke ladang yang sedang membara oleh panas matahari, dengan menindihkan batu di dadanya lalu dibiarkannya agar ia mati dengan begitu, karena ia masuk Islam. Dalam keadaan semacam itu tidak lebih Bilal hanya mengulang-ulang kata-kata: Ahad, Ahad. Ketika itulah ia dibeli oleh Abu Bakr kemudian dibebaskan! Begitu juga Amir bin Fuhairah oleh Abu Bakr ditebus dan ditugaskan menggembalakan kambingnya. Tidak sedikit budak-budak itu yang disiksa, laki-laki dan perempuan, oleh Abu Bakr dibeli lalu dibebaskan.<br />
<br />
<em>Peranan sebagai semenda Nabi</em><br />
Tetapi Abu Bakr sendiri pun tidak bebas dari gangguan Kuraisy. Sama halnya dengan Muhammad sendiri yang juga tidak lepas dari gangguan itu dengan kedudukannya yang sudah demikian rupa di kalangan kaumnya serta perlindungan Banu Hasyim kepadanya. Setiap Abu Bakr melihat Muhammad diganggu oleh Kuraisy ia selalu siap membelanya dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya. Ibn Hisyam menceritakan, bahwa perlakuan yang paling jahat dilakukan Kuraisy terhadap Rasulullah ialah setelah agama dan dewa-dewa mereka dicela. Suatu hari mereka berkumpul di Hijr, dan satu sama lain mereka berkata: "Kalian mengatakan apa yang didengarnya dari kalian dan apa yang kalian dengar tentang dia. Dia memperlihatkan kepadamu apa yang tak kamu sukai lalu kamu tinggalkan dia."<br />
Sementara mereka dalam keadaan serupa itu tiba-tiba datang Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam. Sekaligus ia diserbu bersama-sama oleh mereka dan mengepungnya seraya berkata: Engkau yang berkata begini dan begini? Maksudnya yang mencela berhala-berhala dan kepercayaan mereka. Maka Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam pun menjawab: Ya, memang aku yang mengatakan. Salah seorang di antara mereka langsung menarik bajunya. Abu Bakr sambil menangis menghalanginya seraya katanya: Kamu mau membunuh orang yang mengatakan hanya Allah Tuhanku! Mereka kemudian bubar. Itulah yang kita lihat perbuatan Kuraisy yang luar biasa kepadanya.<br />
Tetapi peristiwa ini belum seberapa dibandingkan dengan peristiwaperistiwa lain yang benar-benar memperlihatkan keteguhan iman Abu Bakr kepada Muhammad dan risalahnya itu. Sedikit pun tak pernah goyah. Dan iman itu jugalah yang membuat tidak sedikit kalangan Orientalis tidak jadi melemparkan tuduhan kepada Nabi, seperti yang biasa dilakukan oleh mereka yang suka berlebih-lebihan. Dengan ketenangan dan kedamaian hatinya yang demikian rupa, keimanan Abu Bakr tidak akan sedemikian tinggi, kalau ia tidak melihat segala perbuatan Rasulullah yang memang jauh dari segala yang meragukan, terutama pada waktu Rasulullah sedang menjadi sasaran penindasan masyarakatnya. Iman yang mengisi jiwa Abu Bakr ini jugalah yang telah mempertahankan Islam, sementara yang lain banyak yang meninggalkannya tatkala Rasulullah berbicara kepada mereka mengenai peristiwa Isra.<br />
<br />
<em><strong>Sikapnya mengenai kisah Isra</strong></em><br />
Muhammad berbicara kepada penduduk Mekah bahwa Allah telah memperjalankannya malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaksa dan bahwa ia bersembahyang di sana. Oleh orang-orang musyrik kisah itu diperolok, malah ada sebagian yang sudah Islam pun merasa ragu. Tidak sedikit orang yang berkata ketika itu: Soalnya sudah jelas. Perjalanan kafilah Mekah-Syam yang terus-menerus pun memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang. Mana mungkin hanya satu malam saja Muhammad pergi pulang ke Mekah!<br />
Tidak sedikit mereka yang sudah Islam kemudian berbalik murtad, dan tidak sedikit pula yang masih merasa sangsi. Mereka pergi menemui Abu Bakr, karena mereka mengetahui keimanannya dan persahabatannya dengan Muhammad. Mereka menceritakan apa yang telah dikatakannya kepada mereka itu mengenai Isra. Terkejut mendengar apa yang mereka katakan itu Abu Bakr berkata:<br />
"Kalian berdusta."<br />
"Sungguh," kata mereka. "Dia di mesjid sedang berbicara dengan orang banyak."<br />
"Dan kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakr lagi, "tentu ia mengatakan yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu herankan."<br />
Abu Bakr lalu pergi ke mesjid dan mendengarkan Nabi yang sedang melukiskan keadaan Baitulmukadas. Abu Bakr sudah pernah mengunjungi kota itu.<br />
Selesai Nabi melukiskan keadaan mesjidnya, Abu Bakr berkata: "Rasulullah, saya percaya."<br />
Sejak itu Muhammad memanggil Abu Bakr dengan "as-Siddlq". (<em>Siddiq, orang yang selalu membenarkan, percaya, yang menerapkan kata dengan perbuatan, yang kemudian menjadi gelar Abu Bakr (al-Mu'jam al-Wasit); orang yang mencintai kebenaran, yakni Nabi Ibrahim dan Nabi Idris (Qur'an, 19. 41, 56). — Pnj</em>.)<br />
Pernahkah suatu kali orang bertanya dalam hati: Sekiranya Abu Bakr juga sangsi seperti yang lain mengenai apa yang diceritakan Rasulullah tentang Isra itu, maka apa pula kiranya yang akan terjadi dengan agama yang baru tumbuh ini, akibat kesangsian itu? Dapatkah orang memperkirakan berapa banyak jumlah orang yang akan jadi murtad, dan goyahnya keyakinan dalam hati kaum Muslimin yang lain? Pernahkah kita ingat, betapa jawaban Abu Bakr ini memperkuat keyakinan orang banyak, dan betapa pula ketika itu ia telah memperkuat kedudukan Islam?<br />
Kalau dalam hati orang sudah bertanya-tanya, sudah memperkirakan dan sudah pula ingat, niscaya ia tak akan ragu lagi memberikan penilaian, bahwa iman yang sungguh-sungguh adalah kekuatan yang paling besar dalam hidup kita ini, lebih besar daripada kekuatan kekuasaan dan despotisma sekaligus. Kata-kata Abu Bakr itu sebenarnya merupakan salah satu inayah Ilahi demi agama yang benar ini. Katakata itulah sebenarnya yang merupakan pertolongan dan dukungan yang besar, melebihi dukungan yang diberikan oleh kekuatan Hamzah dan Umar sebelumnya. Ini memang suatu kenyataan apabila di dalam seja-<br />
rah Islam Abu Bakr mempunyai tempat tersendiri sehingga Rasulullah berkata: "Kalau ada di antara hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman kesayangan), maka Abu Bakr-lah khalil-ku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ialah dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita."<br />
Kata-kata Abu Bakr mengenai Isra itu menunjukkan pemahamannya yang dalam tentang wahyu dan risalah, yang tidak dapat ditangkap oleh kebanyakan orang. Di sinilah pula Allah telah memperlihatkan kebijakan-Nya tatkala Rasulullah memilih seorang teman dekatnya saat ia dipilih oleh Allah menjadi Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Itulah pula bukti yang kuat, bahwa kata yang baik seperti pohon yang baik, akarnya tertanam kukuh dan cabangnya (menjulang) ke langit, dengan jejak yang abadi sepanjang zaman, dengan karunia Allah. Ia tak akan dikalahkan oleh waktu, tak akan dilupakan.<br />
<br />
<em>Tugasnya sesudah Isra</em><br />
Sesudah peristiwa Isra itu, sebagai orang yang cukup berpengalaman akan seluk-beluk perbatasan, Abu Bakr tetap menjalankan usaha dagangnya. Sebagian besar waktunya ia gunakan menemani Rasulullah dan untuk menjaga orang-orang lemah yang sudah masuk Islam, melindungi mereka dari gangguan Kuraisy di samping mengajak mereka yang mulai tergugah hatinya kepada Islam.<br />
Sementara Kuraisy begitu keras mengganggu Nabi dan Abu Bakr serta kaum Muslimin yang lain, belum terlintas dalam pikiran Abu Bakr akan hijrah ke Abisinia bersama-sama kaum Muslimin yang lain yang mau tetap bertahan dengan agama mereka.(<em>Ada juga sumber yang menyebutkan, bahwa Abu Bakr bermaksud pergi bersama-sama mereka yang hijrah ke Abisinia; tetapi ia bertemu dengan Rabiah bin ad-Dugunnah yang berkata kepadanya: "Wah, jangan ikut hijrah. Engkau penghubung tali kekeluargaan, engkau yang membenarkan peristiwa Isra, membantu orang tak punya dan engkau yang mengatur pasang surutnya keadaan." Ia lalu diberi perlindungan keamanan oleh Kuraisy. Abu Bakr tetap tinggal di Mekah dan di serambi rumahnya ia membangun sebuah mesjid. Di tempat itu ia sembahyang dan membaca Qur'an. Sekarang Kuraisy merasa khawatir, perempuan-perempuan dan pemuda-pemuda mereka akan tergoda. Mereka mengadu kepada Ibn ad-Dugunnah. Abu Bakr mengembalikan jaminan perlindungan itu dan ia tetap tinggal di Mekah menghadapi segala gangguan.</em>) Malah ia tetap tinggal di Mekah bersama Muhammad, berjuang mati-matian demi dakwah di jalan Allah sambil belajar tentang segala yang diwahyukan Allah kepada Nabi untuk disiarkan kepada umat manusia. Dan dengan segala senang hati disertai sifatnya yang lemah lembut, semua harta pribadinya dikorbankannya demi kebaikan mereka yang sudah masuk Islam dan demi mereka yang diharapkan mendapat petunjuk Allah bagi yang belum masuk Islam.<br />
Kaum Muslimin di Mekah ketika itu memang sangat memerlukan perjuangan serupa itu, memerlukan sekali perhatian Abu Bakr. Dalam pada itu Muhammad masih menerima wahyu dari Allah dan ia sudah tidak lagi mengharapkan penduduk Mekah akan menyambut ajakannya itu. Maka ia mengalihkan perhatian kepada kabilah-kabilah. Ia menawarkan diri dan mengajak mereka kepada agama Allah. Ia telah pergi ke Ta'if, meminta pengertian penduduk kota itu. Tetapi ia ditolak dengan cara yang tidak wajar. Dalam hubungannya dengan Tuhan selalu ia memikirkan risalahnya itu dan untuk berdakwah ke arah itu serta caracaranya untuk menyukseskan dakwahnya itu.<br />
Dalam pada itu Kuraisy juga tak pernah tinggal diam dan tak pernah berhenti mengadakan perlawanan. Di samping semua itu, Abu Bakr juga selalu memikirkan nasib kaum Muslimin yang tinggal di Mekah, mengatur segala cara untuk ketenteraman dan keamanan hidup mereka.<br />
<br />
<em>Usaha mencegah gangguan Kuraisy</em><br />
Kalaupun buku-buku sejarah dan mereka yang menulis biografi Abu Bakr tidak menyebutkan usahanya, apa yang disebutkan itu sudah memadai juga. Tetapi sungguhpun begitu dalam hati saya terbayang jelas segala perhatiannya itu, serta hubungannya yang terus-menerus dengan Hamzah, dengan Umar, dengan Usman serta dengan pemukapemuka Muslimin yang lain untuk melindungi golongan lemah yang sudah masuk Islam dari gangguan Kuraisy. Bahkan saya membayangkan hubungannya dulu dengan kalangan luar Islam, dengan mereka yang tetap berpegang pada kepercayaan mereka, tetapi berpendapat bahwa Kuraisy tidak berhak memusuhi orang yang tidak sejalan dengan kepercayaan mereka dalam menyembah berhala-berhala itu.<br />
Dalam sejarah hidup Rasulullah kita sudah melihat, di antara mereka banyak juga yang membela kaum Muslimin dari gangguan Kuraisy itu. Juga kita melihat mereka yang telah bertindak membatalkan piagam pemboikotan tatkala orang-orang Kuraisy sepakat hendak memboikot Muhammad dan sahabat-sahabatnya serta memblokade mereka selama tiga tahun terus-menerus di celah-celah gunung di pinggiran kota Mekah, supaya tak dapat berhubungan dan berbicara dengan orang di luar selain pada bulan-bulan suci. Saya yakin, bahwa Abu Bakr, dalam menggerakkan mereka yang bukan pengikut-pengikut agama Muhammad, namun turut marah melihat tindakan-tindakan Kuraisy terhadapnya itu, punya pengaruh besar, karena sifatnya yang lemah lembut, tutur katanya yang ramah serta pergaulannya yang menarik. Tindakan Abu Bakr dalam melindungi kaum Muslimin ketika agama ini baru tumbuh, itu pula yang menyebabkan Muhammad lebih dekat kepadanya. Inilah yang telah mempertalikan kedua orang itu dengan tali persaudaraan dalam iman, sehingga Muhammad memilihnya sebagai teman dekatnya (khalilnya).<br />
