J'art Kaligrafi Gallery Pengrajin kaligrafi kaligrafi unik,kaligrafi jarum,kaligrafi islam
Sumber: Buletin InfoDT Jakarta - No.13/Tahun IV/Agustus 2004
Oleh : Aa Gym
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Satu ciri ketakwaan seseorang kepada Allah adalah sifat bijak dalam kehidupannya. Yaa Ayyuhan naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wa untsa wa ja'alnaakum syu'uubaw waqabaa-ila li ta'aarafuu inna akramakum'indallahi atqaakum innallaha 'aliimun khabiir (Qs.Al-Hujuraat ayat 13). "Hai sekalian manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti". Ciri orang yang bertaqwa adalah dia merupakan orang yang bijaksana. Pertanyaan pertama ketika kita bercermin adalah apakan diri ini sudah bijak, jika jawabannya belum maka jadikanlah hal ini sebagai sebuah cita-cita.
Jika ada yang mengatakan rindu pemimpin yang bijak, jika kita mengatakan bahwa bangsa ini krisis keteladanan, maka jangan mencari teladan karena susah untuk ditemukan, untuk itu yang paling mudah adalah menjadikan kita sebagai tauladan paling tidak untuk keluarga, janganlah menuntut untuk mendapatkan presiden yang bijak karena akan susah untuk didapat, karena itu yang dapat kita lakukan adalah menuntut diri kita sendiri. Orang yang bijaksana itu merupakan suatu keindahan tersendiri, misalkan ketika menjadi seorang guru yang bijak biasanya sangat disukai oleh murid-muridnya. Seorang pemimpin yang bijak biasanya ia disegani oleh kawan maupun lawan, jika orang tua bijaksana maka akan dicintai oleh anak-anaknya.
Pada dasarnya kebijakan ini tidak susah untuk dimiliki. Ud'u illa sabiili rabbika bil hikmati wal mau 'izhatil hasanati, wa jaadilhum billatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa'alamu bi man dhalla 'an sabilihii wa huwa a'lamu bil muhtadiin. Artinya: "Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara sebaik-baiknya, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".
Sumber kearifan dan kebijaksanaan dapat datang dari :
1. Sikap hidupnya yang siddiq yaitu orang yang sangat menyukai kebenaran, sekuat tenaga hidupnya berusaha berbuat benar dan selalu ingin membuat orang menjadi benar, semangat didalam hati akan cinta terhadap kebenaran, istiqomah dalam kebenaran dan ingin orang juga memiliki sikap yang benar maka hal tersebutlah yang membuat orang menjadi bijaksana.
2. Sikap hidup yang amanah, rasa tanggung jawab karena hidup yang hanya sekali dan ingin mempertanggung jawabkan hidup ini baik sebagai anak, ayah, orang tua, anggota masyarakat, sikap amanah ini timbul dari dalam jiwa kita.
3. Sikap hidup Fathonah, berwawasan luas, berilmu luas jadi begitu banyak pilihan sikap yang merupakan buah dari kecerdasan.
4. Sikap hidup yang Tabligh adalah dapat menyampaikan sesuatu dengan baik kebenaran. Sehingga menyebabkan mendapatkan sesuatu yang diinginkan tanpa merusak tatanan yang ada.
BAGAIMANA CARA MENJADI ORANG YANG BIJAK
1. Tidak Emosional, hal itu berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi bijaksana dan hanya dapat menjadi bijak dengan pertolongan Allah dan kegigihan usaha untuk berubah, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
2. Tidak egois, orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah selalu hidup dalam pengorbanan, begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh orang-orang yang berjuang penuh pengorbanan. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.
3. Suka cinta dan rindu pada nasihat, akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi orang yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa memimpin dengan baik.
4. Memiliki kasih sayang terhadap sesama, Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.
5. Selalu berupaya membangun, Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Orang yang bijak akan membangkitkan semangat orang yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Orang yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebathilan. Semangat orang yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang lain disekitarnya.
Jadi yang dibutuhkan pada seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam. Pemimpin yang bijak tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan dan tidak mengharapkan apapun dari yang telah di lakukan, adalah tidak akan bisa bijak jika kita mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya mengharapkan sesuatu dari yang kita kerjakan.
Alhamdulillaahirobbil’alamin
--------------------------------------------------------------------------------
Rangkuman Pengajian Majelis Manajemen Qolbu, Masjid Istiqlal, Ahad 8 Agustus 2004. - Humas DT Jakarta -
S a b a r
Sumber: Cyber MQ [Mata Air - Manajemen Qolbu]
Oleh : Aa Gym
"Dan sungguh akan Kami Berikan Cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita yang gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan Rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al-Baqarah (2):155-157)
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Saudaraku Yang budiman, Allah Yang Maha Agung akan mempergilirkan dalam kehidupan kita dengan berbagai masalah berupa dicekam rasa takut, lapar, kekurangan makanan dan buah-buahan, akan tetapi Allah menjanjikan orang-orang yang sabar.
Siapa orang sabar ? Yaitu orang yang ketika dihantam musibah dengan penuh keyakinan dia mengatakan inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Kami adalah milik Allah segala urusan kembali kepada Allah. Logika sederhana, ketika tukang parkir diambil mobil oleh pemiliknya dia tidak kecewa, mengapa? Karena dia merasa tidak memiliki, hanya merasa tertitipi, semuanya hanyalah titipan Allah kita tidak punya apapun. Kita hanya sekedar makhluk ciptaan Allah yang hidup sebentar dan tidak lama kita akan mati.
Kita tidak boleh merasa memiliki semua ini, kecuali hanya tertitipi, oleh karena itu, kalau sakit tubuh ini milik Allah. Allah munguji kita dengan sakit sebagai bahan evaluasi diri, bahan untuk bertaubat, ladang amal silahturrahmi dengan dokter berapapun biaya yang kita keluarkan untuk membayar dokter, itu adalah rizki milik Allah, walaupun habis harta kita membayar, tetapi semuanya hanya titipan Allah.
Anak, misalkan ada anak yang memiliki kekurangan, cacat dan sebagainya. Anak bukan milik kita, anak adalah titipan Allah. Kita tidak usah minder dengan keterbatasannya dan jangan sombong oleh kelebihannya semuanya hanya titipan Allah, semua ada waktunya, semua ada ajalnya.
Lampu suatu saat akan mati, pecah, atau rusak karena memang hanya titipan, sikapilah dengan sikap yang paling mulia. Sabar, sabar bukan pasrah, sabar bukan lemah, sabar bukan pasif, sabar adalah keterampilan seseorang merespon kejadian apapun dengan sikap terbaik yang di sukai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahu a' lam
--------------------------------------------------------------------------------
Cyber MQ - Situs Resmi Manajemen Qolbu
© ManajemenQolbu.com »» 2005
Kokoh dan Indahnya Silaturahmi
Sumber: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Saudaraku yang budiman, dengan bulan Ramadhan yang akan datang yaitu bulan penuh dengan hikmah, marilah kita jalani kehidupan kembali ke fitrah kita, sebagai insan Allah SWT. Dengan semangat yang baru, terutama diawali dengan
Pertama, Meningkatkan Silaturahmi
Hikmah dari sikap Nabi Muhammad selalu berbeda jalan ketika berangkat dan pulang dari masjid adalah karena beliau setiap waktu ingin selalu memperbanyak silaturahmi dengan umatnya. Artinya kitapun harus memiliki budaya yang sama yaitu upayakan memiliki jadwal dan cara khusus untuk bersilaturahmi dengan sebanyak mungkin kalangan, baik yang sudah dikenal ataupun yang belum. Baik yang akrab maupun yang tak menyukai kita.
Andai saja kita tahu kedahsyatan manfaat silaturahmi, niscaya sepanjang waktu ini rasanya ingin selalu bersilaturahmi. Setidaknya silaturahmi yang baik akan menambah saudara baru dan mempereratnya, menambah wawasan dan ilmu serta semakin menambah kekuatan bagi ukhuwah kita. Sering sekali terjadi salah paham karena lemahnya komunikasi akibat jarangnya bersilahturami. Pendek kata silahturami yang teratur dan terprogram dengan baik adalah bagian kunci suksesnya ukhuwah kita ini.
Kedua, Kirimlah Hadiah
Nabi Muhammad Saw, sudah mengisyaratkan bahwa berkiriman itu akan menambah rasa sayang dan memang kenyataannyapun demikian. Bila ada yang berkirim sesuatu yang bermanfaat bagi kita, pada umumnya akan senang hati dan merasa hutang budi, cenderung lebih memaafkan dan mempererat hubungan.
Oleh karena itu, kita harus memiliki program pengadaan dana untuk hadiah kepada orang tua, tetangga, kawan dekat, dan siapapun yang kita harapkan dapat bersinergi dalam ukhuwah ini. Tentu saja semuanya ini harus sangat terjaga, keikhlasannya. Biasakanlah setiap kali memiliki makanan, tetanggapun ikut menikmatinya. Jauh sangat lebih baik kita makan hanya separuh dari makanan sendiri dan sebagian yang lain dinikmati saudara seiman lainnya dari pada kenyang sendiri dan orang lain tak mendapatkan apapun.