Setelah dengan izin Allah agama ini mendapat kemenangan dengan kekuatan penduduk Yasrib (Medinah) sesudah kedua ikrar Aqabah, Muhammad pun mengizinkan sahabat-sahabatnya hijrah ke kota itu. Sama halnya dengan sebelum itu, ia mengizinkan sahabat-sahabatnya hijrah ke Abisinia. Orang-orang Kuraisy tidak tahu, Muhammad ikut hijrah atau tetap tinggal di Mekah seperti tatkala kaum Muslimin dulu hijrah ke Abisinia.<br />
Tahukah Abu Bakr maksud Muhammad, yang oleh Kuraisy tidak diketahui? Segala yang disebutkan mengenai ini hanyalah, bahwa Abu Bakr meminta izin kepada Muhammad akan pergi hijrah, dan dijawab: "Jangan tergesa-gesa, kalau-kalau Allah nanti memberikan seorang teman kepadamu." Dan tidak lebih dari itu.<br />
<br />
<em>Bersiap-siap, kemudian hijrah</em><br />
Di sini dimulai lagi sebuah lembaran baru, lembaran iman yang begitu kuat kepada Allah dan kepada Rasulullah. Abu Bakr sudah mengetahui benar, bahwa sejak kaum Muslimin hijrah ke Yasrib, pihak Kuraisy memaksa mereka yang dapat dikembalikan ke Mekah harus dikembalikan, dipaksa meninggalkan agama itu. Kemudian mereka disiksa, dianiaya. Juga ia mengetahui, bahwa orang-orang musyrik itu berkumpul di DarunNadwah, berkomplot hendak membunuh Muhammad. Kalau ia menemani Muhammad dalam hijrahnya itu lalu Kuraisy bertindak membunuh Muhammad, tidak bisa tidak Abu Bakr juga pasti dibunuhnya. Sungguhpun begitu, ketika ia oleh Muhammad diminta menunda, ia pun tidak ragu. Bahkan ia merasa sangat gembira, dan yakin benar ia bahwa kalau ia hijrah bersama Rasulullah, Allah akan memberikan pahala dan ini suatu kebanggaan yang tiada taranya. Kalau sampai ia mati terbunuh bersama dia, itu adalah mati syahid yang akan mendapat surga.<br />
Sejak itu Abu Bakr sudah menyiapkan dua ekor unta sambil menunggu perkembangan lebih lanjut bersama kawannya itu. Sementara sore itu ia di rumah tiba-tiba datang Muhammad seperti biasa tiap sore. Ia memberitahukan bahwa Allah telah mengizinkan ia hijrah ke Yasrib. Abu Bakr menyampaikan keinginannya kepada Rasulullah sekiranya dapat menemaninya dalam hijrahnya itu; dan permintaannya itu pun dikabulkan.<br />
Khawatir Muhammad akan melarikan diri sesudah kembali ke rumahnya, pemuda-pemuda Kuraisy segera mengepungnya. Muhammad membisikkan kepada Ali bin Abi Talib supaya ia mengenakan mantel Hadramautnya yang hijau dan berbaring di tempat tidurnya. Hal itu dilakukan oleh Ali. Lewat tengah malam, dengan tidak setahu pemudapemuda Kuraisy ia keluar pergi ke rumah Abu Bakr. Ternyata Abu Bakr memang sedang jaga menunggunya. Kedua orang itu kemudian keluar dari celah pintu belakang dan bertolak ke arah selatan menuju Gua Saur. Di dalam gua itulah mereka bersembunyi. Pemuda-pemuda Kuraisy itu segera bergegas ke setiap lembah dan gunung mencari Muhammad untuk dibunuh. Sampai di Gua Saur salah seorang dari mereka naik ke atas gua itu kalau-kalau dapat menemukan jejaknya. Saat itu Abu Bakr sudah mandi keringat ketika terdengar suara mereka memanggil-manggil. Ia menahan nafas, tidak bergerak dan hanya menyerahkan nasib kepada Allah. Tetapi Muhammad masih tetap berzikir dan berdoa kepada Allah. Abu Bakr makin merapatkan diri ke dekat kawannya itu, dan Muhammad berbisik di telinganya:<br />
"Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita."<br />
Pemuda-pemuda Kuraisy itu melihat ke sekeliling gua dan yang dilihatnya hanya laba-laba yang sedang menganyam sarangnya di mulut gua itu. la kembali ke tempat teman-temannya dan mereka bertanya kenapa ia tidak masuk. "Ada laba-laba di tempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum Muhammad lahir." Dengan perasaan dongkol pemuda-pemuda itu pergi meninggalkan tempat tersebut. Setelah mereka menjauh Muhammad berseru: "Alhamdulillah, Allahu Akbar!" Apa yang disaksikan Abu Bakr itu sungguh makin menambah kekuatan imannya.<br />
<br />
<em>Apa penyebab ketakutan Abu Bakr ketlka dalam gua?</em><br />
Adakah rasa takut pada Abu Bakr itu sampai ia bermandi keringat dan merapatkan diri kepada Rasulullah karena ia sangat mendambakan kehidupan dunia, takut nasibnya ditimpa bencana? Atau karena ia tidak memikirkan dirinya lagi tapi yang dipikirkannya hanya Rasulullah dan jika mungkin ia akan mengorbankan diri demi Rasulullah? Bersumber dari Hasan bin Abil-Hasan al-Basri, Ibn Hisyam menuturkan: "Ketika malam itu Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakr memasuki gua, Abu Bakr radiallahu 'anhu masuk lebih dulu sebelum Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam sambil meraba-raba gua itu untuk mengetahui kalau-kalau di tempat itu ada binatang buas atau ular. Ia mau melindungi Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam dengan dirinya."<br />
Begitu juga sikapnya ketika dalam keadaan begitu genting demikian terdengar suara pemuda-pemuda Kuraisy, ia berbisik di telinga Nabi: "Kalau saja mereka ada yang menjenguk ke bawah, pasti mereka melihat kita." Pikirannya bukan apa yang akan menimpa dirinya, tetapi yang dipikirkannya Rasulullah dan perkembangan agama, yang untuk itu ia berdakwah atas perintah Allah, kalau sampai pemuda-pemuda itu berhasil membunuhnya. Bahkan barangkali pada saat itu tiada lain yang dipikirkannya, seperti seorang ibu yang khawatir akan keselamatan anaknya. Ia gemetar ketakutan, ia gelisah. Tak lagi ia dapat berpikir. Bila ada bahaya mengancam, ia akan terjun melemparkan diri ke dalam bahaya itu, sebab ia ingin melindungi atau mati demi anaknya itu. Ataukah Abu Bakr memang lebih gelisah dari ibu itu, lebih menganggap enteng segala bahaya yang datang, karena imannya kepada Allah dan kepada Rasulullah memang sudah lebih kuat dari cintanya kepada kehidupan dunia, dari naluri seorang ibu dan dari segala yang dapat dirasakan oleh perasaan kita dan apa yang terlintas dalam pikiran kita?! Coba kita bayangkan, betapa iman itu menjelma di depannya, dalam diri Rasulullah, dan dengan itu segala makna yang kudus menjelma pula dalam bentuk kekudusan dan kerohaniannya yang agung dan cemerlang!<br />
Saat ini saya membayangkan Abu Bakr sedang duduk dan Rasulullah di sampingnya. Juga saya membayangkan bahaya yang sedang mengancam kedua orang itu. Imajinasi saya tak dapat membantu mengugkapkan segala yang terkandung dalam lukisan hidup yang luar biasa ini, tak ada bandingannya dalam bentuk yang bagaimanapun.<br />
<br />
<em>Apa artinya pengorbanan raja-raja dan para pemimpin dibandingkan dengan pengorbanan Rasulullah</em><br />
Sejarah menceritakan kepada kita kisah orang-orang yang telah mengorbankan diri demi seorang pemimpin atau raja. Dan pada zaman kita ini pun banyak pemimpin yang dikultuskan orang. Mereka lebih dicintai daripada diri mereka sendiri. Tetapi keadaan Abu Bakr dalam gua jauh berbeda. Para pakar psikologi perlu sekali membuat analisis yang cermat tentang dia, dan yang benar-benar dapat melukiskan keadaannya itu. Apa artinya keyakinan orang kepada seorang pemimpin dan raja dibandingkan dengan keyakinan Abu Bakr kepada Rasulullah yang telah menjadi pilihan Allah dan mewahyukannya dengan agama yang benar!? Dan apa pula artinya pengorbanan orang untuk pemimpin-pemimpin dan raja-raja itu dibandingkan dengan apa yang berkecamuk dalam pikiran Abu Bakr saat itu, yang begitu khawatir terjadi bahaya menimpa keselamatan Rasulullah. Lebih-lebih lagi jika tak sampai dapat menolak bahaya itu. Inilah keagungan yang sungguh cemerlang, yang rasanya sudah tak mungkin dapat dilukiskan lagi. Itulah sebabnya penulis-penulis biografi tak ada yang menyinggung soal ini.<br />
Setelah putus asa mereka mencari dua orang itu, keduanya keluar dari tempat persembunyian dan meneruskan perjalanan. Dalam perjalanan itu pun bahaya yang mereka hadapi tidak kurang pula dari bahaya yang mengancam mereka selama di dalam gua.<br />
Abu Bakr masih dapat membawa sisa laba perdagangannya sebanyak lima ribu dirham. Setiba di Medinah dan orang menyambut Rasulullah begitu meriah, Abu Bakr memulai hidupnya di kota itu seperti halnya dengan kaum Muhajirin yang lain, meskipun kedudukannya tetap di samping Rasulullah, kedudukan sebagai khalil, sebagai asSiddlq dan sebagai menteri penasehat.<br />
<br />
<em>Abu Bakr di Madinah</em><br />
Abu Bakr tinggal di Sunh di pinggiran kota Medinah, pada keluarga Kharijah bin Zaid dari Banu al-Haris dari suku Khazraj. Ketika Nabi mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Ansar Abu Bakr dipersaudarakan dengan Kharijah. Abu Bakr kemudian disusul oleh keluarganya dan anaknya yang tinggal di Mekah. la mengurus keperluan hidup mereka. Keluarganya mengerjakan pertanian — seperti juga keluarga Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Talib — di tanah orang-orang Ansar bersama-sama dengan pemiliknya. Bolehjadi Kharijah bin Zaid ini salah seorang pemiliknya. Hubungan orang ini lambat laun makin dekat dengan Abu Bakr. Abu Bakr kawin dengan putrinya — Habibah — dan dari perkawinan ini kemudian lahir Umm Kulsum, yang ditinggalkan wafat oleh Abu Bakr ketika ia sedang dalam kandungan Habibah. Keluarga Abu Bakr tidak tinggal bersamanya di rumah Kharijah bin Zaid di Sunh, tetapi Umm Ruman dan putrinya Aisyah serta keluarga Abu Bakr yang lain tinggal di Medinah, di sebuah rumah berdekatan dengan rumah Abu Ayyub al-Ansari, tempat Nabi tinggal. Ia mundarmandir ke tempat mereka, tetapi lebih banyak di tinggal di Sunh, tempat istrinya yang baru.<br />
<br />
<em>Terserang demam</em><br />
Tak lama tinggal di Medinah ia mendapat serangan demam, yang juga banyak menyerang penduduk Mekah yang baru hijrah ke Medinah, disebabkan oleh perbedaan iklim udara tempat kelahiran mereka dengan udara tempat tinggal yang sekarang. Udara Mekah adalah udara Sahara, kering, sedang udara Medinah lembab, karena cukup air dan pepohonan. Menurut sumber dari Aisyah disebutkan bahwa demam yang menimpa ayahnya cukup berat, sehingga ia mengigau. Setelah puas dengan tempat tinggal yang baru ini, dan setelah bekerja keras sehingga keluarganya sudah tidak memerlukan lagi bantuan Ansar, seluruh perhatiannya sekarang dicurahkan untuk membantu Rasulullah dalam memperkuat Muslimin, tak peduli betapa beratnya pekerjaan itu dan besarnya pengorbanan.<br />
<br />
<em>Kemarahan Abu Bakr</em><br />
Orang yang begitu damai dan tenang ini tak pernah mengenal marah, kecuali ketika melihat musuh-musuh dakwah yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan kaum Munafik itu mulai berolok-olok dan main tipu muslihat. Rasulullah dan kaum Muslimin dengan pihak Yahudi sudah membuat perjanjian, masing-masing menjamin kebebasan menjalankan dakwah agamanya serta bebas melaksanakan upacara-upacara keagamaannya masing-masing. Orang-orang Yahudi itu pada mulanya mengira bahwa mereka mampu mengambil keuntungan dari kaum Muslimin yang datang dari Mekah dalam menghadapi Aus dan Khazraj. Tetapi setelah ternyata tak berhasil mereka memecah belah kaum Muhajirin dengan kaum Ansar, mulailah mereka menjalankan tipu muslihat dan memperolok agama. Beberapa orang Yahudi berkumpul mengerumuni salah seorang dari mereka yang bernama Finhas. Dia adalah pendeta dan pemuka agama mereka. Ketika Abu Bakr datang dan melihat mereka, ia berkata kepada Finhas ini: "Finhas, takutlah engkau kepada Allah dan terimalah Islam. Engkau tahu bukan bahwa Muhammad Rasulullah. Dia telah datang kepada kita dengan sebenarnya sebagai utusan Allah. Kalian akan melihat itu dalam Taurat dan Injil."<br />
Dengan berolok dan senyum mengejek di bibir Finhas berkata:<br />
"Abu Bakr, bukan kita yang memerlukan Tuhan, tapi Dia yang memerlukan kita. Bukan kita yang meminta-minta kepada-Nya, tetapi Dia yang meminta-minta kepada kita. Kita tidak memerlukan-Nya, tapi Dialah yang memerlukan kita. Kalau Dia kaya, tentu tidak akan minta dipinjami harta kita, seperti yang didakwakan oleh pemimpinmu itu. Ia melarang kalian menjalankan riba, tapi kita akan diberi jasa. Kalau Ia kaya, tentu Ia tidak akan menjalankan ini."<br />
Yang dimaksud oleh kata-kata Finhas itu firman Allah:<br />
<img border="0" src="http://www.islam2u.net/images/stories/food/03.gif" /><br />
Siapakah yang hendak meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, yang akan Ia lipatgandakan dengan sebanyak-banyaknya." (Qur'an, 2. 245).<br />
<br />
Setelah Abu Bakr melihat orang ini memperolok firman Allah serta wahyu-Nya kepada Nabi, ia tak dapat menahan diri, dipukulnya muka Finhas itu keras-keras seraya katanya:<br />
"Demi Allah, kalau tidak karena adanya perjanjian antara kami dengan kamu sekalian, kupukul kepalamu. Engkaulah musuh Tuhan!"<br />
Bukanlah aneh juga Abu Bakr menjadi begitu keras, orang yang begitu tenang, damai dan rendah hati itu. Ia menjadi sedemikian rupa padahal usianya sudah melampaui lima puluh tahun!<br />
Kemarahannya kepada Finhas ini mengingatkan kita kepada kemarahan yang sama lebih sepuluh tahun yang silam, yaitu ketika Persia mengalahkan Rumawi, Persia Majusi dan Rumawi Ahli Kitab. Kaum Muslimin ketika itu merasa sedih karena diejek kaum musyrik yang menduga bahwa pihak Rumawi kalah karena juga Ahli Kitab seperti mereka. Ada seorang musyrik menyinggung soal ini di depan Abu Bakr dengan begitu bersemangat bicaranya, sehingga Abu Bakr naik pitam. Diajaknya orang itu bertaruh dengan sepuluh ekor unta bahwa kelak Rumawi yang akan mengalahkan pihak Majusi sebelum habis tahun itu. Hal ini menunjukkan bahwa Abu Bakr akan sangat marah jika sudah mengenai akidah dan keimanannya yang begitu tulus kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah sikapnya tatkala ia berusia empat puluh, dan tetap itu juga setelah sekarang usianya lima puluh tahun sampai kemudian ketika ia sudah menjadi Khalifah dan memegang pimpinan kaum Muslimin.<br />
<br />
<br />
<em>Kekuasaan iman pada Abu Bakr</em><br />
Keimanan yang tulus inilah yang menguasai Abu Bakr, menguasai segala perasaannya, sepanjang hidupnya, sejak ia menjadi pengikut Rasulullah. Orang akan dapat menganalisis segala peristiwa kejiwaannya dan perbuatannya serta segala tingkah lakunya itu kalau orang mau melihatnya dari segi moral. Sebaliknya, semua yang di luar itu, tak ada pengaruhnya dan segala keinginan yang biasa mempengaruhi hidup manusia, dan banyak juga kaum Muslimin ketika itu yang terpengaruh, buat dia tak ada artinya. Yang berkuasa terhadap dirinya — hati nuraninya, pikiran dan jiwanya — semua hanyalah demi Allah dan Rasul-Nya. Semua itu adalah iman, iman yang sudah mencapai tingkat tertinggi, tingkat siddiqin, yang sudah begitu baik tempatnya.<br />
Ketika Rasulullah di Badr<br />
Kemudian kita lihat apa yang terjadi dalam perang Badr. Pihak Mekah sudah menyusun barisan, Nabi pun sudah pula mengatur kaum Muslimin siap menghadapi perang. Seperti diusulkan oleh Sa'd bin Mu'az, ketika itu pihak Muslimin membangun sebuah dangau di barisan belakang, sehingga jika nanti kemenangan berada di pihak mereka, Rasulullah dapat kembali ke Medinah. Abu Bakr dan Nabi tinggal dalam dangau itu sambil mengawasi jalannya pertempuran. Dan bila pertempuran dimulai dan Muhammad melihat jumlah pihak musuh yang begitu besar sedang anak buahnya hanya sedikit, ia berpaling ke arah kiblat, menghadapkan diri dengan seluruh hati sanubarinya kepada Allah. Ia mengimbau Tuhan akan segala apa yang telah dijanjikan-Nya. Ia membisikkan permohonan dalam hatinya agar Allah memberikan pertolongan, sambil katanya:<br />
"Allahumma ya Allah! Inilah Kuraisy sekarang datang dengan segala kecongkakannya, berusaha hendak mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, pertolongan-Mu juga yang Kaujanjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan ini sekarang binasa tidak lagi ada ibadah kepada-Mu."<br />
Sementara ia masih hanyut dalam doa kepada Tuhan sambil merentangkan tangan menghadap kiblat itu, mantelnya terjatuh. Dalam keadaan serupa itu ia terangguk sejenak terbawa kantuk, dan ketika itu juga tampak olehnya pertolongan Allah itu datang. Ia sadar kembali, kemudian ia bangun dengan penuh rasa gembira. Ia keluar menemui sahabat-sahabatnya sambil berkata kepada mereka:<br />
"Demi Dia yang memegang hidup Muhammad. Setiap seorang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia tewas, maka Allah akan menempatkannya di dalam surga."<br />
<br />
<em>Abu Bakr di Badr</em><br />
Demikianlah keadaan Rasulullah. Tidak yakin akan kemenangan anak buahnya yang hanya sedikit itu dalam menghadapi lawan yang iauh lebih banyak, dengan diam-diam jiwanya mengadakan hubungan dengan Allah memohon pertolongan. Kemudian terbuka di hadapannya tabir hari yang amat menentukan itu dalam sejarah Islam.<br />
Abu Bakr, ia tetap di samping Rasulullah. Dengan penuh iman ia percaya bahwa Allah pasti akan menolong agama-Nya, dan dengan hati penuh kepercayaan akan datangnya pertolongan itu, dengan penuh kekaguman akan Rasulullah dalam imbauannya kepada Allah, dengan perasaan terharu kepada Rasulullah karena kekhawatiran yang begitu besar menghadapi nasib yang akan terjadi hari itu, ketika itulah Rasulullah berdoa, mengimbau, bermohon dan meminta kepada Allah akan memenuhi janji-Nya. Itulah yang diulangnya, diulang sekali lagi, hingga mantelnya terjatuh, Itulah yang membuatnya mengimbau sambil ia mengembalikan mantel itu ke bahu Nabi: "Rasulullah, dengan doamu Allah akan memenuhi apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu."<br />
<br />
<em>Kebenaran dan kasih sayang menyatu dalam dirinya</em><br />
Banyak orang yang sudah biasa dengan suatu kepercayaan sudah tak ragu lagi, sampai-sampai ia jadi fanatik dan kaku dengan kepercayaannya itu. Bahkan ada yang sudah tidak tahan lagi melihat muka orang yang berbeda kepercayaan. Mereka menganggap bahwa iman yang sebenarnya harus fanatik, keras, dan tegar. Sebaliknya Abu Bakr, dengan keimanannya yang begitu agung dan begitu teguh, tak pernah ia goyah dan ragu, jauh dari sikap kasar. Sikapnya lebih lunak, penuh pemaaf, penuh kasih bila iman itu sudah mendapat kemenangan. Dengan begitu, dalam hatinya terpadu dua prinsip kemanusiaan yang paling mendasari: mencintai kebenaran, dan penuh kasih sayang. Demi kebenaran itu segalanya bukan apa-apa baginya, terutama masalah hidup duniawi.» Apabila kebenaran itu sudah dijunjung tinggi, maka lahir pula rasa kasih sayang, dan ia akan berpegang teguh pada prinsip ini seperti pada yang pertama. Terasa lemah ia menghadapi semua itu sehingga matanya basah oleh air mata yang deras mengalir.<br />
<br />
<strong><em>Sikapnya terhadap tawanan Badr</em></strong><br />
Setelah mendapat kemenangan di Badr, kaum Muslimin kembali ke Medinah dengan membawa tawanan perang Kuraisy. Mereka ini masih ingin hidup, ingin kembali ke Mekah, meskipun dengan tebusan yang mahal. Tetapi mereka masih khawatir Muhammad akan bersikap keras kepada mereka mengingat gangguan mereka terhadap sahabat-sahabatnya selama beberapa tahun dahulu yang berada di tengah-tengah mereka. Mereka berkata satu sama lain: "Sebaiknya kita mengutus orang kepada Abu Bakr. Ia paling menyukai silaturahmi dengan Kuraisy, paling punya rasa belas kasihan, dan kita tidak melihat Muhammad menyukai yang lain lebih dari dia." Mereka lalu mengirim delegasi kepada Abu Bakr.<br />
"Abu Bakr," kata mereka kemudian, "di antara kita ada yang masih pernah orangtua, saudara, paman atau mamak kita serta saudara sepupu kita. Orang yang jauh dari kita pun masih kerabat kita. Bicarakanlah dengan sahabatmu itu supaya ia bermurah hati kepada kami atau menerima tebusan kami."<br />
Dalam hal ini Abu Bakr berjanji akan berusaha. Tetapi mereka masih khawatir Umar bin Khattab akan mempersulit urusan mereka ini. Lalu mereka juga bicara dengan Umar seperti pcmbicaraannya dengan Abu Bakr. Tetapi Umar menatap muka mereka dengan mata penuh curiga tanpa memberi jawaban. Kemudian Abu Bakr sendiri yang bertindak sebagai perantara kepada Rasulullah mewakili orang-orang Kuraisy musyrik itu. la mcngharapkan belas kasihannya dan sikap yang lebih lunak terhadap mereka. la menolak alasan-alasan Umar yang mau main keras terhadap mereka. Diingatkannya pertalian kerabat antara mereka dengan Nabi. Apa yang dilakukannya itu sebenarnya karena memang sudah bawaannya sebagai orang yang lembut hati, dan kasih sayang baginya sama dengan keimanannya pada kebenaran dan keadilan. Barangkali dengan mata hati nuraninya ia melihat peranan kasih sayang itu juga yang akhirnya akan menang. Manusia akan menuruti kodrat yang ada dalam dirinya dan dalam keyakinannya sclama ia melihat sifat kasih sayang itu adalah peri kemanusiaan yang agung, jauh daii segala sifat lcmah dan hawa nafsu. Yang menggerakkan hatinya hanyalah kekuatan dan kemampuan. Atau, kekuasaan manusia terhadap dirinya ialah kckuasaan yang dapat meredam bengisnya kekuatan, dapat melunakkan kejamnya kekuasaan.<br />
<br />
<em>Arah hidupnya sesudah Badr</em><br />
Sebenarnya Perang Badr itu merupakan permulaan hidup baru buat kaum Muslimin, juga merupakan permulaan arah baru dalam hidup Abu Bakr. Kaum Muslimin mulai mengatur siasat dalam menghadapi Kuraisy dan kabilah-kabilah sekitarnya yang melawan mereka. Abu Bakr mulai bekerja dengan Nabi dalam mengatur siasat itu berlipat ganda ketika masih tinggal di Mckah dulu dalam melindungi kaum Muslimin. Pihak Muslimin semua sudah tahu, bahwa Kuraisy tidak akan tinggal diam sebelum mereka dapat membalas dendam kejadian di Badr itu. Juga mereka mengetahui bahwa dakwah yang baru tumbuh ini perlu sekali mendapat perlindungan dan perlu mempertahankan diri dari segala scrangan terhadap mereka itu. Jadi harus ada perhitungan, hams ada pengaturan siasat. Dengan posisinya di samping Rasulullah seperti yang sudah kita lihat, Abu Bakr tak akan dapat bekerja tanpa adanya perhitungaji dan pengaturan serupa itu, supaya jangan timbul kekacauan di dalam kota Medinah atas hasutan pihak Yahudi dan golongan munafik, dan supaya jangan ada serangan pihak luar ke Madinah.<br />