Ketiga, Jauhi Perdebatan walaupun Benar
Jujur saja sebetulnya perdebatan yang banyak terjadi tampaknya bukan sedang mencari kebenaran tapi lebih dekat kepada mencari kemenangan pendapatnya sendiri, hal ini tampak dari cara dan bentuk percakapannya yang lebih menjurus pada berbantah-bantahan secara emosi, kata yang saling menyerang dan bau permusuhan saling menyudutkan, jauh dari cara kajian ilmiah yang penuh etika.
Maka sekiranya kita ada dalam situasi yang tak sehat ini menghindar dari berdebat bukanlah suatu tindakan menghindar dari kebenaran, melainkan menghindar dari peluang bangkit dan berkobarnya suasana permusuhan, berpalinglah dan carilah topik bahasan yang lebih mempersatukan.
Tentu saja bukan tidak boleh mengadakan diskusi pemecahan masalah, namun harus didasari kesiapan mental yang baik, kesiapan ilmu yang memadai, dan kesiapan mendengar serta berbicara yang baik pula, Insya Allah akan datang petunjuk Allah dalam mecari kebenaran.
Keempat, Selalu Berusaha Mendahului Menegur, Mengucapkan Salam, Berjabat Tangan Dengan Ramah Dan Tulus.
Dengan kata lain, praktekkan lima (5) S senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. Insya Allah interaksi kita kepada siapapun akan jauh lebih bermakna jikalau wajah kita senantiasa diliputi senyuman, sapa penuh kelembutan, dan akhlak yang penuh kerendahan hati akan memikat setiap orang yang kita jumpai. Alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun.
Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimanapun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemulian. (and/aep)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Keuntungan Hidup Bersahaja
Sumber: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, satu hal yang harus kita hindari adalah merasa kaya dengan apa yang kita miliki dan merasa cukup dengan karunia Allah. Lalu apa yang harus ada pada diri kita? Yang harus ada adalah merasa kaya dengan apa yang Allah jaminkan kepada kita. Mengapa demikian? Karena tidak sedikit orang yang sebenarnya memiliki pribadi miskin tetapi merasa kaya dengan tabungan yang dipunyai, merasa kaya dengan hartanya, atau merasa kaya dengan rumahnya yang megah.
Ciri-ciri orang yang mempunyai kekayaan dunia tetapi mempunyai kepribadian miskin adalah selalu mengambil sesuatu dari sana-sini tanpa peduli halal atau haram karena merasa miskin. Dia relakan dirinya terhina dengan mencuri uang orang lain atau mengambil kekayaan orang lain.
Orang yang kaya itu bukan yang banyak uangnya tetapi orang yang sedikit kebutuhannya. Ketahuilah orang yang tidak bersahaja dalam hidupnya akan sangat banyak pula kebutuhan dan pengeluarannya, akibatnya biaya untuk shadaqoh menjadi sedikit, biaya untuk menabung menjadi terbatas. Yang dia lakukan terus menerus memuaskan dirinya dengan mengganti perhiasan, mengganti mobil, ataupun mengganti sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.
Sebenarnya tidak dilarang untuk menggganti rumah, tapi yang kita butuhkan adalah orang yang punya harta yang berlebih untuk bisa dinafkahkan kepada saudara yang membutuhkan. Bersahaja itu bukan berarti sederhana tetapi menafkahkan harta dengan tidak berlebihan untuk memuaskan nafsunya dan juga tidak kikir dalam berbuat kebaikan.
Apakah sebenarnya keuntungan jika kita terbiasa bersahaja dalam hidup:
1. Tidak diperbudak oleh keinginan pamer. Kita tahu, jika suatu barang semakin bagus, semakin keren dan semakin bermerek kadang-kadang akan cenderung pamer. Sedangkan untuk pamer itu akan membuat kita tersiksa, bukankah ingin dilihat orang lain itu membuat diri kita tersiksa ? bukan tidak boleh memiliki barang yang bagus, tapi apalah artinya bagus tapi memperbudak diri kita.
2. Meminimalisir pengeluaran. Makin mahal suatu barang maka biaya perawatannya pun akan semakin mahal pula. Tapi kalau kita bersahaja Insya Allah biaya akan bisa ditekan. Selain itu kalau kita biasa bersahaja kita tidak akan membuat orang lain iri atau kotor hati. Apalagi kalau dia bersahaja dan mampu menahan dirinya untuk tidak pamer. Oleh karena itu jika kita membeli sesuatu yang baru harus disesuaikan keperluannya, artinya jika membeli sesuatu yang baru harus proporsional antara keperluan dan kemampuan. Wallahu a’lam (aep/and)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Bila Cemas Mendatangi Hati
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang budiman, kita janganlah pernah bermimpi dapat hidup dengan tenang dan bahagia sekiranya kita belum memiliki ilmu yang benar untuk mengarungi belantara dunia yang penuh dengan jebakan, rintangan dan ancaman berbahaya ini.
Cobalah tengok bagaimana kisah tarzan; semua hal yang mungkin dapat menyulitkan dan menyengsarakan, ternyata hal yang mudah saja bagi sang tarzan. Karena ia memiliki kunci pokok untuk mengatasi semua masalah dan kebutuhannnya tersebut, yakni ilmu. Ya tarzan tahu ilmu tentang seluk beluk hutan dan cara mengatasinya.
Tapi bandingkan dengan orang yang masuk ke hutan tanpa tahu seluk beluk hutan, tidak tahu cara menembusnya dan bagaimana menundukan binatang buas yang berkeliaran, niscaya dirinya akan dicekam perasaan tidak tentram, cemas, was-was, dan serba takut, walaupun dia berbekal ransel penuh dengan makanan, minuman, pakaian tahan dingin, dompet penuh uang serta senjata lengkap, tetapi karena tidak berbekal ilmu maka tetap saja kecemasan mendatangi hatinya.
Jadi apa sebenarnya ilmu untuk mengatasi rasa cemas dan was-was tadi? ilmunya hanyalah satu saudaraku, yakni ilmu dari Allah, dzat yang menciptakan dunia beserta segala isinya. Itulah Al Islam, dengan pedoman pokoknya berupa Al Qur’an dan As Sunnah. Semua rahasia kehidupan dunia dan akhirat dibeberkan dengan sempurna dan cermat di dalamnya, sehingga tidak ada satupun urusan, kecuali mesti ada rahasia jalan keluarnya.
Dengan demikian, kalau toh hidup ini kerapkali dicekam perasaan yang kacau balau dan menyengsarakan, maka penyebab pokoknya adalah karena kita kurang memahami ilmu dengan benar.
Dalam sebuah hadits dinyatakan, pada suatu ketika datanglah seseorang kepada Ibnu Ma’ud r.a, sahabat Rasulullah saw, untuk meminta nasihat. Wahai Ibnu Mas’ud, “ujarnya“ "berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram.Jiwaku gelisah dan pikiran pun serasa kusut, makan tak enak, tidur pun tidak nyenyak.”
Mendengar hal itu, Ibnu Mas’ud kemudian menasehatinya “Kalau penyakit seperti itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang membaca Al Qur’an, kau baca Al Qur’an atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya; atau pergilah ke majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah; atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian berkhalwatlah untuk menyembah-Nya, misalnya di tengah malam buta, ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, memohon ketenangan jiwa, ketentraman pikiran dan kemurnian hati kepada-Nya. Seandainya jiwamu belum terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain karena hati yang kau pakai itu bukanlah hatimu.
Setelah orang itu kembali ke rumahnya, diamalkannyalah nasihat Ibnu Mas’ud tersebut. Dia pergi mengambil air wudhu. Setelah itu, diambilnya Al Qur’an, kemudian dibacanya dengan hati yang khusyuk. Selesai membaca Al Qur’an, ternyata jiwanya berubah menjadi sejuk dan tentram, pikirannya pun menjadi tenang, sedangkan kegelisahannya hilang sama sekali. Wallahu a’lam (mq)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Hikmah Nasehat Menasehati
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, dalam Al Qur’an surat Al Ashr, Allah menjelaskan kepada kita tentang ciri orang beriman. Yaitu, orang-orang yang saling menasehati dalam kebeneran dan kesabaran. Artinya, setiap muslim beriman hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk saling mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada hal yang akan mendekatkan kepada Allah. Dan, melarang dari perbuatan yang tidak disukai Allah.
Salah sdatu hikmah mengapa kita harus saling menasehati adalah karena setiap orang mendambakan keselamatan hidup. Keselamatan dari kerusakan, dari hal-hal yang membahayakan dirinya, lahir atau batin. Dan, harus ada yang memberitahukan kepada kita tentang hal-hal yang tidak kita ketahui tersebut. Pemberitahuan itulah yang bisa jadi sebuah nasehat, masukan atau kritikan. Sehingga, sungguh sangat penting sebuah nasehat dalam kehidupan kita. Agar kita tahu kekurangan kita dan segera memperbaikinya.