<strong>Abu Bakr dan Umar; pembantu Rasulullah</strong><br />
Kemenangan Muslimin di Badr itu juga sebenarnya telah mengangkat martabat mereka. Inilah yang telah menimbulkan kedengkian di pihak lawan. Pada pihak Yahudi timbul rasa sakit hati yang tadinya biasa-biasa saja. Dalam hati kabilah-kabilah di sekitar Medinah yang tadinya merasa aman kini timbul rasa khawatir. Tidak bisa lain, untuk mencegah apa yang mungkin timbul dari mereka itu, diperlukan suatu siasat yang mantap, suatu perhitungan yang saksama. Musyawarah yang terus-menerus antara Nabi dengan sahabat-sahabat telah diadakan. Abu Bakr dan Umar oleh Nabi diambil sebagai pembantu dekat (wazir) guna mengatur siasat baru, yang sekaligus merupakan batu penguji mengingat adanya perbedaan watak pada kedua orang itu, meskipun mereka sama-sama jujur dan ikhlas dalam bermusyawarah. Di samping dengan mereka ia juga bermusyawarah dengan kaum Muslimin yang lain. Musyawarah ini memberi pengaruh besar dalam arti persatuan dan pembagian tanggung jawab demikian, sehingga masing-masing mereka merasa turut memberikan saham.<br />
Sebagai penangkal akibat dendam kesumat pihak Yahudi itu kaum Muslimin sekarang mengepung Banu Qainuqa' dan mengeluarkan mereka dari Medinah. Begitu juga akibat rasa kekhawatiran kabilah-kabilah yang berada di sekeliling Medinah, mereka berkumpul hendak mengadakan serangan ke dalam kota. Tetapi begitu mendengar Muhammad keluar hendak menyongsong mereka, mereka sudah lari ketakutan.<br />
<br />
<em>Dalam perang Uhud</em><br />
Berita-berita demikian itu tentu sampai juga ke Mekah, dan ini tidak menutup pikiran Kuraisy hendak membalas dendam atas kekalahan mereka di Badr itu. Dalam upaya mereka hendak menuntut balas itu mereka akan berhadapan dengan pihak Muslimin di Uhud. Di sinilah terjadi pertempuran hebat. Tetapi hari itu kaum Muslimin mengalami bencana tatkala pasukan pemanah melanggar perintah Nabi. Mereka meninggalkan posnya, pergi memperebutkan harta rampasan perang. Saat itu Khalid bin Walid mengambil kesempatan, Kuraisy segera mengadakan serangan dan kaum Muslimin mengalami kekacauan. Waktu itulah Nabi terkena lemparan batu yang dilakukan oleh kaum musyrik. Lemparan itu mengenai pipi dan wajahnya, sehingga Kuraisy berteriakteriak mengatakan Nabi sudah meninggal. Kalau tidak karena pahlawanpahlawan Islam ketika itu segera mengelilinginya, dengan mengorbankan diri dan nyawa mereka, tentu Allah waktu itu sudah akan menentukan nasib lain terhadap mereka.<br />
Sejak itu Abu Bakr lebih sering lagi mendampingi Nabi, baik dalam peperangan maupun ketika di dalam kota di Medinah.<br />
Orang masih ingat sejarah Muslimin — sampai keadaan jadi stabil sesudah pembebasan Mekah dan masuknya Banu Saqif di Ta'if ke dalam pangkuan Islam — penuh tantangan berupa peristiwa-peristiwa perang, atau dalam usaha mencegah perang atau untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Belum lagi peristiwa-peristiwa kecil lainnya dalam bentuk ekspedisi-ekspedisi atau patroli. Waktu itu orang-orang Yahudi — dipimpin oleh Huyai bin Akhtab — tak henti-hentinya menghasut kaum Muslimin. Begitu juga Kuraisy, mereka berusaha matimatian mau melemahkan dan menghancurkan kekuatan Islam. Terjadinya perang Banu Nadir, Khandaq dan Banu Quraizah dan diselang seling dengan bentrokan-bentrokan lain, semua itu akibat politik Yahudi dan kedengkian Kuraisy.<br />
Dalam semua peristiwa dan kegiatan itu Abu Bakr lebih banyak mendampingi Nabi. Dialah yang paling kuat kepercayaannya pada ajaran Nabi. Setelah Rasulullah merasa aman melihat ketahanan Medinah, dan tiba waktunya untuk mengarahkan langkah ke arah yang baru — semoga Allah membukakan jalannya untuk menyempurnakan agama-Nya — maka peranan yang dipegang Abu Bakr itu telah menambah keyakinan kaum Muslimin bahwa sesudah Rasulullah, dialah orang yang punya tempat dalam hati mereka, orang yang sangat mereka hargai.<br />
<br />
<em>Sikapnya di Hudaibiyah</em><br />
Enam tahun setelah hijrah kaum Muslimin ke Medinah Muhammad mengumumkan kepada orang banyak untuk mengerjakan ibadah haji ke Mekah. Berita perjalanan jemaah ini sampai juga kepada Kuraisy. Mereka bersumpah tidak akan membiarkan Muhammad memasuki Mekah secara paksa. Maka Muhammad dan para sahabat pun tinggal di Hudaibiyah, di pinggiran kota Mekah. Ia berpegang teguh pada perdamaian dan ia menolak setiap usaha yang akan menimbulkan bentrokan dengan Kuraisy. Diumumkannya bahwa kedatangannya adalah akan menunaikan ibadah haji, bukan untuk berperang. Kemudian dilakukan tukar-menukar delegasi dengan pihak Kuraisy, yang berakhir dengan persetujuan, bahwa tahun ini ia harus pulang dan boleh kembali lagi tahun depan.<br />
Kaum Muslimin banyak yang marah, termasuk Umar bin Khattab, karena harus mengalah dan harus pulang. Mereka berpendapat, isi perjanjian ini merendahkan martabat agama mereka. Tetapi Abu Bakr langsung percaya dan yakin akan kebijaksanaan Rasulullah. Setelah kemudian turun Surah Fath (48) bahwa persetujuan Hudaibiyah itu adalah suatu kemenangan yang nyata, dan Abu Bakr dalam hal ini, seperti juga dalam peristiwa-peristiwa lain, ialah as-Siddiq, yang tulus hati, yang segera percaya.<br />
<br />
<em>Kekuatan Muslimin dan mengalirnya para utusan</em><br />
Integritas dakwah Islam makin hari makin kuat. Kedudukan Muslimin di Medinah juga makin kuat. Salah satu manifestasi kekuatan mereka, mereka telah mampu mengepung pihak Yahudi di Khaibar, Fadak dan Taima', dan mereka menyerah pada kekuasaan Muslimin, sebagai pendahuluan untuk kemudian mereka dikeluarkan dari tanah Arab. Di samping itu, manifestasi lain kuatnya Muslimin waktu itu serta tanda kukuhnya dakwah Islam ialah dengan dikirimnya surat-surat oleh Muhammad kepada raja-raja dan para amir (penguasa) di Persia, Bizantium, Mesir, Hira, Yaman dan negeri-negeri Arab di sekitarnya atau yang termasuk amirat-nya..<br />
Adapun gejala yang paling menonjol tentang sempurna dan kuatnya dakwah itu ialah bebasnya Mekah dan pengepungan Ta'if. Dengan itu cahaya agama yang baru ini sekarang sudah bersinar ke seluruh Semenanjung, sampai ke perbatasan kedua imperium besar yang memegang tampuk pimpinan dunia ketika itu: Rumawi dan Persia. Dengan demikian Rasulullah dan kaum Muslimin sudah merasa lega atas pertolongan Allah itu, meskipun tetap harus waspada terhadap kemungkinan adanya serangan dari pihak-pihak yang ingin memadamkan cahaya agama yang baru ini.<br />
<br />
<em>Bersinarnya cahaya Islam</em><br />
Setelah orang-orang Arab melihat adanya kekuatan ini delegasi mereka datang berturut-turut dari segenap Semenanjung, menyatakan keimanannya pada agama baru ini. Bukankah pembawa dakwah ini pada mulanya hanya seorang diri?! Sekarang ia sudah dapat mengalahkan Yahudi, Nasrani, Majusi dan kaum musyrik. Bukankah hanya kebenaran yang akan mendapat kemenangan? Adakah tanda yang lebih jelas bahwa memang dakwahnya itulah yang benar, yang mutlak mendapat kemenangan atas mereka semua itu? Ia tidak bermaksud menguasai mereka. Yang dimintanya hanyalah beriman kepada Allah, dan berbuat segala yang baik. Inilah logika yang amat manusiawi, diakui oleh umat manusia pada setiap zaman dan mereka beriman di mana pun mereka berada. Ini juga logika yang diakui oleh akal pikiran manusia. Kekuatan argumentasinya yang tak dapat dikalahkan itu sudah dibuktikan oleh sejarah.<br />
<em>Abu Bakr memimpin jamaah haji</em><br />
Allah telah mengizinkan kaum Muslimin melengkapi kewajiban agamanya, dan ibadah haji itulah kelengkapannya. Oleh karena itu dengan adanya delegasi yang berturut-turut itu tidak memungkinkan Rasulullah meninggalkan Medinah pergi ke Baitullah. Maka dimintanya Abu Bakr memimpin jamaah pergi menunaikan ibadah haji. la berangkat bersama tiga ratus orang. Mereka melaksanakan ibadah itu, melaksanakan tawaf dan sai. Dalam musim haji inilah Ali bin Abi Talib mengumumkan — sumber lain menyebutkan Abu Bakr yang mengumumkan — bahwa sesudah tahun itu tak boleh lagi kaum musyrik ikut berhaji. Kemudian orang menunda empat bulan lagi supaya setiap golongan dapat kembali ke tempat tinggal dan negeri masing-masing. Sejak hari itu, sampai sekarang, dan sampai waktu yang dikehendaki Allah, tak akan ada lagi orang musyrik pergi berhaji ke Baitullah, dan tidak akan ada.<br />
<br />
<em>Haji Perpisahan dan keberangkatan Usamah</em><br />
Tahun kesepuluh Hijri Rasulullah melaksanakan ibadah haji perpisahan. Abu Bakr juga ikut serta. Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam berangkat bersama semua istrinya, yang juga diikuti oleh seratus ribu orang Arab atau lebih. Sepulang dari melaksanakan ibadah haji, Nabi tidak lama lagi tinggal di Medinah. Ketika itu dikeluarkannya perintah supaya satu pasukan besar disiapkan berangkat ke Syam, terdiri dari kaum Muhajirin yang mula-mula, termasuk Abu Bakr dan Umar. Pasukan itu sudah bermarkas di Jurf (tidak jauh dari Medinah) tatkala tersiar berita, bahwa Rasulullah jatuh sakit. Perjalanan itu tidak diteruskan dan karena sakit Rasulullah bertambah keras, orang makin cemas.<br />
<br />
<em><strong>Abu Bakr memimpin salat</strong></em><br />
Karena sakit bertambah berat juga maka Nabi meminta Abu Bakr memimpin sembahyang. Disebutkan bahwa Aisyah pernah mengatakan: "Setelah sakit Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam semakin berat Bilal datang mengajak bersembayang: 'Suruh Abu Bakr memimpin salat!' Kataku: Rasulullah, Abu Bakr cepat terharu dan mudah menangis. Kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar. Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja! Katanya: 'Suruh Abu Bakr memimpin sembahyang!' Lalu kataku kepada Hafsah: Beritahukanlah kepadanya bahwa Abu Bakr orang yang cepat terharu dan kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar. Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja! Usul itu disampaikan oleh Hafsah. Tetapi kata Nabi lagi: Kamu seperti perempuan-perempuan yang di sekeliling Yusuf. Suruhlah Abu Bakr memimpin sembahyang. Kemudian kata Hafsah kepada Aisyah: Usahaku tidak lebih baik dari yang kaulakukan."<br />
Sekarang Abu Bakr bertindak memimpin salat sesuai dengan perintah Nabi. Suatu hari, karena Abu Bakr tidak ada di tempat ketika oleh Bilal dipanggil hendak bersembahyang, maka Umar yang diminta mengimami salat. Suara Umar cukup lantang, sehingga ketika mengucapkan takbir di mesjid terdengar oleh Muhammad dari rumah Aisyah, maka katanya:<br />
"Mana Abu Bakr? Allah dan kaum Muslimin tidak menghendaki yang demikian."<br />
Dengan itu orang menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakr sebagai penggantinya kelak, karena memimpin orang-orang salat merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah.<br />
Sementara masih dalam sakitnya itu suatu hari Muhammad keluar ke tengah-tengah kaum Muslimin di mesjid, dan antara lain ia berkata:<br />
"Seorang hamba oleh Allah disuruh memilih tinggal di dunia ini atau di sisi-Nya, maka ia memilih berada di sisi Allah." Kemudian diam. Abu Bakr segera mengerti, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dirinya. Ia tak dapat menahan air mata dan ia menangis, seraya katanya:<br />
"Kami akan menebus Tuan dengan jiwa kami dan anak-anak kami." Setelah itu Muhammad minta semua pintu mesjid ditutup kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakr. Kemudian katanya sambil menunjuk kepada Abu Bakr: "Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman) maka Abu Bakr-lah khalil-ku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ini dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya."<br />
Pada hari ketika ajal Nabi tiba ia keluar waktu subuh ke mesjid sambil bertopang kepada Ali bin Abi Talib dan Fadl bin al-Abbas. Abu Bakr waktu itu sedang mengimami orang-orang bersembahyang. Ketika kaum Muslimin melihat kehadiran Nabi, mereka bergembira luar biasa. Tetapi Nabi memberi isyarat supaya mereka meneruskan salat. Abu Bakr merasa bahwa mereka berlaku demikian karena ada Rasulullah. Abu Bakr surut dari tempatnya. Tetapi Nabi memberi isyarat agar diteruskan. Lalu Rasulullah duduk di sebelah Abu Bakr, salat sambil duduk.<br />
Lepas salat Nabi kembali ke rumah Aisyah. Tetapi tak lama kemudian demamnya kambuh lagi. Ia minta dibawakan sebuah bejana berisi air dingin. Diletakkannya tangannya ke dalam bejana itu dan dengan begini ia mengusap air ke wajahnya. Tak lama kemudian ia telah kembali kepada Zat Maha Tinggi, kembali ke sisi Allah.<br />
Rasulullah telah meninggalkan dunia kita setelah Allah menyempurnakan agama ini bagi umat manusia, dan melengkapi kenikmatan hidup bagi mereka. Apa pulakah yang dilakukan orang-orang Arab itu kemudian? Ia tidak meninggalkan seorang pengganti, juga tidak membuat suatu sistem hukum negara yang terinci. Hendaklah mereka berusaha (berijtihad) sendiri. Setiap orang yang berijtihad akan mendapat bagian.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-8640242137766651822012-07-28T19:24:00.000-07:002012-07-28T19:24:12.090-07:00Zaid bin Haritsah; Sosok Kesayangan Nabi saw, Gagah Berani, Perisai Nabi saw dan Panglima 7 Perang Gerilya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_jXASFS31X1AoTJhuneC87nLmH2AMi-QHyFVAxkJrptmeYjw6HBsACQNd4yAMU2Ps7Zt4sOOwij1dVVRl_lmDgVRTBhGFR1zzmyPDKjbyDloyeKWK-DpK8evPo-GL9-B1puh6L6qGUjw/s1600/zaid.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_jXASFS31X1AoTJhuneC87nLmH2AMi-QHyFVAxkJrptmeYjw6HBsACQNd4yAMU2Ps7Zt4sOOwij1dVVRl_lmDgVRTBhGFR1zzmyPDKjbyDloyeKWK-DpK8evPo-GL9-B1puh6L6qGUjw/s1600/zaid.jpg" /></a></div>Beliau bernama Zaid bin Haritsah –semoga Allah meridloinya-, dan sebelum Nabi saw diangkat menjadi Rasul bernama Zaid bin Muhammad.<br />
Ibunya Su’di binti Tsa’labah pernah membawanya berziarah kerumah salah seorang keluarganya di bani Ma’an, saat itu beliau berumur 8 tahun, saat dia tinggal ditengah kaumnya secara tiba-tiba penduduk Ma’an diserang oleh sekelompok orang yang memusuhi mereka, hingga akhirnya mereka kalah dan menjadi tawanan termasuk Zaid, lalu ibunya kembali ke rumahnya (suaminya) sendirian dan tidak pernah mendengar kembali berita tentang Zaid hingga terus mencarinya karena rindu atasnya, membawa tongkat diatas pundaknya, berjalan mengitari perumahan menyusuri padang pasir, bertanya ke setiap kabilah dan kafilah yang lewat tentang anaknya dan buah hatinya, dan pada saat musim haji dan perdagangan tiba, orang-orang dari kabilah Haritsah pergi kesana dan bertemu dengan Zaid di Mekkah, dan mereka menceritakan keadaan kedua orang tuanya dan Zaid menceritakan kejadian yang sebenarnya; bagaimana Banu Al-Qayn menyerang kabilah ibunya dan mereka menahannya, kemudian dijual di pasar Ukaz kepada seseorang dari Quraisy yang bernama Hakim bin Huzam bin Khuwailid, kemudian dihadiahkan kepada bibinya Khadijah binti Khuwailid dan diserahkan kembali ke suaminya Muhammad bin Abdullah, maka beliaupun menciumnya dan memeluknya. Kemudian berkata kepada para hujjaj dari kaumnya : berikanlah kabar ini kepada bapak dan ibu saya bahwa saya berada dalam asuhan orang tua yang paling mulia.<br />
Setelah rombongan kembali dari Mekkah mereka menceritakan perihal Zaid kepada orang tuanya, namun Haritsah sama sekali tidak mengetahui tempat tinggal anaknya sampai dia dan saudaranya memutuskan untuk pergi ke Mekkah dan bertanya tentang Muhammad bin Abdullah, dikatakan kepadanya : bahwa dia (Muhammad) berada di Ka’bah, -saat itu nabi belum diangkat menjadi Rasul- maka keduanya masuk ke rumah tersebut dan berkata : Wahai putra Abdul Mutthalib, wahai putra dari kaum yang mulia, kalian adalah penduduk yang menjaga rumah Allah dan tetangga darinya, pembebas orang yang kesusahan, pemberi makan orang yang ditawan, kami datang untuk mencari anak kami, maka kabulkanlah permohonan kami, dan berikanlah kebaikan dalam menebusnya, maka nabipun memberikan pilihan kepada Zaid, maka Nabi berkata kepada keduanya : “Panggilah Zaid, berikan kebebasan kepadanya untuk memilih, jika dia memilih kalian maka dia milikmu tanpa ada tebusan, namun jika dia memilih saya maka demi Allah tidaklah saya orang yang memilih kepada saya mengiginkan tebusan”.<br />
Maka Haritsah bergembira atas perkataan Nabi, kemudian dia berkata kepadanya : sudikah engkau memberitahukan asal-usul kami, memberi bekal kepada kami dan memberikan kebaikan kepada kami. Setelah Zaid tiba, nabi bertanya kepadanya : tahukah engkau siapa mereka ? Zaid berkata : ya, dialah Bapakku, dan yang satu lagi Pamanku, kemudian Rasul berkata kepada Zaid : adapun Saya, Engkau telah mengetahui dan melihat, sebagai teman bagimu, apakah engkau memilih saya atau mereka ? Zaid berkata : saya bukanlah orang yang engkau paksa untuk memilih, engkau dihadapan saya memiliki kedudukan sebagai Bapak dan Paman. Saat itu pula Bapaknya dan Pamannya kaget dan tercengang lalu berkata : celaka engkau wahai Zaid, apakah engkau lebih memilih menjadi budak daripada merdeka di tengah orang tuamu dan pamanmu serta keluargamu. Zaid berkata : benar, saya telah mengetahui perihal orang ini yang saya tidak memilih seorangpun selainnya”.<br />
Setelah Rasulullah saw melihat kejadian tersebut beliau sangat bergembira hingga air matanya menetes lalu menarik Zaid dan kaluar dari batu Ka’bah mengelilngi orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul, lalu berseru : “Saksikanlah mulai saat ini Zaid adalah anakku, dia berhak menjadi ahli waris dariku dan aku berhak menjadi ahli waris darinya”. (Ibnu Hajar). Setelah Bapak dan Pamannya melihat kejadian tersebut keduanya pasrah. Dan semenjak itu pula Zaid di Mekkah tidak dipanggil oleh seseorang kecuali dengan menyebut Zaid bin Muhammad, kemudian setelah Nabi diangkat menjadi Rasul, Zaid ikut masuk Islam dan menjadi orang kedua yang pertama masuk Islam, sedangkan Rasulullah saw sangat mencintai dan menyayangi beliau.<br />
Setelah Rasulullah saw mengizinkan para sahabatnya berhijrah ke Madinah Zaid ikut serta berhijrah, dan Rasulullah saw mempersaudarkannya dengan Asid bin Khadir, dan pada saat itu Zaid masih dipanggil dengan Zaid bin Muhammad hingga turun firman Allah SWT : <em>“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka”.</em> (Al-Ahzab:5), maka saat itu pula Zaib dipanggil nama dengan Zaid bin Haritsah, dan Rasulullah saw menikahkannya dengan tuannya Ummu Aiman dan melahirkan anak yang bernama Usamah bin Zaid, kemudian menikahkannya kembali dengan putri pamannya Zainab binti jahsy, namun kehidupan berlangsung tidak harmonis sehingga Zaid pergi menghadap Rasulullah saw mengadukan hal tersebut, maka Rasulullah saw memerintahkannya untuk menahannya dan bersabar atasnya, namun Allah SWT memeirntahkan kepada Rasul-Nya untuk menceraikan Zainab dari Zaid kemudian beliau menikahi mantan istri dari Zaid, yang demikian untuk menghilangkan persepsi kebiasaan mengadopsi anak yang telah menjadi adat dikalangan jahiliyah, bahwa pada waktu itu anak angkat diperlakukan seperti anak sendiri, Allah berfirman : <em>“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang telah Allah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya : “Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang telah allah menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedamg Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), kami kawinkan kamu dengan dia, supaya tidak ada keberatan bagi orang mu’min untuk (mengawani) istri-istri anak-anak angkat mereka, jika anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi”.</em> (Al-Ahzab:37)<br />
Dan cukuplah bagi Zaid mendapatkan kebanggaan namanya dicantumkan dalam Al-Qur’an Al-Karim, dan kemudian Rasulullah saw menikahkan beliau dengan Ummi Kultsum binti Uqbah.<br />
Zaid merupakan seorang panglima perang yang gagah berani, dan terbaik dalam membidik panah, ikut dalam perang Badr, dan menjadi perisai terhadap tubuh Nabi saat perang Uhud, ikut dalam perang Khandak, perjanjian Hudaibiyah, penaklukan Khaibar, dan perang Hunain, dan Rasulullah saw menjadikan sebagai panglima dalam 7 kali perang gerilya : Al-jumu’, Al-thorf, al-‘aish, hismi dan lain-lainnya, Aisyah pernah berkata tentangnya : “Rasulullah saw tidak pernah sama sekali mengutus bala tentara kecuali mengangkat Zaid sebagai panglimanya”.<br />
Saat tentara Romawi mengubah perbatasan negara Islam dan menjadikan Syam sebagai pusat pemerintahan mereka; Rasulullah saw mengirim pasukan ke daerah Balqo di bagian negara Syam, dan memberikan wejangan dan pesan kepada para prajuritnya setelah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan, beliau bersabda : “jika Zaid terluka (syahid) maka penggantinya adalah Ja’far bin Abu Tholib, dan jika Ja’far terluka maka penggantinya adalah Abdullah bin Rowahah”. (Ibnu Ishaq).<br />
Setelah pasukan muslim berjalan dan saat tiba disamping kota yang bernama mu’tah, pasukan muslim bertemu dengan pasukan Romawi yang jumlahnya melebihi 200 ribu tentara, hingga terjadilah peperangan yang sengit, dan Zaid dengan gagah maju ke tengah pasukan musuh tidak mengindahkan jumlah dan perlengkapan mereka, dengan mengayunkan pedangnya ke kiri dan ke kanan sambil membawa bendera di tangan yang lainnya, dan ketika pasukan musuh melihat keberanian beliau mereka menikamnya dari belakang hingga akhirnya beliau menemui syahidnya sambil memegang bendera tersebut, dan Rasulullah saw pun berdo’a untuknya : “Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian, sungguh (Zaid) telah menemui cita-citanya untuk masuk surga”. (Ibnu Sa’ad). </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-65399065249178680842012-07-20T06:00:00.000-07:002012-07-20T06:00:45.945-07:00Hikmah Dan Manfa'at Puasa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