Sayangnya, diantara kita masih belum siap menerima kritikan, nasehat dari orang lain. Terlebih jika orang yang memberi nasehat itu kita anggap lebih rendah dari kita. Sehingga, langkah awal kita untuk mengamalakan ayat di atas, adalah berusaha menerima kritikan, saran dari siapapun tentang diri kita, tanpa melihat dari siapa yang mengeluarkan nasehat trersebut.
Kita harus selalu bahagia, ketika ada yang memberikan saran kepada kita. Ibarat cermin, kita selalu ingin tampak rapih di depan cermin. Jika ada yang berantakan tanpa segan kita membetulkannya. Kita tidak kesal dengan cermin yang menampilkan bayangan kita yang berantakan. Justru kita tetap merapihkan bagian yang kurang bagus. Begitulah orang yang selalau senang menerima kritikan dari orang lain. Ia akan berterima kasih, bukannya marah atau kesal. Yang ia lakukan selanjutnya adalah segera memperbaiki kekurangan yang disebutkan itu, seperti saat ia lantas merapihkan dirinya di depan cermin.
Subhannalah, andai setiap orang mampu bersikap seperti hal ini. Senang menerima kritikandan segera memperbaikinya, tentu setiap akhlaq, perilaku kita dapat terjaga. Begitu ada yang salah dengan sikap kita, orang yang lain sigap memberitahukannya. Mudah-mudahhan suatu saat kita memiliki lingkungan seperti ini. Inilah hidup jika saling menasehati, Insya Allah. (yn)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Berkerja Keras dengan Cerdas
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, semoga Allah mengaruniakan semangat kepada kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Karena, itulah kunci meraih prestasi dalam segala hal. Semangat bekerja keras harus ada dalam diri. Dengan bekal semangat bekerja keras, diharapkan kita mampu berbuat semaksimal mungkin yang kita kerjakan.
Saudaraku, ternyata tidak cukup hanya kerja keras semata. Manusia juga membutuhkan kecerdasan dalam menjalankan aktivitasnya, agar hasil yang diharapkan dapat lebih optimal, dan jauh lebih baik dari sebelumnya. Kita tidak mungkin hanya mengandalkan kondisi fisik semata saat bekerja, karena kemampuan fisik manusia sangat terbatas. Ada potensi lain yang sesungguhnya dapat kita gali dan manfaatkan, yaitu potensi akal. Itulah yang disebut dengan bekerja cerdas. Jadi, kita bekerja dengan ilmu. Karena, ada orang yang kelihatannya sibuk sekali, pontang-panting tetapi hasil ia dapatkan tidak optimal. Malah, bisa jadi kesalahan yang didapatkan.
Saudaraku, minimal kita mengetahui dengan jelas tentang pekerjaan atau apa saja yang kita lakukan. Bagaimana caranya, apa yang harus dilakukan jika ada masalah. Dengan siapa kita dapat bekerjasama, dan segala hal yang menyakut pekerjaan kita. Lebih baik lagi, jika kita terus menambah ilmu, pemahaman agar dapat terus meningkatkan kualitas diri. Dan, orang seperti inilah yang akan bertahan, berprestasi dan memperoleh kesuksesan dalam karirnya.
Saudaraku, selain potensi jasad, dan akal, dimanfaatkan, yaitu potensi hati. Artinya, setelah kita sukses bekerja keras dengan cerdas, kita juga harus ikhlas. Amalan hati ini memang tidak mudah untuk dilakukan. Apalagi, ketika kita merasa sudah mampu menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik, kadangkala kita tidak hati-hati, terselip rasa riya (sombong) atau sombong. Menganggap bahwa keberhasilan itu adalah karena usaha kita berpayah-payah, Sehingga kita harus tetap mengikhtiarkan agar sikap ikhlas, mengharap keridhaan Allah tetap menjadi tujuan kita dalam segala aktivitas.
Itulah tiga potensi penting manusia yang telah diberikan Allah agar dapat mengoptimalkan setiap aktivitasnya. Porsi potensi fisik, akal, dan hati haruslah seimbang. Salah satu tidak boleh terlalu mendominasi yang lainnya. Fisik saja, tentu lelah yang akan didapatkan. Akal saja, bisa jadi berbuah kesombongan. Hati saja, tentu sebagai manusia kita juga diharuskan berikhtiar dengan optimal. Karunia Allah tidak datang begitu saja tanpa ada usaha dari setiap makhluknya. Semoga kita digolongkan sebagai orang yang mampu bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas, sehingga bermakna bagi dunia, dan berarti pula bagi akhirat, wallahu'alam. (yn/mq)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Menggali Makna Kesuksesan
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Semoga Allah Yang Maha Agung, mengaruniakan kepada kita kehati-hatian atas kesuksesan, karena orang yang diuji dengan kegagalan ternyata lebih mudah berhasil dibandingkan mereka yang diuji dengan kesuksesan. Banyak orang yang tahan menghadapi kesulitan, tapi sedikit orang yang tahan ketika menghadapi kemudahan dan kelapangan.
Ada orang yang bersabar ketika tidak mempunyai harta, tapi banyak orang yang hilang kesabaran ketika hartanya melimpah. Ternyata, harta, pangkat, dan gelar yang seringkali dijadikan sebagai alat ukur kesuksesan, dalam prakteknya malah sering membuat orang tergelincir dalam kesesatan dan kekeliruan. Lantas, apakah sebenarnya makna dari sebuah kesuksesan? Setiap orang bisa jadi memiliki paradigma yang berbeda mengenai kesuksesan. Namun secara sederhana, sukses bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan akan tercapainya sesuatu yang telah ditargetkan. Pada dasarnya, dalam dimensi yang lebih luas, sukses adalah milik semua orang. Tetapi persoalan yang sering terjadi adalah bahwa tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan kesuksesan itu. Dalam paradigma Islam, kesuksesan memang tidak hanya dilihat dari aspek duniawi, namun juga ukhrowi. Untuk itu kita butuh suatu sistem atau pola hidup yang memungkinkan kita untuk dapat meraih sukses di dunia sekaligus di akhirat. Satu hal yang sejak awal harus direnungi bahwa sukses dunia jangan sampai menutup peluang kita untuk meraih sukses akhirat. Justru sukses hakiki adalah saat kita berjumpa dengan Allah nanti. Apalah artinya di dunia dipuji habis-habisan, segala kedudukan digenggam, harta bertumpuk-tumpuk, namun ternyata semua itu tidak ada harganya secuil pun di sisi Allah.
Orang yang sukses sebenarnya adalah orang yang berhasil mengenai Allah, berani taat kepada Allah, dan berhasil menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang sukses sejati adalah orang yang terus-menerus berusaha membersihkan hati. Di sisi lain dia terus meningkatkan kemampuan untuk mempersembahkan pengabdian terbaik, di mana hal itu akan terlihat dari keikhlasan dan kemuliaan akhlaknya. Sukses akhirat akan kita raih ketika sukses dunia yang didapatkan tidak berbenturan dengan rambu-rambu larangan Allah. Betapa bernilai ketika sukses duniawi diperoleh seiring ketaatan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu jangan pernah merasa sukses saat mendapatkan sesuatu. Kesuksesan kita adalah ketika kita mampu mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini untuk kemaslahatan manusia. Itulah rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Itulah Islam. Begitu pula bila kita menyangka bahwa sukses itu jika kita telah memiliki rumah yang megah dan harta yang banyak. Sementara itu, melihat orang yang tinggal di rumah kontrakan kita anggap sebagai tanda kegagalan. Walhasil, kita justru pontang-panting sekedar untuk memenuhi itu semua. Bahkan bisa jadi untuk mendapatkan itu akhlak sama sekali tidak kita perhatian. Na'udzubillahi min dzalik.
Sebenarnya, siapa pun bisa menjadi orang mulia dan sukses, tak peduli ia seorang pembantu rumah tangga, guru, tukang sayur, atau pejabat pemerintah. Selama orang itu bekerja dengan baik dan benar, taat beribadah, dan akhlaknya mulia, dia bisa menjadi orang sukses. Bisa jadi orang yang sukses itu hanyalah seorang pembantu rumah tangga. Saat bekerja ia melakukannya sepenuh hati. Ia bekerja dengan baik. Dalam pekerjaannya itu ia jaga shalatnya, tidak berkata dusta, dan ia benar-benar menjaga ketakutannya terhadap majikan. Sebaliknya ada juga majikan yang kasar, ketus, dan juga kaya, namun kekayaaannya itu sendiri didapatkan dengan cara yang tidak halal. Bukankah lebih mulia pembantu daripada majikan yang seperti itu.
Begitupun yang sukses bisa jadi hanya berprofesi sebagai guru SD. Ia tak begitu dikenal. Ke sekolah pun terkadang dengan berjalan kaki, tetapi dengan tulus ia tetap menjalani profesinya. Bisa jadi ia lebih mulia daripada rektor yang jarang mengenal sujud di hadapan Allah. Sebab apalah arti jabatan rektor tersebut atau gelar profesornya bila tidak memiliki kemampuan mengenal Tuhannya sendiri. Atau mungkin seorang pedagang sayur. Dia jujur dan tidak pernah
mengurangi timbangan. Untungnya juga tidak terlalu banyak. Tetapi ia tetap mulia dalam pandangan Allah. Dibanding pengusaha besar yang sudah licik, suka menyuap, juga serakah. Maka, demi Allah! Kedua-duanya akan sampai kepada kematian. Adapun yang mulia di hadapan-Nya tetap orang yang jujur. Maka berhati-hatilah, bukan gelar yang membuat baik seseorang.