Hikmah Puasa<br />
<br />
<div class="content"> <div class="entry-content" itemprop="articleBody"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimO6oMXYM6ovFWqcg9JQAtc11LQ3JHMaR0FhV2mBDyTvKbp7Cg_vazf47MNV_oGyPijAd7VfAzBbsj7niWpqOs4XJOKRQ7ZgLRruqeR7HyHQkkhQtUgn329xP43X6s79uXkBoc-PO0LMA/s1600/lagi-puasa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimO6oMXYM6ovFWqcg9JQAtc11LQ3JHMaR0FhV2mBDyTvKbp7Cg_vazf47MNV_oGyPijAd7VfAzBbsj7niWpqOs4XJOKRQ7ZgLRruqeR7HyHQkkhQtUgn329xP43X6s79uXkBoc-PO0LMA/s200/lagi-puasa.jpg" width="200" /></a></div>Shaum (puasa) yang disyariatkan dan difardukan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya mempunyai hikmah dan manfaat yang banyak sekali. Di antara hikmah puasa adalah bahwasanya puasa itu merupakan ibadah yang bisa digunakan seorang hamba untuk bertaqarrub kepada Allah dengan meninggalkan kesenangan-kesenangan dunianya seperti makan, minum dan menggauli istri dalam rangka untuk mendapatkan ridha Rabbnya dan keberuntungan di kampung kemuliaan (yaitu kampung akhirat).<br />
Dengan puasa ini jelas bahwa seorang hamba akan lebih mementingkan kehendak Rabbnya daripada kesenangan-kesenangan pribadinya. Lebih cinta kampung akhirat daripada kehidupan dunia.<br />
Hikmah puasa yang lain adalah bahwa puasa adalah sarana untuk menghadapi derajat takwa apabila seseorang melakukannya dengan sesungguhnya (sesuai dengan syariat). Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (Al-Baqarah:183)<br />
Orang yang berpuasa berarti diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah, yakni dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Inilah tujuan agung dari disyariatkannya puasa. Jadi bukan hanya sekadar melatih untuk meninggalkan makan, minum, dan menggauli istri.<br />
Apabila kita membaca ayat tersebut, maka tentulah kita mengetahui apa hikmah diwajibkannya puasa, yakni takwa dan menghambakan diri kepada Allah. Adapun takwa adalah meninggalkan keharaman-keharaman, dan kata takwa ini ketika dimutlakkan (penggunaannya) maka mengandung makna mengerjakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan,<br />
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap amalan dia meninggalkan makanan dan minumannya." (HR. Al-Bukhariy no.1903).<br />
Di antara hikmah puasa juga adalah melatih seseorang untuk menguasai dan berdisiplin dalam mengatur jiwanya. Sehingga ia akan mampu memimpin jiwanya untuk meraih kebahagiaan dan kebaikannya di dunia dan di akhirat serta menjauhi sifat kebinatangan.<br />
Puasa juga mengandung berbagai macam manfaat kesehatan yang direalisasikan dengan mengurangi makan dan mengistirahatkan alat pencernaan pada waktu-waktu tertentu serta mengurangi kolesterol yang jika terlalu banyak akan membahayakan tubuh.<br />
<br />
Manfa'at Puasa<br />
<br />
Untuk Jantung Kita<br />
- <br />
<div style="text-align: justify;">Banyak studi menunjukkan bahwa puasa yang benar dapat membalikkan proses penuaan, memperpanjang umur, penyadaran dan penemuan diri.</div><br />
<br />
Jantung Anda berdetak 101.000 kali per hari. Selama hidup, jantung akan berdetak kira-kira 3 miliar kali dan memompa sekitar 400 juta liter darah.</div><div class="entry-content" itemprop="articleBody"><br />
Untuk Kesehatan<br />
- <br />
Pengaruh mekanisme puasa terhadap kesehatan jasmani meliputi berbagai aspek kesehatan, diantaranya yaitu :<br />
<ul><li> Memberikan kesempatan bagi alat pencernaan untuk beristirahat.</li>
<li>Membebaskan tubuh dari racun, kotoran, dan ampas yang merusak kesehatan.</li>
<li>Memblokir makanan untuk bakteri, virus, dan sel kanker sehingga kuman-kuman tersebut tidak bisa bertahan hidup.</li>
<li>Menambah jumlah sel darah putih dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pada minggu pertama puasa belum ditemukan pertumbuhan sel darah putih. Namun, mulai hari ketujuh (minggu kedua), penambahan sel darah putih pesat sekali. Darah putih merupakan unsur utama dalam sistem pertahanan tubuh.</li>
<li>Menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh.</li>
<li>Memperbaiki fungsi hormon yang diperlukan dalam berbagai proses fisiologis dan biokimia tubuh. Hormon dikeluarkan oleh kelenjar endokrin dan hipofisis sebagai reaksi tubuh terhadap berbagai tekanan dan stres lingkungan. Kekurangan atau kelebihan produksi hormon tertentu akan berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Misal ketika mengalami stres, hormon insulin dan adrenalin yang mengatur waktu lapar terganggu sehingga nafsu makan hilang atau bahkan datang lebih cepat. Kekurangan produksi hormon insulin berakibat munculnya penyakit diabetes, sedangkan bila berlebihan tubuh akan menderita hiperglikemia. Pada saat puasa orang akan bersabar dan berusaha menahan amarah dan senantiasa pasrah pada Tuhan. Hal itu akan membuat fungsi hormon berjalan normal sehingga irama hidup lebih harmonis.</li>
<li>Meremajakan sel-sel tubuh. Ketika kita berpuasa, organ tubuh berada pada posisi rileks, sehingga mempunyai kesempatan untuk memperbarui sel-selnya.</li>
<li>Meningkatkan fungsi organ tubuh. Puasa akan memberikan rangsangan terhadap seluruh sel, jaringan, dan organ tubuh. Efek rangsangan ini akan menghasilkan, memulihkan, dan meningkatkan fungsi organ sesuai fungsi fisiologisnya, misalnya panca indra menjadi lebih tajam.</li>
<li>Puasa meningkatkan fungsi organ reproduksi. Hal ini terkait dengan peremajaan sel-sel yang berpengaruh pada sel-sel urogenitalis dan alat-alat reproduksi lainnya. Hormon yang berkaitan dengan masalah perilaku seksual tidak hanya dihasilkan oleh organ indung telur (estrogen) dan testis (testosteron), tetapi juga oleh kelenjar hipofisis.</li>
</ul>Disunahkan agar berbuka puasa diawali dengan makan buah kurma, atau dengan buah-buahan dan minuman yang manis seperti madu. Ajaran ini mengandung makna kesehatan karena buah-buahan dan minuman yang manis merupakan bahan bakar siap pakai yang dapat segera diserap oleh tubuh untuk memulihkan tenaga setelah seharian tubuh tidak disuplai oleh makanan dan minuman. Glukosa yang terkandung di dalam buah-buahan dan minuman yang manis merupakan sumber energi utama bagi sel-sel tubuh. Glukosa efektif dibutuhkan ketika tubuh memerlukan masukan energi yang diperlukannya.<br />
Anjuran sahur bukan semata-mata untuk mendapatkan tenaga yang prima selama menunaikan ibadah puasa, melainkan juga mengandung makna bahwa puasa perlu persiapan agar selama berpuasa produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu.<br />
Pada waktu buka puasa dan sahur suplai gizi perlu diusahakan memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh, meliputi enam jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pentingnya keseimbangan gizi sering kurang disadari karena hasilnya tidak terlihat langsung. Seseorang yang kekurangan zat gizi tertentu sama bahayanya dengan mereka yang kelebihan gizi tertentu. Makan yang seimbang baik dalam porsi maupun gizi akan mempengaruhi susunan saraf pusat dan kondisi biokimia tubuh. Makan yang seimbang adalah makan yang tidak kekurangan tetapi juga tidak berlebihan, yang disesuaikan dengan usia, kualitas dan kuantitas gerak serta kondisi tubuh.<br />
Pada beberapa orang, pada saat puasa mempunyai keluhan seperti merasa lemas dan lesu atau stamina menurun, juga gangguan pencernaan seperti perut kembung dan gangguan lambung. Beberapa bahan pangan tertentu seperti madu, jahe, kencur, temu lawak, dan bahan-bahan lainnya dapat digunakan untuk mengatasi stamina menurun, kembung, dan gangguan lambung pada saat puasa.<br />
<br />
Dan ini adala beberapa Makanan alami Penunjang Puasa kita Agar Tetap Fit<br />
- <br />
<strong>1.MADU</strong><br />
Khasiat : meningkatkan stamina serta mempertahankan stabilitias tubuh agar tetap sehat dan bugar, melancarkan proses metabolisme, untuk kecantikan dan awet muda, mencegah gangguan pencernaan, dan lain-lain<br />
<strong>2.KURMA</strong><br />
Khasiat : meningkatkan stamina dan energi, mencegah & mengatasi anemia (kurang darah), melancarkan pembuangan, sebagai penenang (merileksasi sel otot tubuh yang tegang), mencegah pendarahan rahim.<br />
<strong>3.JAHE (Zingiber officinale Rosc.)</strong><br />
Khasiat : meningkatkan stamina, mengatasi perut kembung, masuk angin, mual, muntah, sakit kepala, pusing, demam, dan lain-lain<br />
<strong>4.TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza)</strong><br />
Khasiat : kolesterol tinggi, meningkatkan stamina tubuh/tonikum, kurang darah, radang lambung/maag, perut kembung, dan lain-lain.<br />
<strong>5.KENCUR (Kaempferia galanga)</strong><br />
Khasiat : meningkatkan stamina tubuh, menghilangkan bau mulut, radang lambung, kembung, mual, muntah, masuk angin, dan lain-lain.<br />
<strong>6.Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas)</strong><br />
Khasiat : perut kembung, peluruh kentut, masuk angin, gangguan lambung<br />
<strong>7.KUNYIT (Curcuma domestica Val.)</strong><br />
Khasiat /efek ; radang lambung, memperlancar pengeluaran empedu sehingga mengurangi perut kembung, mual, dan rasa begah di perut.<br />
<strong>8.KAPULAGA (Amomum cardamomum)</strong><br />
Khasiat : untuk radang lambung, mual, muntah-muntah, perut sebah dan kembung.<br />
<strong>9.Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)</strong><br />
Khasiat : untuk radang lambung, mual, muntah-muntah, perut sebah dan kembung.<br />
disadur dari berbagai sumber <br />
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
</div><br />
</div></div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-9780472180950021982012-07-17T17:00:00.000-07:002012-07-17T17:00:45.241-07:00KEUTAMAAN DAN MANFAAT SHOLAT TAHAJUD<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3kYL72tLmBd5J8YQOZ0ziuj-rbQvE1sAiz9ezrODVuUp4-AwFTJe3Nt95YcvtaMkOMaQJKpl0p9TY9mFHMt86icc7VIVzmxwHk6NKPQ9D9c-OBjX1dWZuLNZV2k9Ukf44OKRDSfbVfDM/s1600/tahajjud.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="130" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3kYL72tLmBd5J8YQOZ0ziuj-rbQvE1sAiz9ezrODVuUp4-AwFTJe3Nt95YcvtaMkOMaQJKpl0p9TY9mFHMt86icc7VIVzmxwHk6NKPQ9D9c-OBjX1dWZuLNZV2k9Ukf44OKRDSfbVfDM/s200/tahajjud.jpg" width="200" /></a></div><span id="goog_1929185316"></span><span id="goog_1929185317"></span>Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakan sholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT. <br />
Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :<br />
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”<br />
(QS : Al-Isro’ : 79)<br />
Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan . <br />
Sahabat Abdullah bin<br />
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :<br />
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi) <br />
Bersabda Nabi Muhammad SAW :<br />
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )<br />
Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :<br />
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :<br />
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )<br />
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )<br />
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh ) <br />
Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”<br />
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :<br />
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)<br />
Bersabda Rosulullah SAW :<br />
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )<br />
Nabi SAW bersabda lagi :<br />
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )<br />
Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :<br />
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )<br />
Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :<br />
1) 2 raka’at shalat Iftitah.<br />
2) 8 raka’at shalat Tahajud.<br />
3) 3 raka’at shalat witir.<br />
Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.Rasulullah SAW bersabda :<br />
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya<br />
disiram air.” (HR Abu Daud)<br />
Bersabda Nabi SAW :<br />
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga<br />
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)<br />
Keutamaan Shalat Tahajud :<br />
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan<br />
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”<br />
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :<br />
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.<br />
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.<br />
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh<br />
semua manusia.<br />
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.<br />
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.<br />
Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :<br />
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.<br />
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.<br />
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.<br />
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.<br />
(Bahan (materi) di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” (Bimbingan <br />
Lengkap dan Praktis) Oleh: Abdul Manan bin H. Muhammad S<br />
<br />
<br />
MANFAAT SHOLAT TAHAJUD<br />
<br />
Satu hal yang istimewa dalam shalat Tahajjud, bahwa satu-satunya shalat sunnah yang perintahnya terdapat langsung dalam Al Qur’an adalah Tahajjud. Hal ini mengisyaratkan kedudukan tinggi yang memiliki derajat yang hampir setara dengan shalat wajib, bahkan Rasulullah s.a.w. sendiri menegaskan bahwa jikalau tidak memberatkan umat Islam niscaya beliau mewajibkan umatnya mengerjakan shalat tahajjud. Selain itu pula, perintah tersebut mengisyaratkan banyaknya rahasia-rahasia ilahi yang tersimpan dalam “peti” shalat tahajjud ini berupa hikmah dan manfaat bagi pelakunya. Banyak hadits-hadits shahih, mutiara-mutiara alim ulama dan pengalaman spritual yang membuktikan kebenaran keutamaan shalat yang dikerjakan di sepertiga malam terakhir ini, bahkan kalangan medis pun turut serta mengadakan riset ilmiah manfaat tahajjud dari sisi medis.<br />
Salah satunya adalah Drs. KH. Ibnu Hajar dalam bukunya “Kiat Sehat Alami Tanpa Obat” menjelaskan bahwa shalat Tahajjud dapat mencegah terhadap kebekuan lemak tubuh. Menurutnya bahwa cuaca pada malam hari biasanya dingin/lembab, banyak lemak jenuh yang melapisi syaraf kita menjadi beku. Sehingga kalau system pemanas tubuh tidak diaktifkan maka syaraf menjadi kedinginan, bahkan cholesterol dan asam urat berubah menjadi pengkapuran. Sehingga ketika seseorang mengerjakan shalat Tahajjud secara tidak langsung ia mengaktifkan system pemanas tubuh untuk menghentikan pembekuan lemak.<br />
Selain itu pula, shalat tahajjud dapat mencegah penyakit paru-paru basah. Karena saluran kelebihan uap air dan paru-paru ke ginjal yang ada dibagian belakang tubuh kita kalau terlalu lama tidur akan tergencet berat badan kita sehingga menyebabkan paru-paru menjadi lembab dan saluran tersebut tersumbat.<br />
Subhanallah, Maha Besar Allah yang telah menitipkan manfaat medis dalam pengabdian kepada-Nya, begitu besar fungsi proteksi Tahajjud terhadap tubuh manusia dari segala penyakit, khususnya di era modern ini yang menawarkan menu-menu makanan fast food (siap saji) yang justru amat rentan dengan penyakit, dan fasilitas-fasilitas kendaraan yang menjadikan seseorang memanjakan tubuhnya dari melakukan gerakan-gerakan yang mengaktifkan system pemanas tubuh.<br />
Suatu hal yang menarik pula untuk direnungkan, dr. Mohammad Saleh salah satu dosen IAIN Surabaya telah melakukan riset tentang shalat tahajjud ini. menurutnya bahwa shalat sunnah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi penyakit kanker.<br />
Tidak percaya? Cobalah anda rajin-rajin shalat tahajjud. Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya anda terbebas dari infeksi dan kanker. Dalam sebuah desertasinya yang berjudul “Pengaruh shalat tahajjud terhadap peningkatan perubahan respon ketahanan tubuh imonologik: Sautu pendekatan siko-neuroimonologi”, ia mengungkapkan bahwa shalat tahajud dapat menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imonolog) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfositnya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi. Shalat Tahajjud yang dimaksudkan shalat bukan sekedar menggugurkan status shalat yang muakkadah itu, namun lebih dititik beratkan pada sisi rutinitas shalat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. Selama ini, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis.<br />
Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol. Parameternya, bisa diukur dengan kondisi tubuh.<br />
Penemuan DR. Shaleh ini melalui penelitian terhadap 41 responden siswa SMU Luqman Hakim pondok pesantren Hidayatullah Surabaya, mereka semua diperintahkan untuk melakukan shalat tahajjud setiap malam. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan shalat Tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan shalat Tahajjud selama dua tahun. shalat dimulai pukul 02.00-3.30 sebanyak 11 rakaat, masing-masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Kemudian, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium. Hasilnya ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin tahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud.<br />
Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajjud memiliki ketahanan tubuh dan kemamuan individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi shalat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efektif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress.<br />
Orang yang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan shalat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker.<br />
Dengan demikian, berdasarkan hitungan teknik medis menunjukkan bahwa shalat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugerah yang diberikan oleh Allah kepadanya.<br />
Kesimpulan dari uraian ini, bahwa shalat tahajjud tidak hanya memiliki implikasi terhadap nilai spritual saja, namun tak kalah pentingnya, tahajjud memiliki fungsi proteksi yang mencegah pelakunya dari berbagai penyakit seperti Kanker, infeksi, paru-paru basah dan kebekuan lemah. Inilah refleksi maqamaam mahmuda (derajat mulia) yang Allah berikan kepada orang-orang yang gemar mengerjakan shalat tahajjud, sehat secara lahir dan sehat secara bathin. Semoga Allah s.w.t. senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya untuk melakukan pengabdian diri secara totalitas. Amin<br />
<br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-62226543858958098742012-07-12T17:12:00.000-07:002012-07-12T17:12:30.254-07:00MANFAAT KURMA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxXPn0CObbJ98UsE-IIjFDFJX1iKON5zTc9bdf5wX3CjGAX4I9ke3MXR68ctbhNH-AV8dOVtlBd2662b75Rv3-skGutT7mOsHx9WhvCrXUs6Iwv9PkeBV25HrasiX4f30-x1L4E_MK2ys/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxXPn0CObbJ98UsE-IIjFDFJX1iKON5zTc9bdf5wX3CjGAX4I9ke3MXR68ctbhNH-AV8dOVtlBd2662b75Rv3-skGutT7mOsHx9WhvCrXUs6Iwv9PkeBV25HrasiX4f30-x1L4E_MK2ys/s200/images.jpeg" width="200" /></a></div> Kurma adalah buah yang tumbuh dari pohon palem keluarga <em>Arecaceae</em> dari genus <em>phoenix</em>. Nama ilmiah kurma adalah <em>dactylifera phoenix</em>. Kurma diyakini berasal dari tanah di sekitar tepi sungai Nil dan Efrat. Sekarang pohon kurma dibudidayakan secara luas di wilayah beriklim hangat di semua benua, termasuk di Afrika, Australia dan Amerika (California).<br />
Kurma segar memiliki daging berserat lembut dan rasanya sangat manis, seperti campuran sirup gula dan madu. Daging buah kurma berisi gula sederhana seperti fruktosa dan dekstrosa yang mudah dicerna dan cepat mengisi ulang energi tubuh. Karena karakteristik tersebut, kurma sangat cocok untuk mengawali berbuka puasa.<br />
<table border="1" style="float: right; margin-left: 15px; margin-right: 0px; text-align: right;"><caption style="text-align: center;"><strong>Rincian kandungan gizi kurma (</strong><span style="font-size: x-small;"><strong>per 100 g)</strong></span>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">(Sumber: <em>USDA National </em></span><span style="font-size: x-small;"><em>Nutrient Database</em>)</span></span></caption><tbody>
<tr><th style="text-align: left; width: 110px;">Unsur</th><th style="text-align: right; width: 68px;">Nilai gizi</th><th style="text-align: right; width: 80px;">Persen kecukupan gizi</th></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Energi</td><td style="width: 68px;">277 Kkal</td><td style="width: 80px;">14%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Karbohidrat</td><td style="width: 68px;">74,97 g</td><td style="width: 80px;">58%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Protein</td><td style="width: 68px;">1,81g</td><td style="width: 80px;">3%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Total Lemak</td><td style="width: 68px;">0,15 g</td><td style="width: 80px;"><1%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Kolesterol</td><td style="width: 68px;">0 mg</td><td style="width: 80px;">0%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Serat makanan</td><td style="width: 68px;">6,7 g</td><td style="width: 80px;">18%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Asam Folat</td><td style="width: 68px;">15 mcg</td><td style="width: 80px;">4%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Niacin</td><td style="width: 68px;">1,610 mg</td><td style="width: 80px;">10%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Asam pantotenat</td><td style="width: 68px;">0,805 mg</td><td style="width: 80px;">16%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Piridoksin</td><td style="width: 68px;">0,249 mg</td><td style="width: 80px;">19%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Riboflavin</td><td style="width: 68px;">0,060 mg</td><td style="width: 80px;">4.5%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Thiamin</td><td