Bukan jabatan yang membuat seseorang terlihat baik. Itu semua hanyalah "topeng". Semuanya tak ada apa-apanya kalau pribadinya sendiri tak berkualitas. Oleh karena itu, pantang kita hormat kepada orang yang tidak menjadikan kemuliaannya untuk taat kepada Allah. Entah itu jabatannya sebagai Direktur Utama sebuah perusahaan, entah ia berpangkat sebagai jenderal, menteri, wakil rakyat, bahkan presiden sekalipun, kalau ia menjadikan pengaruhnya untuk berbuat tidak adil dan berakhlak buruk.
Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujuraat ayat 13 dijelaskan, bahwa: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu". Jadi, yang paling mulia bukanlah orang yang paling banyak gelarnya atau orang yang paling kaya dan dianggap paling sukses. Orang mulia dan sukses adalah orang yang berhasil mengenal Allah. Lalu dia taat pada-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Wallahu'alam bish shawab
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Menjadi Manusia Tepercaya
Penulis: MQ Media On Line - Kolom AaGym - Taushiah
Oleh Abdullah Gymnastiar
TIADA kehormatan dan kemuliaan kecuali datangnya dari Allah Dzat Pemilik alam semesta. Ia mengangkat derajat siapa pun yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa pun yang dikehendaki-Nya.
Sahabat, apapun yang kita hadapi seharusnya bisa menambah ilmu, wawasan, dan kematangan serta kearifan diri kita. Maka, kapan saja kita mati, warisan terbesar yang harus kita tinggalkan adalah kehormatan pribadi, bukan harta kekayaan semata. Rindukanlah agar saat kematian kita menjadi saat yang paling indah. Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap; dalam keadaan khusnul khatimah. Kita harus selalu membayangkan bahwa saat meninggal, kita sedang berjuang di jalan Allah dengan niat yang lurus dan hati yang bersih.
Hidup di dunia hanya sekali dan sebentar. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier menjadi orang yang memiliki harga diri, terhormat dalam pandangan Allah Swt dan terhormat dalam pandangan orang beriman. Kita harus merindukan pula kematian kita menjadi sebaik-baik kematian. Kita harus mampu mewariskan nama baik dan kehormatan kita yang tanpa cela dan kehinaan kepada anak cucu dan masyarakat sekitar.
Saudaraku, salah satu langkah awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad untuk menjadi seorang Muslim yang sangat jujur dan tepercaya sampai mati. Kita harus seperti Rasulullah Saw., yang memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan Al-Amin (pribadi yang sangat terpercaya).
Satu hal yang harus kita bangun adalah kepercayaan dari orang lain. Nabi Muhammad Saw., berhasil menuai sukses, dalam sisi apa pun, setelah beliau berhasil membangun kepercayaan orang lain. Memang, komitmen dan kesuksesan hanya akan datang kalau kita memiliki kredibilitas dan kepercayaan. Masyarakat, keluarga, karyawan akan berkomitmen kepada kita, kalau kita memiliki kredibilitas.
Ada beberapa rumus sederhana yang dapat kita aplikasikan dalam hidup agar kita bisa menjadi orang yang kredibel, dipercaya, dan disegani. Pertama, kita harus memiliki kejujuran yang terbukti dan teruji. Tanpa kejujuran, kita tidak akan bernilai di hadapan orang lain. Kedua, kita harus menjadi orang yang cakap dan memuaskan. Walaupun jujur tetapi banyak mengecewakan, kredibilitas kita pun akan jatuh. Ketiga, kita harus kreatif dan inovatif. Mengapa? Siapa pun tentu akan selalu menyukai hal yang baru. Sekarang kita dihormati, besok belum tentu. Nah, andaikata kita tidak memiliki gagasan yang lebih orisinil dan lebih memberi solusi untuk setiap waktu, jangan kaget bila orang tidak lagi memperhitungkan kemampuan kita.
Oleh karena itu, kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara diri kita agar menjadi seorang muslim yang tepercaya. Dengan demikian, tidak ada keraguan sama sekali bagi siapa pun yang bergaul dengan kita, baik Muslim maupun non-Muslim, baik kawan maupun lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji maupun amanah yang kita pikul.
* * *
LALU, langkah praktis seperti apa yang harus kita lakukan agar dapat menjadi seorang yang tepercaya? Selain hal di atas, ada beberapa hal lagi yang senantiasa harus kita jaga. Pertama, jangan pernah berbohong dalam hal apa pun, sekecil dan sesederhana apa pun, walau terhadap anak kecil atau dalam senda gurau. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada dusta. Pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan
pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. Tentu saja dalam hal ini bukan berarti harus membeberkan aib diri atau aib orang lain yang telah ditutupi Allah.
Kedua, jaga lisan. Jangan pernah menambah-nambah, mendramatisasi berita dan informasi. Atau sebaliknya, meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Terkadang kita ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita. Sebab kalau orang tahu informasi yang sebenarnya, maka akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.
Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar. Jangan menjawab setiap pertanyaan bila tidak memahami ilmunya. Orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan tanpa ilmu, maka kebodohannya sedikit demi sedikit akan terbuka. Yakinlah bahwa sok tahu tanpa ilmu adalah tanda kebodohan kita. Kita harus berani mengatakan "tidak tahu" kalau memang kita tidak mengetahuinya atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat, pandai-pandailah menjaga amanat. Jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya! Ingat, setiap kali kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu menjadi amanah buat kita. Orang yang suka membocorkan rahasia akan sangat mudah jatuh harga dirinya. Seharusnya, kita harus menjadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Tentu, yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi, kecuali ada pembeberan yang sah menurut syariat yang membawa kebaikan bagi semua pihak. Bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, jangan pernah memercayai dia. Karena ketika berpisah dengan kita, dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.
Kelima, tepati janji. Jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepatinya, walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang berat. Ingat! Semua pengorbanan menjadi kecil dibandingkan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na'udzubillah. Tidak ada artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibandingkan dengan julukan "si pengingkar janji".
Saudaraku, marilah kita berlindung kepada Allah Swt. agar dijauhkan dari segala perbuatan yang akan menistakan diri. Wallahu a'lam.***
--------------------------------------------------------------------------------
MQ Media On Line
http://www.mqmedia.com
Copyright © PT MQ MEDIA 2004
Tabloid MQ - Alamat Redaksi:
Kompleks Pesantren Daarut Tauhiid
Jl. Gegerkalong Girang Bandung 40154
No.Telp 022-2008844, Fax 022-2014543,2003421
Menikmati Setiap Episode Hidup
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr (103):1-3)
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Saudaraku yang budiman, langkah awal agar kita mampu menikmati setiap detik hidup ini, adalah dengan menumbuhkan sikap ridha (rela menerima kenyataan). Kebahagiaan dan kesedihan, keuntungan dan kerugian, akan terasa nikmat dengan sikap ridha. Mengapa demikian?
Kesengsaraan hidup walaupun dihadapi dengan sikap dongkol uring-uringan, keluh kesah, tetap saja kenyataan sudah terjadi. Pendek kata, disesali ataupun tidak, ridha maupun terpaksa, tetap saja kenyataan itu sudah terjadi dan dialami. Jadi, lebih baik hati kita ridha menerimanya.
Tentu saja ridha terhadap kenyataan yang dialami, bukan berarti pasrah total, sehingga tidak bertindak apapun. Itu keliru, ridha itu amalan hati, sedangkan pikiran dan tubuh kita wajib ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan dengan cara yang diridhai Allah. Kondisi hati yang ridha sangat membantu menjadikan proses ikhtiar menjdi positif, optimal dan bermutu.
Saudaraku, orang yang stress adalah orang yang tidak memiliki kesiapan mental menerima kenyataan yang ada. Pikiranya tidak realitis, tidak menerima kenyataan dan tidak berpijak kepadanya. Sibuk menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Sungguh, suatu kesengsaraan dan kepedihan hidup yang dibuat sendiri.
Oleh karena itu, sadarilah hidup kita ini terdiri dari berbagai episode yang tidak monoton. Kenangilah perjalanan hidup anda, ambilah kearifan dari setiap episode yang anda telah lalui. Kenanglah dengan kelapangan dada, dinginnya emosi, dan keikhlasan. Tidak ada gunanya menyelimuti kenyataan hidup ini dengan keluh kesah. Itupun tidak menyelesaikan masalah, bahkan menambah luka yang anda alami. Tetapi atasi dengan hati yang ridha, sehingga kita menikmati setiap episode hidup kita sambil berikhtiar memperbaiki kenyataan pada jalan yang Allah ridhai. Wallahu'alam bish shawab
Sumber: Buletin InfoDT Jakarta - No.13/Tahun IV/Agustus 2004
Oleh : Aa Gym
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Satu ciri ketakwaan seseorang kepada Allah adalah sifat bijak dalam kehidupannya. Yaa Ayyuhan naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wa untsa wa ja'alnaakum syu'uubaw waqabaa-ila li ta'aarafuu inna akramakum'indallahi atqaakum innallaha 'aliimun khabiir (Qs.Al-Hujuraat ayat 13). "Hai sekalian manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti". Ciri orang yang bertaqwa adalah dia merupakan orang yang bijaksana. Pertanyaan pertama ketika kita bercermin adalah apakan diri ini sudah bijak, jika jawabannya belum maka jadikanlah hal ini sebagai sebuah cita-cita.
Jika ada yang mengatakan rindu pemimpin yang bijak, jika kita mengatakan bahwa bangsa ini krisis keteladanan, maka jangan mencari teladan karena susah untuk ditemukan, untuk itu yang paling mudah adalah menjadikan kita sebagai tauladan paling tidak untuk keluarga, janganlah menuntut untuk mendapatkan presiden yang bijak karena akan susah untuk didapat, karena itu yang dapat kita lakukan adalah menuntut diri kita sendiri. Orang yang bijaksana itu merupakan suatu keindahan tersendiri, misalkan ketika menjadi seorang guru yang bijak biasanya sangat disukai oleh murid-muridnya. Seorang pemimpin yang bijak biasanya ia disegani oleh kawan maupun lawan, jika orang tua bijaksana maka akan dicintai oleh anak-anaknya.
Pada dasarnya kebijakan ini tidak susah untuk dimiliki. Ud'u illa sabiili rabbika bil hikmati wal mau 'izhatil hasanati, wa jaadilhum billatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa'alamu bi man dhalla 'an sabilihii wa huwa a'lamu bil muhtadiin. Artinya: "Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara sebaik-baiknya, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".
Sumber kearifan dan kebijaksanaan dapat datang dari :
1. Sikap hidupnya yang siddiq yaitu orang yang sangat menyukai kebenaran, sekuat tenaga hidupnya berusaha berbuat benar dan selalu ingin membuat orang menjadi benar, semangat didalam hati akan cinta terhadap kebenaran, istiqomah dalam kebenaran dan ingin orang juga memiliki sikap yang benar maka hal tersebutlah yang membuat orang menjadi bijaksana.
2. Sikap hidup yang amanah, rasa tanggung jawab karena hidup yang hanya sekali dan ingin mempertanggung jawabkan hidup ini baik sebagai anak, ayah, orang tua, anggota masyarakat, sikap amanah ini timbul dari dalam jiwa kita.
3. Sikap hidup Fathonah, berwawasan luas, berilmu luas jadi begitu banyak pilihan sikap yang merupakan buah dari kecerdasan.
4. Sikap hidup yang Tabligh adalah dapat menyampaikan sesuatu dengan baik kebenaran. Sehingga menyebabkan mendapatkan sesuatu yang diinginkan tanpa merusak tatanan yang ada.
BAGAIMANA CARA MENJADI ORANG YANG BIJAK
1. Tidak Emosional, hal itu berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi bijaksana dan hanya dapat menjadi bijak dengan pertolongan Allah dan kegigihan usaha untuk berubah, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
2. Tidak egois, orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah selalu hidup dalam pengorbanan, begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh orang-orang yang berjuang penuh pengorbanan. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.
3. Suka cinta dan rindu pada nasihat, akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi orang yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa memimpin dengan baik.
4. Memiliki kasih sayang terhadap sesama, Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.
5. Selalu berupaya membangun, Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Orang yang bijak akan membangkitkan semangat orang yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Orang yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebathilan. Semangat orang yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang lain disekitarnya.
Jadi yang dibutuhkan pada seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam. Pemimpin yang bijak tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan dan tidak mengharapkan apapun dari yang telah di lakukan, adalah tidak akan bisa bijak jika kita mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya mengharapkan sesuatu dari yang kita kerjakan.
Alhamdulillaahirobbil’alamin
--------------------------------------------------------------------------------
Rangkuman Pengajian Majelis Manajemen Qolbu, Masjid Istiqlal, Ahad 8 Agustus 2004. - Humas DT Jakarta -
S a b a r
Sumber: Cyber MQ [Mata Air - Manajemen Qolbu]
Oleh : Aa Gym
"Dan sungguh akan Kami Berikan Cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita yang gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan Rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al-Baqarah (2):155-157)
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Saudaraku Yang budiman, Allah Yang Maha Agung akan mempergilirkan dalam kehidupan kita dengan berbagai masalah berupa dicekam rasa takut, lapar, kekurangan makanan dan buah-buahan, akan tetapi Allah menjanjikan orang-orang yang sabar.
Siapa orang sabar ? Yaitu orang yang ketika dihantam musibah dengan penuh keyakinan dia mengatakan inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Kami adalah milik Allah segala urusan kembali kepada Allah. Logika sederhana, ketika tukang parkir diambil mobil oleh pemiliknya dia tidak kecewa, mengapa? Karena dia merasa tidak memiliki, hanya merasa tertitipi, semuanya hanyalah titipan Allah kita tidak punya apapun. Kita hanya sekedar makhluk ciptaan Allah yang hidup sebentar dan tidak lama kita akan mati.
Kita tidak boleh merasa memiliki semua ini, kecuali hanya tertitipi, oleh karena itu, kalau sakit tubuh ini milik Allah. Allah munguji kita dengan sakit sebagai bahan evaluasi diri, bahan untuk bertaubat, ladang amal silahturrahmi dengan dokter berapapun biaya yang kita keluarkan untuk membayar dokter, itu adalah rizki milik Allah, walaupun habis harta kita membayar, tetapi semuanya hanya titipan Allah.
Anak, misalkan ada anak yang memiliki kekurangan, cacat dan sebagainya. Anak bukan milik kita, anak adalah titipan Allah. Kita tidak usah minder dengan keterbatasannya dan jangan sombong oleh kelebihannya semuanya hanya titipan Allah, semua ada waktunya, semua ada ajalnya.
Lampu suatu saat akan mati, pecah, atau rusak karena memang hanya titipan, sikapilah dengan sikap yang paling mulia. Sabar, sabar bukan pasrah, sabar bukan lemah, sabar bukan pasif, sabar adalah keterampilan seseorang merespon kejadian apapun dengan sikap terbaik yang di sukai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahu a' lam
--------------------------------------------------------------------------------
Cyber MQ - Situs Resmi Manajemen Qolbu
© ManajemenQolbu.com »» 2005
Kokoh dan Indahnya Silaturahmi
Sumber: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Saudaraku yang budiman, dengan bulan Ramadhan yang akan datang yaitu bulan penuh dengan hikmah, marilah kita jalani kehidupan kembali ke fitrah kita, sebagai insan Allah SWT. Dengan semangat yang baru, terutama diawali dengan
Pertama, Meningkatkan Silaturahmi
Hikmah dari sikap Nabi Muhammad selalu berbeda jalan ketika berangkat dan pulang dari masjid adalah karena beliau setiap waktu ingin selalu memperbanyak silaturahmi dengan umatnya. Artinya kitapun harus memiliki budaya yang sama yaitu upayakan memiliki jadwal dan cara khusus untuk bersilaturahmi dengan sebanyak mungkin kalangan, baik yang sudah dikenal ataupun yang belum. Baik yang akrab maupun yang tak menyukai kita.
Andai saja kita tahu kedahsyatan manfaat silaturahmi, niscaya sepanjang waktu ini rasanya ingin selalu bersilaturahmi. Setidaknya silaturahmi yang baik akan menambah saudara baru dan mempereratnya, menambah wawasan dan ilmu serta semakin menambah kekuatan bagi ukhuwah kita. Sering sekali terjadi salah paham karena lemahnya komunikasi akibat jarangnya bersilahturami. Pendek kata silahturami yang teratur dan terprogram dengan baik adalah bagian kunci suksesnya ukhuwah kita ini.
Kedua, Kirimlah Hadiah
Nabi Muhammad Saw, sudah mengisyaratkan bahwa berkiriman itu akan menambah rasa sayang dan memang kenyataannyapun demikian. Bila ada yang berkirim sesuatu yang bermanfaat bagi kita, pada umumnya akan senang hati dan merasa hutang budi, cenderung lebih memaafkan dan mempererat hubungan.
Oleh karena itu, kita harus memiliki program pengadaan dana untuk hadiah kepada orang tua, tetangga, kawan dekat, dan siapapun yang kita harapkan dapat bersinergi dalam ukhuwah ini. Tentu saja semuanya ini harus sangat terjaga, keikhlasannya. Biasakanlah setiap kali memiliki makanan, tetanggapun ikut menikmatinya. Jauh sangat lebih baik kita makan hanya separuh dari makanan sendiri dan sebagian yang lain dinikmati saudara seiman lainnya dari pada kenyang sendiri dan orang lain tak mendapatkan apapun.