style="width: 68px;">0,050 mg</td><td style="width: 80px;">4%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Vitamin A</td><td style="width: 68px;">149 IU</td><td style="width: 80px;">5%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Vitamin C</td><td style="width: 68px;">0 mg</td><td style="width: 80px;">0%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Vitamin K</td><td style="width: 68px;">2,7 mcg</td><td style="width: 80px;">2%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Sodium</td><td style="width: 68px;">1 mg</td><td style="width: 80px;">0%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Potasium</td><td style="width: 68px;">696 mg</td><td style="width: 80px;">16%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Kalsium</td><td style="width: 68px;">64 mg</td><td style="width: 80px;">6.5%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Tembaga</td><td style="width: 68px;">0,362 mg</td><td style="width: 80px;">40%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Besi</td><td style="width: 68px;">0,90 mg</td><td style="width: 80px;">11%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Magnesium</td><td style="width: 68px;">54 mg</td><td style="width: 80px;">13%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Mangan</td><td style="width: 68px;">0,296 mg</td><td style="width: 80px;">13%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Fosfor</td><td style="width: 68px;">62 mg</td><td style="width: 80px;">9%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Seng</td><td style="width: 68px;">0,44 mg</td><td style="width: 80px;">4%</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Beta karoten</td><td style="width: 68px;">89 mcg</td><td style="width: 80px;">–</td></tr>
<tr><td style="text-align: left; width: 110px;">Lutein-zeaxanthin</td><td style="width: 68px;">23 mcg</td><td style="width: 80px;">–</td></tr>
</tbody></table><strong>Kandungan nutrisi kurma </strong><br />
Kurma memiliki daftar panjang kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh. Tabel di samping menunjukkan kandungan gizi dan unsur non-gizi yang ada pada kurma.<br />
Kurma matang mengandung gula sekitar 80%, sisanya terdiri dari protein, lemak dan produk mineral termasuk tembaga, besi, magnesium dan asam folat. Kurma kaya dengan serat dan merupakan sumber kalium yang sangat baik. Lima butir kurma (sekitar 45 gram) mengandung sekitar 115 kalori, hampir semuanya dari karbohidrat.<br />
<strong>Khasiat buah kurma</strong><br />
<ol><li>Kaum Arab Badui, yang makan kurma secara teratur, menunjukkan tingkat kejadian yang sangat rendah dari kanker dan <a href="http://majalahkesehatan.com/9-gangguan-jantung-yang-wajib-anda-ketahui/">penyakit jantung</a>.</li>
<li>Buah kurma kaya serat yang mencegah penyerapan <a href="http://majalahkesehatan.com/arti-hasil-tes-kolesterol-darah-anda/">kolesterol LDL</a> dalam usus. Kandungan serat kurma juga membantu melindungi selaput lendir usus dengan mengurangi paparan dan mengikat bahan kimia yang menyebabkan kanker usus besar.</li>
<li>Sebagai makanan laksatif (laxative food), kurma bermanfaat melancarkan buang air besar dan mencegah konstipasi.</li>
<li>Kurma mengandung antioksidan yang dikenal sebagai tanin. Tanin diketahui bersifat <a href="http://majalahkesehatan.com/10-tips-mencegah-penyakit-infeksi/">anti-infeksi</a>, anti-inflamasi dan anti-hemoragik.</li>
<li>Kurma adalah sumber vitamin A, yang dikenal memiliki sifat antioksidan dan sangat penting untuk <a href="http://majalahkesehatan.com/wortel-membuat-mata-indah/">kesehatan mata</a>. Vitamin A juga diperlukan <a href="http://majalahkesehatan.com/manfaat-vitamin-bagi-kesehatan-kulit/">menjaga kulit tetap sehat</a>. <a href="http://majalahkesehatan.com/9-manfaat-mengkonsumsi-buah-buahan/">Konsumsi buah-buahan </a>alami yang kaya akan vitamin A diketahui membantu melindungi dari kanker paru-paru dan rongga mulut.</li>
<li>Kurma merupakan sumber zat besi yang sangat baik. Besi adalah komponen dari hemoglobin di dalam sel darah merah yang menentukan daya dukung oksigen darah.</li>
<li>Kalium dalam kurma adalah komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengendalikan denyut jantung dan tekanan darah, sehingga memberikan perlindungan terhadap <a href="http://majalahkesehatan.com/penyakit-jantung-koroner/">penyakit jantung koroner</a> dan <a href="http://majalahkesehatan.com/gejala-dan-penanganan-stroke-ringan/">stroke</a>.</li>
<li>Kalsium merupakan mineral penting dalam pembentukan tulang dan gigi, dan dibutuhkan oleh tubuh untuk kontraksi otot, penggumpalan darah dan konduksi impuls saraf.</li>
<li>Mangan digunakan oleh tubuh sebagai unsur pendukung untuk enzim antioksidan superoksida dismutase.</li>
<li>Tembaga diperlukan dalam produksi sel darah merah.</li>
<li>Magnesium sangat penting bagi pertumbuhan tulang.</li>
<li>Kurma kaya akan vitamin K dan vitamin B-kompleks, yaitu piridoksin (vitamin B-6), niacin, asam pantotenat dan riboflavin. Vitamin ini membantu tubuh dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Vitamin K sangat penting dalam pembekuan darah dan metabolisme tulang.</li>
</ol>Kalau begitu, betul sekali anjuran Nabi Muhammad untuk mengawali berbuka puasa dengan tiga butir kurma!</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5469060263573913319.post-80081434571857651112012-07-11T16:35:00.000-07:002012-07-11T16:35:34.733-07:00KHASIAT SHOLAWAT NABI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRYOU0BPTjpt3jZRt3U2vMKOoE3XDZO5OHVPhH5X-7n8nL2pVzoFoHWfyGBqccc2IzdM9CP6wiCuHtQLERL0YHfCAo_1Y6BcnEbvl1Y2M6Uajjnprq1cUuxMkVKHTw1f4ocEwDEK5McFg/s1600/image%5B8%5D.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRYOU0BPTjpt3jZRt3U2vMKOoE3XDZO5OHVPhH5X-7n8nL2pVzoFoHWfyGBqccc2IzdM9CP6wiCuHtQLERL0YHfCAo_1Y6BcnEbvl1Y2M6Uajjnprq1cUuxMkVKHTw1f4ocEwDEK5McFg/s200/image%5B8%5D.png" width="200" /></a></div><div align="justify">Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda “Orang yang pantas berada di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang memperbanyak sholawat atasku.” (HR. Tirmidzi) </div><div align="justify">Shalowat yang berasal dari kata <i>al-Shalah, </i>secara etimologi mempunyai arti yaitu do’a dan rahmat. Secara lebih khusus, sholawat mempunyai makna rahmat Allah Swt yang disertai pemuliaan-Nya atas Nabi Muhammad SAW. Namun, sebagian <i>jumhur </i>mentafsirkan bahwa sholawat berarti rahmat yang datang dari Allah Swt, dan pengampunan dosa dari malaikat, serta tunduk dan do’a dari selain keduanya seperti manusia, hewan, hingga benda mati.</div><div align="justify">Hadist yang tesebut di atas, mengingatkan kita akan urgensi dan keutamaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW. Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita tunduk dan memuliakan junjungan nabi kita Muhammad SAW atas apa yang telah beliau lakukan untuk umatnya semasa hidup. Sholawat atas beliau adalah satu dari sekian banyak <i>wasilah</i> atau cara untuk memuliakan beliau. Jangankan kita manusia yang notabene adalah umat beliau, Allah Swt dan malaikat-Nya pun juga bersholawat kepada beliau. Allah Swt befirman dalam al-Qur’an yang bunyinya “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat atas nabi. Hai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu atas nabi dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS al – Ahzab : 56)</div><div align="justify">Allah Swt dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan risalah-Nya, dan menjadikannya <i>rahmatan lil ‘alamien</i>, serta pembawa berita gembira bagi orang-orang mu’min, dan pemberi syafa’at bagi umat pilihannya. Maka, sudah menjadi kewajiban seorang muslim dan seluruh umat Nabi Muhammad SAW untuk bersholawat atasnya sebagai bentuk rasa tunduk dan penghormatan kepada beliau. </div><div align="justify">Orang yang selalu bershalawat atas Nabi Muhammad SAW akan merasakan fadhilah dan keutamaan dari shalawat tersebut. Ada beberapa hadist yang menjelaskan khasiat dan fadhilah serta keutamaan dari sholawat, satu diantaranya berbunyi “Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali." (HR. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga). Dalam hadist lainnya, Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa'atku." (HR. Thabarani)</div><div align="justify">Namun, barangsiapa yang melalaikan dan enggan untuk bersholawat atas Nabi Muhammad SAW, maka ia juga akan merasakan akibat dan dampak dari kelalaiannya itu. Rasulullah SAW bersabda “Termasuk orang yang bakhil adalah orang yang apabila namaku disebut ia tidak bersholawat atasku.” (HR. Tirmidzi)</div>Bersabda Nabi Muhammad SAW :<br />
<ol><li>Siapa yang bersholawat atas diriku satu kali maka Allah SWT akan bershalawat atas dirinya 10 kali. </li>
<li>Siapa yang bersholawat atas diriku 1000 kali maka dia tidak mati sehingga diberi kabar dengan surga. </li>
<li>Sesungguhnya orang yang paling utama di sisiku pada hari kiamat nanti, adalah orang yang paling banyak membaca shalawat atas diriku. </li>
<li>Siapa membaca shalawat atas diriku setiap jum'at 40 kali, maka Allah menghapuskan seluruh dosa-dosanya. </li>
<li>Siapa yang bershalawat atas diriku dalam sehari 100 kali, maka Allah memenuhi baginya seratus kebutuhan, yang 70 di antaranya untuk akheratnya dan 30 di antaranya dunianya. </li>
</ol><i>begitu besarnya fadilah membaca shlawat maka rugilah orang yang tidak membaca shalawat </i><br />
Setelah membaca risalah tingkat ini yang saya tukil (ambil) dari kitab Al A'malul Kubro semoga kita bertambah kuat iman kitab kepada Allah dan Rasunya dan bertambah pula kecintaan kita mendapat rahmat Allah dan Syafaat dari Rasulnya yang mulia di akherat kelak. <br />
Amin.........<br />
<div align="justify"><span style="color: green;">Ada satu riwayat ... salah seorang pendurhaka dari Bani Israil mati. Mayatnya dilempar oleh masyarakat karena sangat durhakanya. Tiba-tiba Alloh menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as., “Mandikanlah dan sholatkanlah mayat itu karena Aku telah mengampuninya”. Nabi Musa heran dan bertanya, “Ya Alloh, apa sebabnya dia mendapat ampunanMu?” JawabNya, “Suatu hari ketika membaca Taurat dia mendapati nama Muhammad, lalu ia membaca sholawat untuknya, maka dia diampuni”. Dari sini Abul Hasan Al Bakri berkata, “Hendaknya seseorang jangan kurang membaca sholawat tiap hari 500 kali walau dalam bentuk bahasa yang sesingkat-singkatnya”. Abu Tholib Al Makki berkata, “Jangan kurang dari 300 kali membaca sholawat tiap hari”.</span></div><div align="justify">Inilah sebagian fadhilah bagi orang-orang yang sering bersholawat atas Nabi Muhammad SAW dan celaan bagi yang melalaikannya.</div><div align="justify"><br />
</div>sumber : <a href="http://y2pin.blogspot.com/search/label/Khasiat%20Sholawat">http://y2pin.blogspot.com/search/label/Khasiat%20Sholawat</a></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16359422926695742781noreply@blogger.com0