Ketiga, Jauhi Perdebatan walaupun Benar
Jujur saja sebetulnya perdebatan yang banyak terjadi tampaknya bukan sedang mencari kebenaran tapi lebih dekat kepada mencari kemenangan pendapatnya sendiri, hal ini tampak dari cara dan bentuk percakapannya yang lebih menjurus pada berbantah-bantahan secara emosi, kata yang saling menyerang dan bau permusuhan saling menyudutkan, jauh dari cara kajian ilmiah yang penuh etika.
Maka sekiranya kita ada dalam situasi yang tak sehat ini menghindar dari berdebat bukanlah suatu tindakan menghindar dari kebenaran, melainkan menghindar dari peluang bangkit dan berkobarnya suasana permusuhan, berpalinglah dan carilah topik bahasan yang lebih mempersatukan.
Tentu saja bukan tidak boleh mengadakan diskusi pemecahan masalah, namun harus didasari kesiapan mental yang baik, kesiapan ilmu yang memadai, dan kesiapan mendengar serta berbicara yang baik pula, Insya Allah akan datang petunjuk Allah dalam mecari kebenaran.
Keempat, Selalu Berusaha Mendahului Menegur, Mengucapkan Salam, Berjabat Tangan Dengan Ramah Dan Tulus.
Dengan kata lain, praktekkan lima (5) S senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. Insya Allah interaksi kita kepada siapapun akan jauh lebih bermakna jikalau wajah kita senantiasa diliputi senyuman, sapa penuh kelembutan, dan akhlak yang penuh kerendahan hati akan memikat setiap orang yang kita jumpai. Alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun.
Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimanapun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemulian. (and/aep)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Keuntungan Hidup Bersahaja
Sumber: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, satu hal yang harus kita hindari adalah merasa kaya dengan apa yang kita miliki dan merasa cukup dengan karunia Allah. Lalu apa yang harus ada pada diri kita? Yang harus ada adalah merasa kaya dengan apa yang Allah jaminkan kepada kita. Mengapa demikian? Karena tidak sedikit orang yang sebenarnya memiliki pribadi miskin tetapi merasa kaya dengan tabungan yang dipunyai, merasa kaya dengan hartanya, atau merasa kaya dengan rumahnya yang megah.
Ciri-ciri orang yang mempunyai kekayaan dunia tetapi mempunyai kepribadian miskin adalah selalu mengambil sesuatu dari sana-sini tanpa peduli halal atau haram karena merasa miskin. Dia relakan dirinya terhina dengan mencuri uang orang lain atau mengambil kekayaan orang lain.
Orang yang kaya itu bukan yang banyak uangnya tetapi orang yang sedikit kebutuhannya. Ketahuilah orang yang tidak bersahaja dalam hidupnya akan sangat banyak pula kebutuhan dan pengeluarannya, akibatnya biaya untuk shadaqoh menjadi sedikit, biaya untuk menabung menjadi terbatas. Yang dia lakukan terus menerus memuaskan dirinya dengan mengganti perhiasan, mengganti mobil, ataupun mengganti sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.
Sebenarnya tidak dilarang untuk menggganti rumah, tapi yang kita butuhkan adalah orang yang punya harta yang berlebih untuk bisa dinafkahkan kepada saudara yang membutuhkan. Bersahaja itu bukan berarti sederhana tetapi menafkahkan harta dengan tidak berlebihan untuk memuaskan nafsunya dan juga tidak kikir dalam berbuat kebaikan.
Apakah sebenarnya keuntungan jika kita terbiasa bersahaja dalam hidup:
1. Tidak diperbudak oleh keinginan pamer. Kita tahu, jika suatu barang semakin bagus, semakin keren dan semakin bermerek kadang-kadang akan cenderung pamer. Sedangkan untuk pamer itu akan membuat kita tersiksa, bukankah ingin dilihat orang lain itu membuat diri kita tersiksa ? bukan tidak boleh memiliki barang yang bagus, tapi apalah artinya bagus tapi memperbudak diri kita.
2. Meminimalisir pengeluaran. Makin mahal suatu barang maka biaya perawatannya pun akan semakin mahal pula. Tapi kalau kita bersahaja Insya Allah biaya akan bisa ditekan. Selain itu kalau kita biasa bersahaja kita tidak akan membuat orang lain iri atau kotor hati. Apalagi kalau dia bersahaja dan mampu menahan dirinya untuk tidak pamer. Oleh karena itu jika kita membeli sesuatu yang baru harus disesuaikan keperluannya, artinya jika membeli sesuatu yang baru harus proporsional antara keperluan dan kemampuan. Wallahu a’lam (aep/and)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Bila Cemas Mendatangi Hati
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang budiman, kita janganlah pernah bermimpi dapat hidup dengan tenang dan bahagia sekiranya kita belum memiliki ilmu yang benar untuk mengarungi belantara dunia yang penuh dengan jebakan, rintangan dan ancaman berbahaya ini.
Cobalah tengok bagaimana kisah tarzan; semua hal yang mungkin dapat menyulitkan dan menyengsarakan, ternyata hal yang mudah saja bagi sang tarzan. Karena ia memiliki kunci pokok untuk mengatasi semua masalah dan kebutuhannnya tersebut, yakni ilmu. Ya tarzan tahu ilmu tentang seluk beluk hutan dan cara mengatasinya.
Tapi bandingkan dengan orang yang masuk ke hutan tanpa tahu seluk beluk hutan, tidak tahu cara menembusnya dan bagaimana menundukan binatang buas yang berkeliaran, niscaya dirinya akan dicekam perasaan tidak tentram, cemas, was-was, dan serba takut, walaupun dia berbekal ransel penuh dengan makanan, minuman, pakaian tahan dingin, dompet penuh uang serta senjata lengkap, tetapi karena tidak berbekal ilmu maka tetap saja kecemasan mendatangi hatinya.
Jadi apa sebenarnya ilmu untuk mengatasi rasa cemas dan was-was tadi? ilmunya hanyalah satu saudaraku, yakni ilmu dari Allah, dzat yang menciptakan dunia beserta segala isinya. Itulah Al Islam, dengan pedoman pokoknya berupa Al Qur’an dan As Sunnah. Semua rahasia kehidupan dunia dan akhirat dibeberkan dengan sempurna dan cermat di dalamnya, sehingga tidak ada satupun urusan, kecuali mesti ada rahasia jalan keluarnya.
Dengan demikian, kalau toh hidup ini kerapkali dicekam perasaan yang kacau balau dan menyengsarakan, maka penyebab pokoknya adalah karena kita kurang memahami ilmu dengan benar.
Dalam sebuah hadits dinyatakan, pada suatu ketika datanglah seseorang kepada Ibnu Ma’ud r.a, sahabat Rasulullah saw, untuk meminta nasihat. Wahai Ibnu Mas’ud, “ujarnya“ "berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram.Jiwaku gelisah dan pikiran pun serasa kusut, makan tak enak, tidur pun tidak nyenyak.”
Mendengar hal itu, Ibnu Mas’ud kemudian menasehatinya “Kalau penyakit seperti itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang membaca Al Qur’an, kau baca Al Qur’an atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya; atau pergilah ke majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah; atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian berkhalwatlah untuk menyembah-Nya, misalnya di tengah malam buta, ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, memohon ketenangan jiwa, ketentraman pikiran dan kemurnian hati kepada-Nya. Seandainya jiwamu belum terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain karena hati yang kau pakai itu bukanlah hatimu.
Setelah orang itu kembali ke rumahnya, diamalkannyalah nasihat Ibnu Mas’ud tersebut. Dia pergi mengambil air wudhu. Setelah itu, diambilnya Al Qur’an, kemudian dibacanya dengan hati yang khusyuk. Selesai membaca Al Qur’an, ternyata jiwanya berubah menjadi sejuk dan tentram, pikirannya pun menjadi tenang, sedangkan kegelisahannya hilang sama sekali. Wallahu a’lam (mq)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Hikmah Nasehat Menasehati
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, dalam Al Qur’an surat Al Ashr, Allah menjelaskan kepada kita tentang ciri orang beriman. Yaitu, orang-orang yang saling menasehati dalam kebeneran dan kesabaran. Artinya, setiap muslim beriman hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk saling mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada hal yang akan mendekatkan kepada Allah. Dan, melarang dari perbuatan yang tidak disukai Allah.
Salah sdatu hikmah mengapa kita harus saling menasehati adalah karena setiap orang mendambakan keselamatan hidup. Keselamatan dari kerusakan, dari hal-hal yang membahayakan dirinya, lahir atau batin. Dan, harus ada yang memberitahukan kepada kita tentang hal-hal yang tidak kita ketahui tersebut. Pemberitahuan itulah yang bisa jadi sebuah nasehat, masukan atau kritikan. Sehingga, sungguh sangat penting sebuah nasehat dalam kehidupan kita. Agar kita tahu kekurangan kita dan segera memperbaikinya.
Sayangnya, diantara kita masih belum siap menerima kritikan, nasehat dari orang lain. Terlebih jika orang yang memberi nasehat itu kita anggap lebih rendah dari kita. Sehingga, langkah awal kita untuk mengamalakan ayat di atas, adalah berusaha menerima kritikan, saran dari siapapun tentang diri kita, tanpa melihat dari siapa yang mengeluarkan nasehat trersebut.
Kita harus selalu bahagia, ketika ada yang memberikan saran kepada kita. Ibarat cermin, kita selalu ingin tampak rapih di depan cermin. Jika ada yang berantakan tanpa segan kita membetulkannya. Kita tidak kesal dengan cermin yang menampilkan bayangan kita yang berantakan. Justru kita tetap merapihkan bagian yang kurang bagus. Begitulah orang yang selalau senang menerima kritikan dari orang lain. Ia akan berterima kasih, bukannya marah atau kesal. Yang ia lakukan selanjutnya adalah segera memperbaiki kekurangan yang disebutkan itu, seperti saat ia lantas merapihkan dirinya di depan cermin.
Subhannalah, andai setiap orang mampu bersikap seperti hal ini. Senang menerima kritikandan segera memperbaikinya, tentu setiap akhlaq, perilaku kita dapat terjaga. Begitu ada yang salah dengan sikap kita, orang yang lain sigap memberitahukannya. Mudah-mudahhan suatu saat kita memiliki lingkungan seperti ini. Inilah hidup jika saling menasehati, Insya Allah. (yn)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Berkerja Keras dengan Cerdas
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, semoga Allah mengaruniakan semangat kepada kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Karena, itulah kunci meraih prestasi dalam segala hal. Semangat bekerja keras harus ada dalam diri. Dengan bekal semangat bekerja keras, diharapkan kita mampu berbuat semaksimal mungkin yang kita kerjakan.
Saudaraku, ternyata tidak cukup hanya kerja keras semata. Manusia juga membutuhkan kecerdasan dalam menjalankan aktivitasnya, agar hasil yang diharapkan dapat lebih optimal, dan jauh lebih baik dari sebelumnya. Kita tidak mungkin hanya mengandalkan kondisi fisik semata saat bekerja, karena kemampuan fisik manusia sangat terbatas. Ada potensi lain yang sesungguhnya dapat kita gali dan manfaatkan, yaitu potensi akal. Itulah yang disebut dengan bekerja cerdas. Jadi, kita bekerja dengan ilmu. Karena, ada orang yang kelihatannya sibuk sekali, pontang-panting tetapi hasil ia dapatkan tidak optimal. Malah, bisa jadi kesalahan yang didapatkan.
Saudaraku, minimal kita mengetahui dengan jelas tentang pekerjaan atau apa saja yang kita lakukan. Bagaimana caranya, apa yang harus dilakukan jika ada masalah. Dengan siapa kita dapat bekerjasama, dan segala hal yang menyakut pekerjaan kita. Lebih baik lagi, jika kita terus menambah ilmu, pemahaman agar dapat terus meningkatkan kualitas diri. Dan, orang seperti inilah yang akan bertahan, berprestasi dan memperoleh kesuksesan dalam karirnya.
Saudaraku, selain potensi jasad, dan akal, dimanfaatkan, yaitu potensi hati. Artinya, setelah kita sukses bekerja keras dengan cerdas, kita juga harus ikhlas. Amalan hati ini memang tidak mudah untuk dilakukan. Apalagi, ketika kita merasa sudah mampu menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik, kadangkala kita tidak hati-hati, terselip rasa riya (sombong) atau sombong. Menganggap bahwa keberhasilan itu adalah karena usaha kita berpayah-payah, Sehingga kita harus tetap mengikhtiarkan agar sikap ikhlas, mengharap keridhaan Allah tetap menjadi tujuan kita dalam segala aktivitas.
Itulah tiga potensi penting manusia yang telah diberikan Allah agar dapat mengoptimalkan setiap aktivitasnya. Porsi potensi fisik, akal, dan hati haruslah seimbang. Salah satu tidak boleh terlalu mendominasi yang lainnya. Fisik saja, tentu lelah yang akan didapatkan. Akal saja, bisa jadi berbuah kesombongan. Hati saja, tentu sebagai manusia kita juga diharuskan berikhtiar dengan optimal. Karunia Allah tidak datang begitu saja tanpa ada usaha dari setiap makhluknya. Semoga kita digolongkan sebagai orang yang mampu bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas, sehingga bermakna bagi dunia, dan berarti pula bagi akhirat, wallahu'alam. (yn/mq)***
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Menggali Makna Kesuksesan
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Semoga Allah Yang Maha Agung, mengaruniakan kepada kita kehati-hatian atas kesuksesan, karena orang yang diuji dengan kegagalan ternyata lebih mudah berhasil dibandingkan mereka yang diuji dengan kesuksesan. Banyak orang yang tahan menghadapi kesulitan, tapi sedikit orang yang tahan ketika menghadapi kemudahan dan kelapangan.
Ada orang yang bersabar ketika tidak mempunyai harta, tapi banyak orang yang hilang kesabaran ketika hartanya melimpah. Ternyata, harta, pangkat, dan gelar yang seringkali dijadikan sebagai alat ukur kesuksesan, dalam prakteknya malah sering membuat orang tergelincir dalam kesesatan dan kekeliruan. Lantas, apakah sebenarnya makna dari sebuah kesuksesan? Setiap orang bisa jadi memiliki paradigma yang berbeda mengenai kesuksesan. Namun secara sederhana, sukses bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan akan tercapainya sesuatu yang telah ditargetkan. Pada dasarnya, dalam dimensi yang lebih luas, sukses adalah milik semua orang. Tetapi persoalan yang sering terjadi adalah bahwa tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan kesuksesan itu. Dalam paradigma Islam, kesuksesan memang tidak hanya dilihat dari aspek duniawi, namun juga ukhrowi. Untuk itu kita butuh suatu sistem atau pola hidup yang memungkinkan kita untuk dapat meraih sukses di dunia sekaligus di akhirat. Satu hal yang sejak awal harus direnungi bahwa sukses dunia jangan sampai menutup peluang kita untuk meraih sukses akhirat. Justru sukses hakiki adalah saat kita berjumpa dengan Allah nanti. Apalah artinya di dunia dipuji habis-habisan, segala kedudukan digenggam, harta bertumpuk-tumpuk, namun ternyata semua itu tidak ada harganya secuil pun di sisi Allah.
Orang yang sukses sebenarnya adalah orang yang berhasil mengenai Allah, berani taat kepada Allah, dan berhasil menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang sukses sejati adalah orang yang terus-menerus berusaha membersihkan hati. Di sisi lain dia terus meningkatkan kemampuan untuk mempersembahkan pengabdian terbaik, di mana hal itu akan terlihat dari keikhlasan dan kemuliaan akhlaknya. Sukses akhirat akan kita raih ketika sukses dunia yang didapatkan tidak berbenturan dengan rambu-rambu larangan Allah. Betapa bernilai ketika sukses duniawi diperoleh seiring ketaatan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu jangan pernah merasa sukses saat mendapatkan sesuatu. Kesuksesan kita adalah ketika kita mampu mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini untuk kemaslahatan manusia. Itulah rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Itulah Islam. Begitu pula bila kita menyangka bahwa sukses itu jika kita telah memiliki rumah yang megah dan harta yang banyak. Sementara itu, melihat orang yang tinggal di rumah kontrakan kita anggap sebagai tanda kegagalan. Walhasil, kita justru pontang-panting sekedar untuk memenuhi itu semua. Bahkan bisa jadi untuk mendapatkan itu akhlak sama sekali tidak kita perhatian. Na'udzubillahi min dzalik.
Sebenarnya, siapa pun bisa menjadi orang mulia dan sukses, tak peduli ia seorang pembantu rumah tangga, guru, tukang sayur, atau pejabat pemerintah. Selama orang itu bekerja dengan baik dan benar, taat beribadah, dan akhlaknya mulia, dia bisa menjadi orang sukses. Bisa jadi orang yang sukses itu hanyalah seorang pembantu rumah tangga. Saat bekerja ia melakukannya sepenuh hati. Ia bekerja dengan baik. Dalam pekerjaannya itu ia jaga shalatnya, tidak berkata dusta, dan ia benar-benar menjaga ketakutannya terhadap majikan. Sebaliknya ada juga majikan yang kasar, ketus, dan juga kaya, namun kekayaaannya itu sendiri didapatkan dengan cara yang tidak halal. Bukankah lebih mulia pembantu daripada majikan yang seperti itu.
Begitupun yang sukses bisa jadi hanya berprofesi sebagai guru SD. Ia tak begitu dikenal. Ke sekolah pun terkadang dengan berjalan kaki, tetapi dengan tulus ia tetap menjalani profesinya. Bisa jadi ia lebih mulia daripada rektor yang jarang mengenal sujud di hadapan Allah. Sebab apalah arti jabatan rektor tersebut atau gelar profesornya bila tidak memiliki kemampuan mengenal Tuhannya sendiri. Atau mungkin seorang pedagang sayur. Dia jujur dan tidak pernah
mengurangi timbangan. Untungnya juga tidak terlalu banyak. Tetapi ia tetap mulia dalam pandangan Allah. Dibanding pengusaha besar yang sudah licik, suka menyuap, juga serakah. Maka, demi Allah! Kedua-duanya akan sampai kepada kematian. Adapun yang mulia di hadapan-Nya tetap orang yang jujur. Maka berhati-hatilah, bukan gelar yang membuat baik seseorang.
Bukan jabatan yang membuat seseorang terlihat baik. Itu semua hanyalah "topeng". Semuanya tak ada apa-apanya kalau pribadinya sendiri tak berkualitas. Oleh karena itu, pantang kita hormat kepada orang yang tidak menjadikan kemuliaannya untuk taat kepada Allah. Entah itu jabatannya sebagai Direktur Utama sebuah perusahaan, entah ia berpangkat sebagai jenderal, menteri, wakil rakyat, bahkan presiden sekalipun, kalau ia menjadikan pengaruhnya untuk berbuat tidak adil dan berakhlak buruk.
Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujuraat ayat 13 dijelaskan, bahwa: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu". Jadi, yang paling mulia bukanlah orang yang paling banyak gelarnya atau orang yang paling kaya dan dianggap paling sukses. Orang mulia dan sukses adalah orang yang berhasil mengenal Allah. Lalu dia taat pada-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Wallahu'alam bish shawab
--------------------------------------------------------------------------------
Manajemen Qolbu Online - Komunitas Bening Hati
© ManajemenQolbu.com »» 2004
Menjadi Manusia Tepercaya
Penulis: MQ Media On Line - Kolom AaGym - Taushiah
Oleh Abdullah Gymnastiar
TIADA kehormatan dan kemuliaan kecuali datangnya dari Allah Dzat Pemilik alam semesta. Ia mengangkat derajat siapa pun yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa pun yang dikehendaki-Nya.
Sahabat, apapun yang kita hadapi seharusnya bisa menambah ilmu, wawasan, dan kematangan serta kearifan diri kita. Maka, kapan saja kita mati, warisan terbesar yang harus kita tinggalkan adalah kehormatan pribadi, bukan harta kekayaan semata. Rindukanlah agar saat kematian kita menjadi saat yang paling indah. Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap; dalam keadaan khusnul khatimah. Kita harus selalu membayangkan bahwa saat meninggal, kita sedang berjuang di jalan Allah dengan niat yang lurus dan hati yang bersih.
Hidup di dunia hanya sekali dan sebentar. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier menjadi orang yang memiliki harga diri, terhormat dalam pandangan Allah Swt dan terhormat dalam pandangan orang beriman. Kita harus merindukan pula kematian kita menjadi sebaik-baik kematian. Kita harus mampu mewariskan nama baik dan kehormatan kita yang tanpa cela dan kehinaan kepada anak cucu dan masyarakat sekitar.
Saudaraku, salah satu langkah awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad untuk menjadi seorang Muslim yang sangat jujur dan tepercaya sampai mati. Kita harus seperti Rasulullah Saw., yang memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan Al-Amin (pribadi yang sangat terpercaya).
Satu hal yang harus kita bangun adalah kepercayaan dari orang lain. Nabi Muhammad Saw., berhasil menuai sukses, dalam sisi apa pun, setelah beliau berhasil membangun kepercayaan orang lain. Memang, komitmen dan kesuksesan hanya akan datang kalau kita memiliki kredibilitas dan kepercayaan. Masyarakat, keluarga, karyawan akan berkomitmen kepada kita, kalau kita memiliki kredibilitas.
Ada beberapa rumus sederhana yang dapat kita aplikasikan dalam hidup agar kita bisa menjadi orang yang kredibel, dipercaya, dan disegani. Pertama, kita harus memiliki kejujuran yang terbukti dan teruji. Tanpa kejujuran, kita tidak akan bernilai di hadapan orang lain. Kedua, kita harus menjadi orang yang cakap dan memuaskan. Walaupun jujur tetapi banyak mengecewakan, kredibilitas kita pun akan jatuh. Ketiga, kita harus kreatif dan inovatif. Mengapa? Siapa pun tentu akan selalu menyukai hal yang baru. Sekarang kita dihormati, besok belum tentu. Nah, andaikata kita tidak memiliki gagasan yang lebih orisinil dan lebih memberi solusi untuk setiap waktu, jangan kaget bila orang tidak lagi memperhitungkan kemampuan kita.
Oleh karena itu, kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara diri kita agar menjadi seorang muslim yang tepercaya. Dengan demikian, tidak ada keraguan sama sekali bagi siapa pun yang bergaul dengan kita, baik Muslim maupun non-Muslim, baik kawan maupun lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji maupun amanah yang kita pikul.
* * *
LALU, langkah praktis seperti apa yang harus kita lakukan agar dapat menjadi seorang yang tepercaya? Selain hal di atas, ada beberapa hal lagi yang senantiasa harus kita jaga. Pertama, jangan pernah berbohong dalam hal apa pun, sekecil dan sesederhana apa pun, walau terhadap anak kecil atau dalam senda gurau. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada dusta. Pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan
pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. Tentu saja dalam hal ini bukan berarti harus membeberkan aib diri atau aib orang lain yang telah ditutupi Allah.
Kedua, jaga lisan. Jangan pernah menambah-nambah, mendramatisasi berita dan informasi. Atau sebaliknya, meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Terkadang kita ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita. Sebab kalau orang tahu informasi yang sebenarnya, maka akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.
Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar. Jangan menjawab setiap pertanyaan bila tidak memahami ilmunya. Orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan tanpa ilmu, maka kebodohannya sedikit demi sedikit akan terbuka. Yakinlah bahwa sok tahu tanpa ilmu adalah tanda kebodohan kita. Kita harus berani mengatakan "tidak tahu" kalau memang kita tidak mengetahuinya atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat, pandai-pandailah menjaga amanat. Jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya! Ingat, setiap kali kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu menjadi amanah buat kita. Orang yang suka membocorkan rahasia akan sangat mudah jatuh harga dirinya. Seharusnya, kita harus menjadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Tentu, yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi, kecuali ada pembeberan yang sah menurut syariat yang membawa kebaikan bagi semua pihak. Bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, jangan pernah memercayai dia. Karena ketika berpisah dengan kita, dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.
Kelima, tepati janji. Jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepatinya, walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang berat. Ingat! Semua pengorbanan menjadi kecil dibandingkan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na'udzubillah. Tidak ada artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibandingkan dengan julukan "si pengingkar janji".
Saudaraku, marilah kita berlindung kepada Allah Swt. agar dijauhkan dari segala perbuatan yang akan menistakan diri. Wallahu a'lam.***
--------------------------------------------------------------------------------
MQ Media On Line
http://www.mqmedia.com
Copyright © PT MQ MEDIA 2004
Tabloid MQ - Alamat Redaksi:
Kompleks Pesantren Daarut Tauhiid
Jl. Gegerkalong Girang Bandung 40154
No.Telp 022-2008844, Fax 022-2014543,2003421
Menikmati Setiap Episode Hidup
Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]
Oleh : Aa Gym
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr (103):1-3)
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Saudaraku yang budiman, langkah awal agar kita mampu menikmati setiap detik hidup ini, adalah dengan menumbuhkan sikap ridha (rela menerima kenyataan). Kebahagiaan dan kesedihan, keuntungan dan kerugian, akan terasa nikmat dengan sikap ridha. Mengapa demikian?
Kesengsaraan hidup walaupun dihadapi dengan sikap dongkol uring-uringan, keluh kesah, tetap saja kenyataan sudah terjadi. Pendek kata, disesali ataupun tidak, ridha maupun terpaksa, tetap saja kenyataan itu sudah terjadi dan dialami. Jadi, lebih baik hati kita ridha menerimanya.
Tentu saja ridha terhadap kenyataan yang dialami, bukan berarti pasrah total, sehingga tidak bertindak apapun. Itu keliru, ridha itu amalan hati, sedangkan pikiran dan tubuh kita wajib ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan dengan cara yang diridhai Allah. Kondisi hati yang ridha sangat membantu menjadikan proses ikhtiar menjdi positif, optimal dan bermutu.
Saudaraku, orang yang stress adalah orang yang tidak memiliki kesiapan mental menerima kenyataan yang ada. Pikiranya tidak realitis, tidak menerima kenyataan dan tidak berpijak kepadanya. Sibuk menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Sungguh, suatu kesengsaraan dan kepedihan hidup yang dibuat sendiri.
Oleh karena itu, sadarilah hidup kita ini terdiri dari berbagai episode yang tidak monoton. Kenangilah perjalanan hidup anda, ambilah kearifan dari setiap episode yang anda telah lalui. Kenanglah dengan kelapangan dada, dinginnya emosi, dan keikhlasan. Tidak ada gunanya menyelimuti kenyataan hidup ini dengan keluh kesah. Itupun tidak menyelesaikan masalah, bahkan menambah luka yang anda alami. Tetapi atasi dengan hati yang ridha, sehingga kita menikmati setiap episode hidup kita sambil berikhtiar memperbaiki kenyataan pada jalan yang Allah ridhai. Wallahu'alam bish shawab
ARTIKEL TERKAIT:
1 komentar:
terima kasih sudah membagi artikel ini disini, sangan menarik membacanya ;)
Posting Komentar